Meong Budug: Pelajaran Politik dari Gehol

1:10:00 PM Unknown 2 Comments


Ilustrasi (fotografer.net)

Pernah dengar istilah kucing dalam karung? Sebuah istilah yang sangat populer dalam dunia politik dan percintaan. Jangan sampai membeli kucing dalam karung. Demikian selalu yang terngiang di telinga jika kita bersiap memilih pemimpin dan pasangan. Jauh sebelum dunia mengenal istilah ini, Gehol alias Jetak telah mempraktikkannya. Meong Budug!

Pepatah ini bukan saja dipraktikkan dengan sekedar pepatah-petitih namun dalam bentuk yang lebih gampang dicerna. Permainan. Permainan ini selalu dilakukan anak-anak Gehol. Mungkin hingga kini hanya segelintir orang Gehol yang mampu menarik makna besar yang disematkan leluhur dalam permainan yang sederhana ini.

Permainan ini bernama Meong Budug, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan Kucing Buduk. Meong Budug dimainkan dengan sedikit sekali properti yang dibutuhkan. Cukup keakraban sekaligus keberanian berbagai daki dan sarung.

Berbagi daki penting bagi suksesnya permainan Meong Budug. Sementara sarung, tentu saja setiap warga Gehol memilikinya dan permainan takkan bisa dilakukan tanpa alat yang religius ini. Satu lagi, permainan wajib dilakukan di malam hari, sebab dalam gelap adalah sebaik-baiknya menyembunyikan diri.

Peraturannya sederhana saja. Setiap anak yang jaga wajib mengenali kawannya yang berbalut sarung. Karena warga Gehol alias Jetak rata-rata miskin sehingga kepemilikan warung mudah dikenali, maka untuk mengelabui lawan terjadilah pertukaran sarung. Jika diibaratkan, sarung tentu saja adalah kendaraan politik jaman sekarang alias partai. Bukankah banyak pemimpin kita yang lari sana-sini menaiki parpol berbeda. Terpujilah leluhur Gehol yang sejak dahulu menanamkan hal ini.

Namun anak yang jaga wajib memiliki kreativitas guna mengetahui kawan dengan tepat. Maka dilakukanlah identifikasi tersebut mulai dari meraba, mencubit agar anak dalam sarung terdengar suaranya, atau bahkan menggelitik mereka. Pendek kata, semua cara bisa dilakukan agar sang anak yang jaga bisa mengenali dengan tepat siapa yang bersembunyi dalam sarung siapa.

Simpel dan sangat sederhana bukan? Namun maknanya sungguh luar biasa. Dalam percaturan politik yang carut marut sekarang ini, teknik Meong Budug ternyata sangat dibutuhkan. Tidak sekedar slogan semata, namun wajib dipraktikkan agar tak membeli kucing dalam karung. Sebagai rakyat yang menggantungkan harapan kepada pemimpin, wajar jika rakyat menguji calon pemimpinnya hingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Tidak sekedar janji-janji dan mengandalkan ‘wani piro’.

Kita sebagai rakyat jelata layaknya anak yang jaga. Wajib mengetahui isi dari si calon yang dibungkus partai. Tak peduli sereligius apa yang membungkus, toh suara dan perilaku yang dibungkus belum tentu sebagus “sarung” alias partai yang membungkusnya.

2 comments:

  1. Berbagi Kisah, Informasi dan Foto

    Tentang IndahnyaINDONESIA

    www.jelajah-nesia.blogspot.com

    ReplyDelete