Pregpegan: Serbu Pasar Jelang Ramadhan

10:36:00 AM Unknown 0 Comments


Pasar Tradisional
Ramadhan adalah anugerah, setidaknya bagi kami anak-anak kampung yang dengan datangnya Ramadhan diperbolehkan menyantap setidaknya telur, jika sedang banyak rejeki, ayampun siap disantap. Sungguh beruntung jika menu nikmat tersebut tersaji selama seminggu penuh. Sebab biasanya menu kami berpuasa berfilosofi kendang. Di awal dan diakhir saja yang nikmat.

Karena semiskin apapaun kami biasa memelihara ayam, maka telur relatif bisa dipenuhi minimal untuk sahur di awal puasa. Namun, untuk kebutuhan lainnya, para orangtua dengan senang hati akan menuju pasar yang terletak  4 km dari kampung kami.

Dengan menumpang angkutan bak terbuka, hingga kini masih ada, para ibu sehari sebelum puasa dan sehari sebelum lebaran bergerak menuju pasar membelanjakan uang yang setengah mati dikumpulkan para lelaki. Saking banyaknya yang hanya bisa ke pasar saat itu, maka kegiatan itu dinamakan pregpegan. Pregpegan bisa diartikan berduyun-duyunnya warga kampung ke pasar.

Pregpegan terjadi karena jarak antara pasar dan kampung kami terpaut cukup jauh. Selain itu, susahnya kendaraan menuju ke pasar membuat berkunjung ke pasar susah dilakukan sesuka hati. Hal ini diperparah dengan bukanya pasar yang mengikuti hari pasaran ala kalender Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Di pasar terdekat dengan kampungku, pasar Bangbayang, hanya buka empat hari sekali, atau lebih tepatnya hanya dua kali dari hari pasaran Jawa, Pahing dan Kliwon saja.

Pada hari pregpegan, pasar akan tumpah ruah oleh pengunjung ari kampung seperti kami. Karena kami dahulu jarang memiliki sandal, maka bisa dipastikan jika Anda ke pasar Bangbayang decade 80-90an, orang-orang telanjang kaki itu berasal dari kampung kami. Kian menyedihkan jika Ramadhan menyapa berbarengan dengan musim hujan. Kaki-kaki berlumpur, kadang pakaian juga, akan kian menambah cirri khas kami pembeli dari kampung.

Syukurlah, kini setiap orang hampir pasti memiliki sepeda motor dan bersedal. Jadi pemandangan tadi sudah hilang ditelan jaman. Yang masih ada adalah persamaan busana yang dipakai. Orang-orang kampung seperti kami sangat mudah terbawa arus televisi. Jadi jika ada sekelompok perempuan berbusana ala Syahrini, mungkin itu berasal dari kampung kami. Atau ada segerombolan anak muda berkaos sama corak dan tulisannya, boleh jadi mereka juga dari kampung kami. Tentu saja, potongan rambut tak boleh diabaikan.

Pregpegan dan menu nikmat di awal puasa adalah sebuah pengharapan sekaligus pendorong semangat bagi anak-anak kampung kami agar berpuasa penuh. Selain itu, kian rajin taraweh dan sholat lima waktu tentu saja. Jika semuanya terpenuhi, maka para orangtua kami akan bersiap sedia melakukan pregpegan sehari sebelum lebaran, lebih tepatnya hari terakhir pasar Bangbayang buka di bulan Ramadhan. Jika punya uang, maka ke Bumiayu, yang jaraknya kira-kira 20 km, tujuan para orang tua kami.

0 comments: