Pregpegan: Serbu Pasar Jelang Ramadhan
Pasar Tradisional |
Ramadhan adalah anugerah,
setidaknya bagi kami anak-anak kampung yang dengan datangnya Ramadhan
diperbolehkan menyantap setidaknya telur, jika sedang banyak rejeki, ayampun
siap disantap. Sungguh beruntung jika menu nikmat tersebut tersaji selama
seminggu penuh. Sebab biasanya menu kami berpuasa berfilosofi kendang. Di awal
dan diakhir saja yang nikmat.
Karena semiskin apapaun kami
biasa memelihara ayam, maka telur relatif bisa dipenuhi minimal untuk sahur di awal
puasa. Namun, untuk kebutuhan lainnya, para orangtua dengan senang hati akan
menuju pasar yang terletak 4 km dari kampung kami.
Dengan menumpang angkutan bak
terbuka, hingga kini masih ada, para ibu sehari sebelum puasa dan sehari
sebelum lebaran bergerak menuju pasar membelanjakan uang yang setengah mati
dikumpulkan para lelaki. Saking banyaknya yang hanya bisa ke pasar saat itu,
maka kegiatan itu dinamakan pregpegan.
Pregpegan bisa diartikan
berduyun-duyunnya warga kampung ke pasar.
Pregpegan terjadi karena jarak antara pasar dan kampung kami
terpaut cukup jauh. Selain itu, susahnya kendaraan menuju ke pasar membuat
berkunjung ke pasar susah dilakukan sesuka hati. Hal ini diperparah dengan
bukanya pasar yang mengikuti hari pasaran ala kalender Jawa (Legi,
Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Di pasar terdekat dengan kampungku, pasar
Bangbayang, hanya buka empat hari sekali, atau lebih tepatnya hanya dua kali
dari hari pasaran Jawa, Pahing dan Kliwon saja.
Pada hari pregpegan, pasar akan tumpah ruah oleh pengunjung ari kampung
seperti kami. Karena kami dahulu jarang memiliki sandal, maka bisa dipastikan
jika Anda ke pasar Bangbayang decade 80-90an, orang-orang telanjang kaki itu
berasal dari kampung kami. Kian menyedihkan jika Ramadhan menyapa berbarengan
dengan musim hujan. Kaki-kaki berlumpur, kadang pakaian juga, akan kian
menambah cirri khas kami pembeli dari kampung.
Syukurlah, kini setiap orang
hampir pasti memiliki sepeda motor dan bersedal. Jadi pemandangan tadi sudah
hilang ditelan jaman. Yang masih ada adalah persamaan busana yang dipakai.
Orang-orang kampung seperti kami sangat mudah terbawa arus televisi. Jadi jika
ada sekelompok perempuan berbusana ala Syahrini, mungkin itu berasal dari
kampung kami. Atau ada segerombolan anak muda berkaos sama corak dan
tulisannya, boleh jadi mereka juga dari kampung kami. Tentu saja, potongan
rambut tak boleh diabaikan.
Pregpegan dan menu nikmat di awal
puasa adalah sebuah pengharapan sekaligus pendorong semangat bagi anak-anak
kampung kami agar berpuasa penuh. Selain itu, kian rajin taraweh dan sholat lima waktu tentu saja.
Jika semuanya terpenuhi, maka para orangtua kami akan bersiap sedia melakukan pregpegan sehari sebelum lebaran, lebih
tepatnya hari terakhir pasar Bangbayang buka di bulan Ramadhan. Jika punya uang,
maka ke Bumiayu, yang jaraknya kira-kira 20 km, tujuan para orang tua kami.
0 comments: