Takir Malam Taraweh

1:43:00 PM Unknown 0 Comments



Sepuluh malam akhir bulan Ramadhan sangtat istimewa. Apalagi pada malam-malam ganjil. Selain karena lebaran kian dekat, ada malam seribu malam yang terselip di dalamnya. Tak terkecuali bagi warga Gehol, meski jumlah jamaah berbanding terbalik dengan keistimewaannya.

Ilustrasi
Anak-anak adalah yang paling bahagia jika taraweh hendak berakhir. Bahkan saat jeda, tak henti-hentinya mereka mengintip sebelah belakang. Tempat ibu-ibu meletakkan takir. Ya, anak-anak meski sedikit mengeluh karena taraweh kian panjang berkat adanya kunut namun ceria mengingat adanya takir.

Takir ini disajikan pada malam-malam ganjil 10 hari menjelang akhir Ramadhan. Penyedianya sendiri secara sukarela dan digilir tanpa komando. Akibatnya, tak jarang jika hari ini takirnya hanya lima sedangkan di hari lain bisa melonjak menjadi sepuluh. Faktor ekonomi yang bvelum stabil mengakibatkan penyediaan takir menunggu sang empunya ikhlas menyajikan sekaligus tak membuat malu penyajinya.

Selain malam ganjil 10 hari akhir Ramadhan, tradisi takir biasa ada pada perayaan besar keagamaan yang menampilkan ceramah. Di masa lalu, banyak anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua hadir mendengarkan ceramah para kyai di kampungku. Sebagai apresiasi untuk mereka yang hadir, warga kampung menyediakan takir. Berratus takir dibagikan kepada yang hadir. Kian banyak takir, kian meriahlah pengajian tersebut.

Secara definisi kata, takir berarti wadah atau tempat makanan darr daun pisang yang disemat dengan lidi pada kedua sisinya. Takir sendiri berisi nasi dan lauk yang dibungkus daun pisang. Isi lauknya bisa beragam tergantung seberapa mampu dan ikhlas penyumbangnya. Jika beruntung, telur atau ayam bisa dinikmati. Selain mengandalkan keberuntungan, pertemanan juga bisa diandalkan. Bagaimanapun, pembagi takir adalah manusia sekampung yang tentu mudah dikenal. Jika berteman dekat, maka dengan mudah takir yang nikmat bisa dinimkati dan gilirannya juga tak terlalu lama.

Itu adalah gambaran Ramadhan 10 tahun lalu di kampungku Gehol sana. Entah apakah takir masih eksis menemani keceriaan taraweh anak-anak saat ini atau tidak. Semoga masih.

0 comments: