Mbah Jantip
Ilustrasi Dukun |
Menjadi kaya adalah idaman setiap
manusia, tak terkecuali manusia Gehol alias Jetak. Karena pekerjaan bertani
lebih banyak merugi, maka merantau jadi pilihan. Sayangnya, susah payah
merantau belum juga menghasilkan. Akhirnya ada
saja sedikit orang yang mencoba jalan pintas.
Tersebutlah Mbah Jantip, dukun
sakti berasal dari antah-berantah yang bertugas mengayomi sesama mampir ke
Gehol. Ketidakjelasan asal-usul adalah wajib bagi dukun sakti, sebab semakin
misterius ia berasal semakin banyaklah spekulasi bisa dikembangkan. Akhirnya
makin terbiuslah kaum miskin yang ingin cepat kaya.
Metode Mbah Jantip seratus persen
gaib. Tak perlu hitung-hitungan matematis, cuma mistis. Tak ada prediksi pasar
saham, harga emas, atau apapun itu. Metodenya sesederhana warga yang ingin
cepat kaya tanpa usaha. Memasukkan sejumlah uang ke dalam kaleng dan membukanya
setelah 40 hari 40 malam. Niscaya uang berlipat ganda tiada tara.
Meski sebagian besar warga Gehol
saat itu tidak percaya dan enggan menanggapi bualannya, namun ada juga beberapa
warga yang manut instruksinya. Maka dengan segenap harapan di dada dan
keteguhan tekad, maka warga-warga lugu tersebut memasukkan uangnya sebanyak
yang mereka punya. Mbah Jantip melakukan tugasnya memantrai uang dalam kaleng.
Setelah melakukan ritual beberapa kali, maka ia pergi menuju daerah lain yang
ia klaim membutuhkan pertolongannya.
Lalu 40 hari setelah Mbah Jantip
pergi, maka warga-warga yang lugu tersebut membuka harta harapan mereka.
Setelah dibuka, bukan uang yang berlipat ganda yang didapat. Hanya segepok
daun! Benar-benar daun. Maka hilanglah harapan orang-orang lugu yang telah
memperlakukan Mbah Jantip bak ratu tersebut.
Perlu diketahui, Mbah Jantyip
dilayani bak pejabat yang melakukan kunjungan kerja. Semua makanan ditanggung
mereka yang ditipu tanpa dimintai imbalan uang. Tempat tidur disiapkan dengan
sempurna, bahkan mereka yang ditipu rela tidur di lantai demi “keberkahan” di
kemudian hari. Semua budi baik, uang yang dengan susah payah dikumpulkan, raib
dan dibalas tipu. Menyedihkan.
Mbah Jantip sudah pergi, namun
mental-mental ingin cepat kaya tanpa usaha masih bertebaran di seluruh negeri,
tak terkecuali Gehol. Maka hingga detik ini, banyak “Mbah Jantip - Mbah Jantip”
baru dengan tujuan sama tapi beda metode. Jika dulu hanya hitungan mistis, kini
hitungan matematis dan psikis yang dilakukan. Dukunnya bukan lagi perorangan,
namun sekelompok orang yang melembaga. Setidaknya itulah klaim mereka.
Mereka menghitung dengan cermat
setiap uang yang masuk dan keuntungan yang didapat. Layaknya investasi, semakin
banyak tentu semakin menguntungkan. Lalu apakah bayaran mereka yang
berinvestasi? Harta Soekarno jawabannya. Hingga kini harta tersebut tak kunjung
tiba, namun para investor tetap sabar menanti. Smapai kapan? Hingga kesadaran
datang atau hingga tak ada lagi uang yang bisa diinvestasikan.
biasanya nu kena jelma nu hayang benghar teu daek gawe
ReplyDeletemuhun kang
Delete