Harapan Gehol pada Poros Tengah


Ilustrasi

Janji manis yang terucap TAAT bahwa jika memenangkan pilkada Brebes akan memuluskan pembangunan Jalur tengah yang menghubungkan antara Kecamatan Bantarkawung dengan Kecamatan Ketanggungan. Sayang, kekalahan TAAT membuat pembangunan yang diperkirakan memakan biaya 35 M ini terancam pupus.

Padahal, jalur ini  adalah kebutuhan yang harus dipenuhi demi menggerakkan ekonomi Brebes Selatan terutama bagian barat. Tercatat dua kecamatan, Bantarkawung dan Salem yang paling menderita karena jarak terlalu jauh dari ibukota Brebes. Dengan jalur ini, kedua kecamatan akan lebih aktif dan hemat waktu serta ongkos jika harus ke Brebes. 

Pemekaran Brebes, Mimpi Empat Dekade


Peta Brebes Sekarang




“Suatu saat, Brebes Selatan yang beribukota Bumiayu akan didatangi oleh presiden republik Indonesia. Maka semua rakyat dengan amat senang menyambut pemimpinnya. Lalu, sang pemimpin akan berpidato di lapangan Asri Bumiayu, guna memuji kemajuan pembangunan yang dilakukan oleh kabupaten yang dulunya bergabung dengan Brebes ini.” 

Empat dekade alias 40 tahun lebih mimpi di atas menemui jalan buntu nan tak tertembus. Meski undang-undang pemekaran bisa saja meloloskan lantaran syarat mekarnya sebuah wilayah kabupaten cuma membutuhkan dukungan minimal 5 kecamatan. Kebetulan Brebes Selatan, kini didukung oleh enam kecamatan. Salem, Bantarkawung, Paguyangan, Bumiayu, Sirampog dan Tonjong siap memuluskan jalan. Namun, ibarat sang anak hendak membuat rumah baru, beragam rintangan selalu ada sehingga menunda mimpi.

Bagiku Aparat Bersih adalah Kunci Berantas Korupsi



Ilustrasi (kompasiana.com)

Ketika KPK lahir ada sebuah harapan baru bahwa negeri ini bisa diselamatkan dari dekapan korupsi yang telah mengalir hingga sumsum warga negeri ini. Sayangnya, kenyataan pahit banyak menghadang. Mulai dari realita bahwa sejatinya korupsi telah begitu erat dengan nafas kehidupan bangsa hingga gamangnya pemangku negeri.

KPK adalah formula shock therapy bagi maraknya korupsi yang dikategorikan extraordinary crime ini. Namun karena yang extraordinary sudah demikian merasuk pada jiwa-jiwa warga, maka kejahatan ini bertransformasi menjadi collective extraordinary crime (semoga aja istilahnya benar :D).

Kolektivitas koruptor inilah yang menyebabkan korupsi di negeri ini seolah mata rantai yang tak pernah putus. Mereka punya mekanisme sendiri dalam mengorganisir diri. Mulai dari planning hingga eksekusi. Bahkan mekanisme penyelamatan diri mereka sangat luar biasa. Dengan sistem aotutomi, meniru Cicak, mereka akan memutus alias mengorbankan seseorang dengan tujuan melokalisir. Lokalisasi kasus inilah yang hingga detik ini belum bisa ditembus.

Cantik ala Bintang K-POP Landa Dunia


HDI B.SKIN BB Cream


Dailymail 8 Oktober 2012 lalu dalam sebuah artikel mengulas bahwa ada sebuah produk yang jadi rujukan wajib para pesohor Hollywood saat ini. Produk tersebut berbentuk krim yang berfungsi untuk mempercantik kulit wajah mereka. Krim Blamish Balm nama produk tersebut, biasa disingkat krim BB.

Saking populernya, dailymail menyebut bahwa produk ini ibarat hebohnya iPhone dalam dunia kecantikan. Bukan sembarang pesohor yang memakainya, para nggota Spice Girl yang memakai produk ini dinilai telah berhasil “menyembunyikan” usia mereka sesungguhnya.

Yang cukup mengagetkan adalah fakta bahwa produk ini bisa mendunia seiring kian populernya K-POP. Sebagai sebuah industri, K-POP ternyata juga membawa untung bagi produk-produk pendukung, termasuk kecantikan. Jika Gangnam Style bisa membuat para pesohor menari-nari, maka krim BB adalah krim wajib untuk para pesohor dunia.


Pilkada Brebes: Jika TAAT Menggugat



Pilkada Bersih (thejakartapost.com)

Akhirnya pilkada Brebes telah mendapatkan pemenang. Meski hasil resmi masih harus menunggu sampai tanggal 14 Oktober 2012, namun kemenangan Idjo tinggal menunggu stempel saja. Normalnya, pasangan Idza-Narjo tinggal menunggu pelantikan. Tentu saja jika TAAT tidak menggugat.

Sebagaimana dilaporkan panturanews.com, Real Acount Desk Pilkada yang dihitung sampai pada Senin 08 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB, dari jumlah 3047 TPS yang tersebar di 297 desa dan kelurahan, pasangan nomor urut 1 yaitu H. Agung Widyantoro SH MSi - H. Athoillah SE (TAAT) meraih suara sebanyak 419.630 atau 48,07 persen. Sedangkan pasangan nomor urut 2 yaitu Hj. Idza Priyanti SE - Narjo (IJO), mengungguli rivalnya dengan memperoleh suara sebanyak 452.367 atau 51,93 persen.

Yang Muda Yang Menyatukan


Ustadz Cepot saat Mengisi Halalbihalal Gehol

Warga Gehol alias Jetak, yang ada di desa Sindangwangi, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, telah sekitar 25 tahun tersegregasi dalam dua arus keyakinan. Yang satu kekeh dalam naungan NU yang telah berakar lama di daerah yang sempat jadi basis DI/TII ini. Yang lainnya masuk dalam pelukan ormas yang sejatinya adalah adik kandung NU, Muhammadiyah.

Kanalisasi warga dalam keyakinan tak ayal melebar dalam kehidupan sehari-hari mereka. Munculnya dua organisasi keagamaan ini sering berujung pada letupan-letupan kecil yang didasari emosi sesaat. Apalagi pesantren yang mewadahi kedua organisasi agama ini juga memiliki santri yang tak sedikit.

Pilkada Brebes: Kemenangan Bos dan "Nobody"


Hitung Cepat Sementara Pilkada Brebes
Ditengah keriuhan nasional adu kuat antara KPK dan Polri, Brebes menyelenggarakan pilkada. Pilkada yang memperebutkan G1, alias kursi bupati ini cukup unik. Selain karena menyangkut hajat hidup Gehol juga karena sifat-sifat kedua rival.

Kedua calon adalah petahana, yang satu bupati dan satunya lagi merupakan wakilnya. Keduanya pecah kongsi karena partai masing-masing yang merupakan dua besar di Brebes ogah berbagi lagi. Jadilah Agung mencari dukungan dari kalangan santri dan dapatlah H Athoillah yang merupakan Ketua Pimpinan Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Brebes.

Misteri Bambu Melengkung


Ilustrasi 

Masalah magis dan ajimat masih mengganjal pikiranku. Banyak yang tak masuk akal, namun saat menyaksikan sendiri cuma bisa terbengong-bengong. Melihat bagaimana almarhum nenek menunjukkan dengan tepat lokasi yang dikunjungi orang yang berobat padanya cukup membekas di benakku.

Bagi mereka yang senang dengan dunia lelembut dan olahrasa, semuanya mungkin. Salah satu yang media yang digunakan tentu saja benda bertuah selain mantra. Mendapat jimat bukanlah perkara mudah. Ada yang setengah mati mencari namun tak kunjung diberkahi. Ada yang menolak dengan keras justru dititipi sang empunya ajimat yang biasanya berasal dari dunia lain.

Batu Semar dan Selendang Gaib Gehol




Mengenal Gehol tentu tidak lengkap tanpa deretan tempat mistis dan ajimat bertuah. Sebagai daerah yang terbentuk dengan talirasa yang kuat antara manusia dan alam tak kasat mata, tak heran jika budaya Gehol alias Jetak dimasa lalu erat kaitannya dengan metafisika.

Dua ajimat yang akrab dengan penulis karena kebetulan penemu dan saksinya karib dan saudara. Yang pertama adalah batu berbentuk tokoh pewayangan yang mahasakti Semar Badranaya.  Tokoh yang dalam khasanah Jawadan pewayangan dianggap jelmaan dewa namun berperilaku membumi. Tokoh idaman dalam realita.

Meong Budug: Pelajaran Politik dari Gehol


Ilustrasi (fotografer.net)

Pernah dengar istilah kucing dalam karung? Sebuah istilah yang sangat populer dalam dunia politik dan percintaan. Jangan sampai membeli kucing dalam karung. Demikian selalu yang terngiang di telinga jika kita bersiap memilih pemimpin dan pasangan. Jauh sebelum dunia mengenal istilah ini, Gehol alias Jetak telah mempraktikkannya. Meong Budug!

Pepatah ini bukan saja dipraktikkan dengan sekedar pepatah-petitih namun dalam bentuk yang lebih gampang dicerna. Permainan. Permainan ini selalu dilakukan anak-anak Gehol. Mungkin hingga kini hanya segelintir orang Gehol yang mampu menarik makna besar yang disematkan leluhur dalam permainan yang sederhana ini.

Beda Bangkok dan Jetak



Bangkok dari Chao Phraya
Terlalu jauh memang membandingkan Bangkok yang ibukota Thailand dan Jetak yang cuma ibukota sebuah desa yang sulit dicari di Google Maps. Namun keduanya punya dua kesamaan, berawal dari peradaban tepi sungai.

Bangkok hingga kini masih setia dengan patron sungai sebagai seumber peradaban, sedangkan Jetak dan hampir semua wilayah Indonesia menyia-nyiakan sungai. Bangkok dengan segala beban modernisasinya tetap kukuh mengelola kebersihan sungai dan menambang banyak pundi-pundi uang dari keberadaan sungai.

VIVA Baru: Atur Web Semaumu



Bukti Follow

Sebuah situs berita selalu menyajikan kabar seakurat dan secepat mungkin itu sudah biasa. Namun, apa jadinya jika tampilan situs itu bisa diubah sesuai dengan kebutuhan pembaca? Itu baru luar biasa.

 VIVA baru dengan domain baru ternyata masih mempertahankan fitur ini – sesuatu yang saya anggap hilang sebelumnya. Bagi saya fitur ini penting, bukan karena hobi mengacak-acak tampilan sebuah halaman situs, namun lebih menyesuaikan dengan hobi dan keperluan kita sebagai pembaca.

Gehol Diademkan Ustadz Cepot



Ustadz Cepot dan Panitia (Gehol Community)

Hari itu, 25 Agustus 2012, perempatan Jetak alias Gehol, Sindangwangi, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes penuh dengan khalayak. Mereka datang dari berbagai desa di Kecamatan Bantarkawung dan sekitarnya. Tujuan mereka berbondong-bondong cuma  satu, menyaksikan Ustadz Cepot.

Ya, Sabtu itu adalah hari yang dipilih oleh Gehol Community untuk mengadakan halalbihalal dengan menguncang penceramah caliber nasional. Tak tanggung-tanggung, penceramah yang dihadirkan adalah yang biasa menyapa warga Gehol dan Indonesia umumnya lewat layar kaca. Pesona itulah yang membuat banyak kaum Muslim tergerak menyaksikan sekaligus menyerap apa yang disampaikan sang ustadz.

Robohnya Sandiwara Kami


Ampun!!! 

Imajinasi yang liar dibutuhkan dalam dunia kreatif. Namun jika keliarnya menumpulkan nilai-nilai luhur, maka imajinasi tersebut berubah menjadi sampah belaka.

Warga negara Indonesia penikmat radio di tahun 90-an pasti akan ingat betapa sandiwara radio begitu mengharu biru kehidupan. Salah satu yang legendaris dan menjadi santapan serta ajang imajinasi permainan anak-anak adalah Tutur Tinular. 

Takir Malam Taraweh



Sepuluh malam akhir bulan Ramadhan sangtat istimewa. Apalagi pada malam-malam ganjil. Selain karena lebaran kian dekat, ada malam seribu malam yang terselip di dalamnya. Tak terkecuali bagi warga Gehol, meski jumlah jamaah berbanding terbalik dengan keistimewaannya.

Ilustrasi
Anak-anak adalah yang paling bahagia jika taraweh hendak berakhir. Bahkan saat jeda, tak henti-hentinya mereka mengintip sebelah belakang. Tempat ibu-ibu meletakkan takir. Ya, anak-anak meski sedikit mengeluh karena taraweh kian panjang berkat adanya kunut namun ceria mengingat adanya takir.

Awas Duit Cupang!



Ilustrasi
Di kampungku Gehol sana, ada sebuah ajaran mengenai hak seseorang yang unik dan meresap hingga kini. Meski dijadikan lelucon saat dewasa kini, namun ajaran dibaliknya tanpa terasa begitu kuat mengakar pada jiwa-jiwa manusia Gehol. Ajaran itu adalah duit cupang.

Saat kecil dulu, ada sebuah ketakutan tersendiri dijadikan korban cupang (pesugihan). Konon, jika seseorang dijadikan korban pesugihan jiwanya akan dijadikan penyangga lemari harta di negeri siluman. Kepala sang korban akan menjadi alas kaki lemari sementara tubuh tiada henti didera cambuk. Tantu saja api dimana-mana, menunjukkan bahwa sang korban pesugihan adalah budak kaum setan di negeri pesugihan alias neraka.

VIVA Baru Nan Berwarna


Scrolling Terus!
Terbiasa dengan vivanews.com selama bertahun-tahun tentu sangat nempel di kepala. Sayang, ketika hendak mereviewnya sudah keburu pindah ke .co.id sehingga tidak bisa menyertakan gambar waktu masih berformat .com.

Saat memakai .com, yang paling lekat di kepala adalah kemudahan memindah tab menu yang ada. Sesuatu yang membuat saya kian mudah memilih kategori berita mana yang paling diminati. Saya akan meletakkannya dibagian atas agar tidak perlu menggerakan maouse terlalu banyak.

Pregpegan: Serbu Pasar Jelang Ramadhan


Pasar Tradisional
Ramadhan adalah anugerah, setidaknya bagi kami anak-anak kampung yang dengan datangnya Ramadhan diperbolehkan menyantap setidaknya telur, jika sedang banyak rejeki, ayampun siap disantap. Sungguh beruntung jika menu nikmat tersebut tersaji selama seminggu penuh. Sebab biasanya menu kami berpuasa berfilosofi kendang. Di awal dan diakhir saja yang nikmat.

Karena semiskin apapaun kami biasa memelihara ayam, maka telur relatif bisa dipenuhi minimal untuk sahur di awal puasa. Namun, untuk kebutuhan lainnya, para orangtua dengan senang hati akan menuju pasar yang terletak  4 km dari kampung kami.

TV dan Tobat Ramadhan


Ilustrasi

Ramadhan sebentar lagi tiba. Semua ummat Islam mencanangkan Ramadhan sebagai tambang amal dan ibadah. Maka semua diubah sejak beberapa hari menjelang puasa. Yang tadinya cerewet menjadi pendiam, yang tadinya seksi kini bergamis, yang jarang ke mesjid kini itikaf, dan yang tadinya malas kini kian malas.

Karena demam Ramadhan dan tobat malanda, maka lahan ini digunakan televisi. Tentu ada dua pihak yang untung. Yang pertama adalah mereka yang saat puasa menjadi kian malas dan ingin menambah iman, dan tentu saja pihak televise dan pedagang yang memasarkan program dan produk.

Jedor: Permainan Punah dari Gehol


Skema Permainan Jedor
Di Gehol sebelum listrik merajalela menyuguhkan hiburan, bermacam permainan kreatif pernah singgah dan menghiasi hari-hari bocah-bocah bertelanjang kaki di sana. Salah satu yang sudah lenyap dan hampir hilang dari ingatan adalah Jedor. Jedor adalah sebuah permainan kreatif dengan memanfaatkan seratus persen hadiah alam.

Untuk bermain Jedor dibutuhkan minimal dua orang. Masing-masing hanya bermodalkan biji asem jawa dan batu bulat. Alat lain yang dibutuhkan cuma penghalang biji asem sekaligus sasaran tembak. Permainan ini mirip dengan bowling, pemain menggelindingkan batu bulat agar mengenai penghalang yang biasanya memanfaatkan batu bata atau batu tipis yang bisa berdiri.

Nihil Pemurung di Bantimurung

Air Terjun Bantimurung

Jika mengunjungi Sulawesi Selatan, jangan pernah lewatkan mengunjungi Bantimurung. Wilayah ini telah menjadi sebvuah kawasan wisata yang secara lengkap bernama Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Daerah ini selain memiliki kawasan yang memiliki air terjun indah, taman khusus aneka kupu-kupu juga berpuluh gua. Mengingat daerah ini merupakan daerah karst, maka tak heran jika menemukan banyak gua.

Mbah Jantip


Ilustrasi Dukun

Menjadi kaya adalah idaman setiap manusia, tak terkecuali manusia Gehol alias Jetak. Karena pekerjaan bertani lebih banyak merugi, maka merantau jadi pilihan. Sayangnya, susah payah merantau belum juga menghasilkan. Akhirnya ada saja sedikit orang yang mencoba jalan pintas.

Tersebutlah Mbah Jantip, dukun sakti berasal dari antah-berantah yang bertugas mengayomi sesama mampir ke Gehol. Ketidakjelasan asal-usul adalah wajib bagi dukun sakti, sebab semakin misterius ia berasal semakin banyaklah spekulasi bisa dikembangkan. Akhirnya makin terbiuslah kaum miskin yang ingin cepat kaya.

Melunturnya Nilai Aktivis


Ilustrasi Rusuh Demonstrasi

Saat SD dahulu, tak pernah terbayangkan ada yang namanya demonstrasi. Layar televisi, radio, dan majalah langganan sekolah tak sekalipun menyebutkan kegiatan tersebut. Semua kritik dan saran selalu ditampung di kotak saran yang selalu disediakan tiap instansi. Bila tak memuaskan, toh Sang Presiden kita waktu itu selalu siap sedia turun menemui rakyatnya. Begitulah dunia damai Indonesia waktu itu, setidaknya dalam alam pikiran kami anak sekolah dasar di kampung.

Memasuki SMP, kegaduhan menyapa negeri hingga pelosok. Tercatat kota kecilku, Bumiayu, menjadi salah satu ajang kerusuhan dan penjarahan yang tentu saja memilukan. Setidaknya berpuluh toko yang entah mengapa jadi sasaran utama para penjarah. Lalu kata demontrasi dan demontran terasa begitu akrab di telinga. Semua media, kecuali majalah dan buku sekolah, begitu gamblang mendeskripsikan apa itu demontrasi.

Pendidikan: Dulu dan Kini


Ilustrasi Pendidikan
Kabar menggebirakan datang dari keponakanku yang naik ke kelas 4. Dia juara satu di kelasnya. Sebuah prestasi yang ia raih setelah diiming-imingi berbagai macam hadiah dari orang tuanya. Kesimpulannya, semua bisa digapai asal ada harga yang dibayar.

Tentu keadaan di atas jauh berbeda pada jamanku apalagi jaman buyutku. Jamanku, juara kelas tidak pernah ada janji apapun dari orang tuaku, karena memang tak mampu. Hanya ada hadian pensil dan buku tulis tiga biji. Semua hadiah diserahkan saat upacara penutupan catur wulan. Kesimpulannya, juara karena yang lain malas belajar, atau terlalu sibuk bekerja karena mereka punya sawah atau kebun sementara aku tidak.

Tabu di Petahunan


Ilustrasi
Bendung Petahunan kembali memakan korban. Kali ini, gadis yang masih belia dipaksa takdir menyerahkan nyawanya kepada kejamnya air. Sebuah kesia-siaan yang berpangkal pada tabu di bendungan yang berair tenang tersebut. Tabu tersebut adalah, ego!

Mungkin terdengar kejam ketika sedikit menyalahkan korban yang telah meninggal. Namun berulangnya kejadian ini adalah karena minimnya kehati-hatian sekaligus pengetahuan medan dari para korban. Penulis sendiri pernah menyaksikan teman sekolah yang tenggelam, bahkan di depan mata kepala sendiri. Dua orang perempuan dan kebetulan penulis yang terdekat dengan mereka dan yang menariknya hingga ke pinggir. Alhamdulillah mereka selamat, meski mengalami trauma hebat.

Semoga Tak Ada "Samsul" di Brebes!

Samsul Penjual Cilok di Kaki G. Slamet (http://inspirasiperjuanganmu.blogspot.com)

Potret kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1. Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah.

Jika BBM Naik



Kenaikan BBM (inilah.com)
BBM memang tidak jadi dinaikkan 1 April lalu. Namun mengingat utak-0atik pasal siluman yang kini sedang diuji materi, maka kenaikan tinggal menunggu waktu saja.

Maka sesungguhnya hari kian dekat dengan waktu untuk mengantre BBM tepat sebelum pukul 00.00 tiba. Saat itu, adalah hari terakhir premium yang merupakan bahan bakar kaum miskin bisa dinikmati dengan harga Rp 4.500,00. Meski faktanya harga di pedesaan tidaklah sebesar besaran yang ditetapkan pemerintah karena buruknya system distribusi yang dimiliki pemerintah. Sejak skenario kenaikan BBM diumumkan oleh pemerintah, maka kejadian sebagaimana diuraikan di atas tentu saja sudah di depan mata.

Adegan berikutnya mudah ditebak, sekumpulan insentif langsung untuk rakyat digelontorkan bak Sinterklas. BLT yang diharapkan mampu menyelamatkan rakyat miskin yang menuju kolaps pascakenaikan BBM menjadi pilihan. Program yang mempertotonkan kemiskinan secara vulgar ini akan kembali mengharu biru di tanah Indonesia. Jangan lupakan tontonan lain dari adanya Bantuan Langsung Tunai ini, korupsi terstruktur dari tingkat RT hingga entah di mana puncaknya.

Pilkada DKI oleh Si Bodoh


Permainan lempar gelang tentu hampir semua tahu. Permainan yang doleh sebagian orang dikategorikan judi ini menuntut keahlian yang mumpuni jika tak ingin rugi. Ketepatan membidik sekaligus kesabaran mungkin merupakan kuncinya. Tentu saja, keberuntungan mutlak diperlukan.

Bayangkan saja, hadiah yang disediakan adalah jejeran botol minuman ringan tanpa penghalang, botol minuman berenergi yang di atasnya diberi potongan kayu, minuman ringan berukuran besar yang diganduli rokok, hingga ponsel. Tentu saja ponsel yang dijadikan hadiah adalah handphone dengan papan ketik qwerty yang tentu saja besar. Yang pasti, dengan diameter gelang yang hanya sedikit lebih besar dari mulut botol tentu hal yang sulit agar tidak merugi.

Dengan alat yang dibuat demikian tersebut, maka peluang paling besar hanya memperebutkan hadiah berupa botol minuam ringan seharga tiga ribu rupiah. Harga yang harus ditebus untuk dapat melemparkannya adalah seribu rupiah untuk enam gelang. Jika  akurasi lemparan, kesabaran, dan keberuntungan menyatu, bukan tidak mungkin dengan uang seribu minimal mendapatkan satu botol minuman. Namun jika ketiganya jauh dari diri Anda, maka cukuplah mendapat kesenangan sebagai gantinya. Jika bukan kejengkelan.

Berkaca dari Muamba

Stop Kekerasan di TV

Saat Fabrice Muamba kolaps di lapangan, hingga kini tak ada tayangan resmi dari penyelenggara Liga Primer Inggris. Sebuah sikap terpuji yang dilakukan demi menghormati seseorang yang berjuang dengan maut. Sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh pers kita.

Tengok saja beberapa kasus yang memperlihatkan kekerasan yang bahkan sampai merenggut korban jiwa namun lolos dari sensor di negeri ini. Kerusuhan di Jakarta Utara saat Satpol PP hendak menggusur Makan Mbah Priuk contohnya. Dengan massiv beberapa televisi menayangkan adegan warga sipil membantai petugas yang sudah terkapar tak berdaya. Bukan hanya gambar bergerak, bahkan fotonya bertebaran di hampir semua sampul media cetak selama beberapa hari. Sadis!


Pekerjaan Mematikan di Jakarta


Pekerjaan Berbahaya

Jakarta adalah kawah candradimuka bagi manusia Indonesia. Kesuksesan di Jakarta adalah jaminan mutu untuk melanjutkan sukses di daerah. Bahkan jikapun gagal di Jakarta, bekal pengalaman di Jakarta bisa dijadikan pijakan untuk meraih sukses di daerah. Setidaknya begitulah asumsi hampir semua orang selama ini.

Maka membludaklah Jakarta dengan segenap pekerjanya mulai dari yang dianggap professional, semipro, hingga dianggap tidak professional. Kasar, kantoran, dan entah apalagi sebutannya. Semua diklasifikasikan menurut tempat, jenis pekerjaan, besaran gaji, pakaian, jam kerja, hingga daerah asal.

Dari hiruk pikuk manusia Indonesia yang mengais rezeki di Jakarta, tidak sepenuhnya risiko yang ditanggung sebanding dengan hasil yang didapat. Namun hitung-hitungan materi tak semata mampu mendefinisikan dengan jelas pekerjaan yang dilakukan. Banyak yang harus dilihat karena tidak semua yang terlihat bisa ditarik kesimpulan yang objektif.

Yang Harus Dibela, Manusia atau Monyet?


Mereka yang Kurang Beruntung

Datanglah ke Ibu Kota Indonesia, maka telah begitu banyak monyet-monyet yang menari-nari di pinggir jalan, keluar masuk gang, hingga pelataran sekolah-sekolah. Mereka bukan monyet liat tentu saja, tapi mereka adalah monyet-monyet perkasa yang berjasa pada tuannya.

Ada yang sekedar dibekali dengan motor-motoran, topeng, kuda lumping mini, hingga ada juga yang di temani dengan hangar binger musik. Pemiliknyapun beragam, ada yang bermain solo mulai dari main musik, mecut, hingga mengajarkan trik-trik mengundang decak tawa penontonnya.  Ada juga yang orkestra dengan minimal tiga orang. Biasanya ada yang khusus menangani gendang, gambang atau saron mini, dan atraksi.

Para tukang topeng monyet yang seorang diri beroperasi biasanya berlapak di tepi jalan, terutama perempatan. Sementara itu, yang berkelompok biasa menghibur anak-anak menengah ke bawah di kompleks atau gang-gang. Keduanya sama, memeras tenaga sang kera demi rupiah.

Bawangku Sayang, Bawangku Malang


Kebun Bawang
Dua puluh tahun lalu, sepulang sekolah aku punya kegiatan rutin yang bisa dibilang menyenangkan meski melelahkan. Nyenggot! Ini adalah sistem perairan demi mengairi kebun bawang merah. Sebuah komoditi paling terhormat setelah cengkeh yang rontok dan beras yang dihormati karena wajib demi memenuhi perut.

Nyenggot terjadi karena saluran irigasi tidak mungkin secara alami mengairi kebun bawang. Hal ini karena kebun bawang berada lebih tinggi daripada saluran air. Nyenggot sendiri bisa disamakan dengan mengerek air dari sumur. Hanya saja mekanisme kerjanya mirip portal di kompleks perumahan. Portal diberi beban di ujungnya dan ujung satunya diberi tali dan timba.

Saat keadaan kosong, timba dikerek agar bisa mengambil air dari saluran irigasi. Karena diujung bambu (biasanya memakai bambu yang lebih murah dan mudah) terdapat beban yang cukup berat, maka timba yang berisi air dengan sendirinya mudah diangkat. Nyenggot sendiri hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan tangan. Tubuh penyenggot sendiri dibuat senyaman mungkin. Biasanya disediakan tempat duduk sederhana demi menyamankan penyenggot. Karena rajin nyenggot itulah, tubuh kurusku lumayan berotot meski terkendala dengan makanan lima sehat dan empat sempurna.

Misteri Kepala dalam Jembatan


Jembatan Cigunung
Saat negeri ini masih mengandalkan rakit untuk menyeberang sungai, maka datanglah insunyur-insinyur Barat. Para insinyur tersebut memperkenalkan pembangunan jembatan. Karena kebanyakan dari mereka adalah orang Belanda maka nama jembatan  di kampungku bernama brug. Kata ini berasal dari burg, yang di Negeri Kincir Angin sana berarti jembatan.

Lalu berlombalah seluruh negeri membangun brug, eh jembatan. Sayangnya karena minimnya pengalaman dan tenaga ahli, maka jembatan yang dibuat masih lebih sering rusak dan tak tahan lama. Maka bertanyalah warga kepada para meneer tersebut.

“Bagaimana cara yang ampuh agar kami bisa membangun jembatan yang kuat dan awet?” demikian ungkap salah satu tetua kampung yang paling disegani dan punya keberanian berbicara dengan Bangsa Bule.

“Dengan ini!” jawab salah seorang meneer yang juga insinyur tersebut sambil menempelkan jari telunjuknya tepat di jidatnya.

Asal-Usul Jetak?



Jika dirunut berdasarkan arti, maka sebuah nama sesederhana apapun seyogyanya memiliki makna. Meski ada ungkapan apalah arti sebuah nama, faktanya setiap hendak menamai seseorang, maka sederet doa dan harapan ikut disematkan.

Tak sekedar nama orang, demikian juga dengan nama sebuah tempat. Bahkan dari penamaan tersebut, bisa jadi langkah awal guna menemukan benda-benda berharga. Tentu saja dengan terlebih dahulu meminta izin yang punya tempat.

Mari tengok seberapa kaya daerah Anda dengan memerhatikan penamaan yang telah disematkan leluhur. Bukan dengan tujuan demi mendapatkan harta karun tentu saja, namun dengan mengatahui makna tempat kita berpijak setidaknya akan makin memperbesar kecintaan terhadap tempat kelahiran.

Perjalanan Akhir Sang Guru

Ilustrasi Perjalanan Hidup

Setiap anak, saat sekolah, bisa dipastikan lebih banyak menyoroti ketidaksesuaian pengajar alias guru mereka. Sedikit saja sang guru memberikan bebas, maka caci maki kadang diam-diam dialamatkan padanya. Doa-doa buruk dialamatkan demi melampiaskan kejengkelan. Namun segala kebaikan yang ditanam seolah keharusan alias tugas sang guru sehingga tak perlu dikomentari. Apalagi diikuti ucapan terima kasih.

Mungkin itu juga yang menyebabkan Guruku yang kini entah kemana tak terdeteksi keberadaannya. Dia adalah ikon akan ketegasan di sekolahku dahulu. Sebuah sekolah yang sebelum dijadikan “penjara” – dikelilingi tembok setinggi dua meter – adalah tempat yang membebaskan siswanya mereguk karunia alam saat instirahat. Di sekolahku, sebelum pagar mengelilingi, pergi ke sisi sungai sambil membawa mangkuk para penjual berisi jajanan adalah kenikmatan yang susah disetarai.

Ironi di Seberang Resto Cepat Saji


Ilustrasi (kompas.com)



Seorang bocah yang meski bernama, namun namanya takkan masuk sejarah apalagi kini ia telah meninggal. Sebuah kejadian yang telah kuprediksi sejak pertama kali melihatnya.

Ia berada disana, di pertigaan jalan tepat di garis penyeberangan, seharian - sejak pagi hingga kemudian jalanan sepi. Sang Ibu menemani sambil sesekali memberikan cairan putih dalam botol yang diperuntukkan untuk menampung air susu formula. Jikapun benar air putih itu susu, kuyakin takarannya tak sesuai dengan kebutuhan si Bocah yang sudah almarhum tersebut.

Si Bocah juga ditemani kakaknya, aku duga demikian melihat kemiripan fisik dan kelakuannya kemudian saat Sang Ibu tak ku lihat lagi. Pergi entah kemana. 

Ketika Sandiwara Radio Berjaya


Radio

Radio mungkin adalah satu-satunya media yang mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Saat televisi dan internet menggempur, eksistensi radio tetap ada meski penggemarnya mulai tergerus.

Gehol sebagai sebuah peradaban tentu saja akrab dengan radio. Apalagi di masa-masa ketika televisi masih menjadi barang mahal dan hiburan lainnya hanya datang di saat-saat tertentu. Radio dengan kemampuannya menyajikan hiburan murah mampu mengambil hati warga Gehol yang minim hiburan.

Masih segar dalam ingatan saat sore hari sesudah Ashar dan menjelang Maghrib warga Gehol, terutama ibu-ibu, berkumpul di halaman rumah masing-masing. Mereka berbaris membentuk “kereta api” dengan yang paling tua berada pada jajaran paling depan. Barisan “kereta api” tersebut adalah aktivitas membersihkan rambut dari binatang kutu, ketombe, hingga uban.

Permainan Gehol yang “Direnggut” PLN


Gobak Sodor

Terang bulan adalah anugerah tak terlupakan saat masa kecil masih belum disentuh listrik PLN. Saat itu,  pekerjaan anak-anak kecil hanya lima: sholat, mengaji, sekolah, kerja, dan bermain. Bermain adalah kegiatan wajib ada meski saat sholat, mengaji, sekolah, dan kerja.

Lalu kenapa ketika terang bolam milik PLN begitu terkesan merenggut kekompakkan bocah-bocah Gehol? Jawabannya adalah karena listrik PLN memacu penduduknya mengisi rumah dengan barang-barang yang “mencegah” anak-anak mereka keluyuran malam sesudah mengaji. Bahkan memanjakan anak-anak di siang hari saat sekolah usai.

Ingatanku masih sangat kuat ketika Gobak Sodor, Benteng, dan Jambelong menemani malam hari kami. Dengan bantuan penerangan seadanya mulai dari pelita, petromaks, neon bertenaga aki, kelap-kelip neon dari mesin diesel yang dirawat bapakku, hingga cahaya gratis dari bulan, anak-anak Gehol akan memenuhi setiap tempat lapang yang bisa dijadikan tempat bermain.

Nyorog: Bukti Cinta ala Gehol




Menjadi jomblo, dimanapun kau berada, pasti tak mengenakkan. Apalagi di Gehol yang memiliki tradisi menunjukkan cinta yang teramat tinggi. Di Gehol alias Jetak, terdapat sebuah tradisi yang sangat erat dengan cinta. Nyorog.

Nyorog secara harfiah adalah memberikan. Namun dalam tradisi Gehol, nyorog bisa diartikan juga sebagai ajang pembuktian cinta. Dalam tradisi ini, si perempuan dan keluarganya akan memberikan hantaran berupa makanan, minuman, pakaian, dan entah apalagi. Sang pria cukup duduk di rumah dan menyalakan petasan sebagai tanda kedatangan perempuan tercintanya. Juga sebagai tanda bahwa ada perempuan yang mau menjadi pasangannya.

Cengkeram Perempuan di Senayan


Perempuan-Perempuan Tersorot Korupsi
Dari pemilu ke pemilu, kaum perempuan dan feminis begitu menggebu untuk mendapatkan porsi yang lebih. Bagaimanapun, hak mereka tersebut memang sudah seharusnya sama dengan lelaki. Termasuk dalam berpolitik, salah satunya menjadi anggota DPR.

Hasilnyapun menggembirakan. Dari 650 anggota DPR saat ini, 101 kursi (18,03%) diduduki politisi perempuan dari berbagai partai. Ini adalah kenaikan yang cukup signifikan dibadingkan pemilu 2004, ketika jumlah politisi perempuan di DPR baru mencapai 11,6%. Angka perempuan di DPR kini terpaut hampir 10% dengan hasil pemilu 1999 baru mendudukkan 8,6% perempuan di DPR.

Ekspektasi yang tersemat dengan kian meningkatnya anggota dewan dari kaum perempuan tentu hanya satu, perubahan positif terkait peran dan kewenangan DPR yang jauh dari kemaslahatan ummat. Harapan kepada perempuan sama seperti harapan rakyat pada kaum muda. Sebab sudah tak cukup kata-kata untuk melukiskan kebobrokan DPR di negeri ini.

Uniknya Kekerabatan di Gehol

Ilustrasi Keluarga
Masih ingat dengan sistempenamaan anak dengan memakai primbon sederhana ala Gehol? Nah, di artikel kali ini akan digambarkan sedikit keunikan system kekerabatan di Gehol.

Setiap daerah pasti memiliki system kekeluargaan. Tentu saja system tersebut unik sebagaimana uniknya setiap budaya di daerah setempat. Nah, keunikan akan kekerabatan di Gehol alias Jetak berikut bisa jadi hanya terjadi di daerah Gehol saja. Namun tentu juga tidak menutup kemungkinan terjadi juga di daerah lain, dengan sebutan berbeda.

Keunikan system kekerabatan di Gehol bukan saja sebatas nama, namun juga bagaimana hubungan tersebut bisa tercipta. Mau tau seberapa unik? Sila simak sedikit uraian dari saya.

Larangan Unik di Hari Kliwon


Ilustrasi Menjemur dan Memukul Kasur (detik.com)
Masih ingat dengan aneka pamali unik dari Gehol di artikel lalu? Di artikel ini saya akan memaparkan salah satu pamali unik yang ada di Gehol. Keunikan pamali ini menurut saya susah ditemui di daerah lainnya.

Pamali yang terkain dengan hari pasaran kliwon memang banyak, tapi yang unik dari Gehol adalah menerapkan pamali itu dalam beberapa aktivitas sehari-hari. Salah satu yang paling unik adalah larangan memukul kasur saat di jemur pada hari-hari kliwon.

Adapun hari kliwon yang dimaksud adalah Selasa dan Jumat Kliwon. Jadi, pada saat warga Gehol alias Jetak menjemur kasurnya di kedua hari di atas, maka haram hukumnya membersihkan kasur dengan memukul-mukulnya. Jika Anda nekad melakukannya, maka berbesarhatilah jika diingatkan oleh tetangga.

“Goyang Karawang” di Lidah


Bumbu alami yang kuat menyelimuti tubuh Jambal
Mendengar kata Karawang, maka yang terlintas di benak sebagian besar dari kita dalah goyangannya. Tapi tahukah bahwa Karawang juga bisa menggoyang lidah dengan amat lihai? Tak percaya? Kunjungi saja Pepes Jambal Pak Emin di dekat Bendungan Walahar sana, dijamin lidah Anda akan disuguhi goyangan aneka pepes, sambal, nasi, dan lalapan yang aduhai.

Mengunjungi rumah makan yang selalu ramai ini tak pernah bosan. Saya sendiri sudah lima kali lebih sengaja ke Karawang demi merasakan hidangan yang selalu menimbulkan ekstase tersendiri bagi lidah saya ini. Butuh perjuangan yang lumayan demi menikmati pepes jambal yang rasa dan kualitasnya sempurna ini. Selain harus menyusur tol Jakarta-Cikampek dan keluar di pintu Tol Karawang Timur, antrian yang mengular di tempat makan yang dituju juga telah menunggu.

Berkah Imlek Bagi Gehol


Meski warga Gehol secara genetis tak memiliki DNA China dan percikannya, namun Imlek tetap memberi pengharapan bagi mereka. Setidaknya dari tanda-tanda alam yang ditunjukkan saat hari raya bangsa China tersebut tiba.
Tahun Baru Imlek
Warga Gehol alias Jetak adalah manusia-manusia yang selalu membaca pertanda dari alam. Sekuat apapun budaya yang memengaruhi mereka untuk lepas dari alam, namun tetap saja alam dan pertanda yang ditampilkannya tidak pernah lepas dari pengamatam warga Gehol. Hampir setiap langkah yang hendak diambil diperhitungkan dengan cermat dan tepat sehingga hasilnya sesuai harapan. Tentu saja usaha yang dilakukan dalam mencapai keinginanpun senantiasa diselaraskan dengan alam juga.

Ki Kabayan Pahlawan Gehol


Ilustrasi Kabayan

Kabayan pasti sudah sangat akrab dalam khasanah dongen masyarakat Indonesia. Namun yang menjadi pahlawan Gehol kali ini jauh dari figur Kabayan dalam dongeng Sunda. Meski mungkin pada masa lalu Kabayan dalam dongeng memiliki peran serupa dalam diri Kabayan yang jadi pahlawan Gehol.

Kabayan di Gehol adalah perangkat desa paling rendah dalam struktur pemerintahan desa. Karena kabayan mungkin terasa “udik”, maka kini jabatan tersebut menjadi urusan umum. Kabayan di Gehol benar-benar mampu menjadi roh pemerintahan di Gehol. Ia lebih merakyat dan lebih popular serta lebih akrab dengan warganya ketimbang para pemangku tugas desa lainnya. Jika Kabayan disukai karena peranannya, maka pemangku yang lain boleh jadi lebih ditakuti daripada disukai.

Liga Lebaran di Gehol

Anak-anak Gehol sedang bertanding






Olahraga tentu tak dapat dipisahkan dari manusia. Sebab selain alat agar tubuh sehat, olahraga adalah sarana untuk menghibur pelaku dan penikmatnya. Dan masyarakat Gehol sebagaimana layaknya manusia biasa tentu juga butuh hiburan. Olahraga, terlebih sepakbola dan bola voli adalah menu hiburan termurah dan terpopuler di Gehol alias Jetak sana.

Gehol sendiri melekat menjadi sebuah identitas bagi masyarakat Jetak karena cintanya Jetak akan olahraga. Gehol adalah akronim dari generasi hobi olahraga. Secara etimologi, gehol susah dipastikan apa namanya. Makna pastinya sendiri hingga sekarang susah disasar.

Pada jamannya, Gehol mampu merajai ajang sepakbola sekecamatan. Namun Gehol masa lalu tetaplah Gehol. Meski mereka jago mengolah bola, sifat lugu tetaplah melekat dalam jiwa mereka. Pernah suatu waktu saat pertandingan antardesa, seorang pemain Gehol kena kartu kuning. Saat wasit mengacungkan kartu, sang pemain Gehol dengan sigap mengambilnya. Bagi sang pemain, pemberian kartu diartikan secara harfiah saja. Diberi berarti yang menerima harus mengambilnya. Lugu!

Cara Unik Menamai Anak di Gehol

Ilustrasi

Memberi nama manusia gampang-gampang susah. Banyak aturan yang mesti dipenuhi agar yang memiliki nama tersebut nantinya bisa hidup bahagia. Karena nama pada dasarnya adalah doa bagi yang menyandangnya.

Bagi warga Gehol alias jetak, Sindangwangi, Bantarkawung, Brebes, Jateng, menamai seseorang memiliki cara unik nan sederhana. Karena pada dasarnya nama adalah sebuah doa orang tua, maka penamaan anak-anak Gehol sebisa mungkin mengandung harapan agar kelak sang anak hidup lebih baik dari para orang tuanya.

Penamaan di Gehol jaman aku kecil dan sebagian warga masih memakainya hingga kini berpatokan pada hari lahir. Di Gehol, hari lahir seseorang akan mudah ditebak berdasarkan nama mereka. Sebab nama hari akan identik dengan huruf depan sang empunya nama.

Berikut adalah patokan dasar bagi seseorang dalam memberikan nama di Gehol. Jika si bocah lahir Senin maka nama depannya akan dimulai huruf R. Kalau lahir Selasa nama akan dimulai dengan huruf C. Untuk Rabu, maka nama akan dimulai huruf T. Kamis, nama sang anak diawali huruf S. Jumat maka nama akan dimulai dengan huruf D. Untuk Sabtu dan Minggu maka nama warga Gehol akan dimulai huruf W dan K.

Hilangnya Ternak di Gehol

Ternak vs Mesin

Gehol alias Jetak sebagaimana kebanyakan kampung di Jawa Tengah bergantung pada pertanian. Dan pertanian akrab dengan ternak, mulai dari ayam, itik, kambing, sapi hingga kerbau. Sayangnya hewan-hewan ternak tersebut kian jarang ditemui. Jika dahulu di jalanan gehol kau menemukan bukti eksistensi kerbau dan sapi lewat “sekumpulan kue hijau”, kini tembelek alias tai ayampun susah ditemukan.

Tentu bukan karena warga Gehol malas atau enggan memelihara hewan-hewan tersebut. Namun, sebagaimana prinsip ekonomi berlaku, maka pemeliharaan ternak terutama ternak besar terlampau merugi untuk dipertahankan. Biaya pemeliharaan yang tinggi tidak sebanding dengan harga jualnya yang bisa dipermainkan bakul ternak.

Kambing, kerbau dan sapi dahulu adalah simbol kemakmuran pemiliknya. Karena bisa dipastikan bahwa para pemiliknya adalah pasti warga yang memiliki sawah luas dan tanah tak sedikit. Pemilik hewan ternak tentu selain harus memiliki lahan untuk kandang juga biasanya membayar orang untuk mengembalakan ternak-ternak mereka.

Pamali Teraneh di Gehol


Di Gehol Tanaman Oyong Dilarang


Setiap negeri pasti ada larangan atau hal yang terlarang atau tabu untuk dilakukan oleh penduduknya. Uniknya, larangan tersebut bukan karena semata karena diundangkan. Akan tetapi banyak sekali larangan yang bersifat pamali yang justru lebih ditaati daripada undang-undang tertulis.

Menelisik pamali di kampungku sulit sekali menemukan jawaban kenapa hal tersebut terjadi. Kelahiran pamali selain sulit ditelusuri juga sangat susah dinalar. Pamali ini ada seakan sudah mendarah daging dalam setiap warga Jetak alias Gehol tanpa harus diajarkan. Yang paling unik, pamali meski tak masuk akal sekalipun terkadang sangat ditaati.

Di Gehol ada beberapa pamali yang amat sangat unik, beberapa masih ditaati dan yang lainnya sudah dianggap hanya lelucon saja. Adapaun beberapa pamali unik dari Gehol adalah sebagai berikut:

Pecel Daun Kencur dari Pelosok Kebumen

Pecel Khas Peniron

Peniron, hanyalah sebuah desa kecil di 12 km utara kota Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Terletak di sebelah barat lembah Luk Ulo, sebuah sungai terbesar di Kebumen yang membelah Kebumen menjadi dua daerah dengan kebudayaan sedikit berbeda satu dengan lainnya, yang sering orang katakan sebagai daerah wetan kali dan kulon kali. Sebagai desa, Peniron tidak ada yang istimewa dan mungkin nyaris sama seperti desa-desa lain yang jauh dari kota.

Begitulah pembukaan dari sebuah blog yang khusus mengupas Peniron, desa yang menurutku eksotis. Eksotis terutama dalam rasa, kebetulan aku berkesempatan merasakan pecel khas Peniron. Sama seperti pecel pada umumnya namun tambahan kecombrang dan daun kencurnya dijamin susah ditemukan di daerah lain.