Pemekaran Brebes, Mimpi Empat Dekade

3:49:00 PM Unknown 18 Comments


Peta Brebes Sekarang




“Suatu saat, Brebes Selatan yang beribukota Bumiayu akan didatangi oleh presiden republik Indonesia. Maka semua rakyat dengan amat senang menyambut pemimpinnya. Lalu, sang pemimpin akan berpidato di lapangan Asri Bumiayu, guna memuji kemajuan pembangunan yang dilakukan oleh kabupaten yang dulunya bergabung dengan Brebes ini.” 

Empat dekade alias 40 tahun lebih mimpi di atas menemui jalan buntu nan tak tertembus. Meski undang-undang pemekaran bisa saja meloloskan lantaran syarat mekarnya sebuah wilayah kabupaten cuma membutuhkan dukungan minimal 5 kecamatan. Kebetulan Brebes Selatan, kini didukung oleh enam kecamatan. Salem, Bantarkawung, Paguyangan, Bumiayu, Sirampog dan Tonjong siap memuluskan jalan. Namun, ibarat sang anak hendak membuat rumah baru, beragam rintangan selalu ada sehingga menunda mimpi.

Salah satu yang jadi biang kerok kenapa Brebes Selatan ingin jadi kabupaten sendiri adalah minimnya perhatian Brebes. Lihat saja insfratruktur di daerah ini. Jalanan layak adalah barang mewah. Hanya jalur nasional yang melintang dari Brebes ke Purwokerto yang mulus. Sisanya adalah jalanan yang siap-siap membuat pengemudi sakit badan jika melintas.

Jalur Bumiayu – Salem yang setiap harinya memboyong warga Salem dan Bantarkawung membelanjakan uang di Bumiayu adalah jalur nista. Jalur ini paling lama bertahan setahun kemulusannya akibat padatnya volume yang berbanding terbalik dengan kualitas. Belum  lagi tru-truk besar pembawa getah pinus dan kayu pinus yang hilir mudik mengangkut hasil gunung-gunung di Salem dan Bantarkawung untuk kemudian dibawa ke utara Brebes.

Masih kurang melihat derita warga Brebes Selatan? Maka bawalah motor trail dan perbekalan secukupnya. Tengoklah daerah-daerah pedesaan yang berbatasan dengan Cilacap di Kecamatan Bantarkawung. Jika kurang puas naiklah kea rah paling barat di Kecamatan Salem. Disana peran pemerintah nyaris tiada.

Itu jika hanya meninjau fasilitas transportasi. Fasilitas kesehatan tentu tak jauh berbeda buruknya. Dokter adalah makhluk langka di pelosok Brebes Selatan. Hanya ada mantri dan bidan yang akhirnya bertugas menjadi dokter. Urusan melahirkan, ada dukun beranak yang biasa disebut paraji siap membantu. Jika sakit parah, Puskesmas Bantarkawung bolehlah jadi rujukan buat warga miskin. Tapi karena fasilitas minim, maka rumah sakit swasta yang berlokasi di Bumiayu jadi tumpuan. Sayangnya biaya yang begitu mahal membuat warga lebih banyak pergi ke dukun atau bahkan cuma bisa urut dada dan berdoa.

Selain rasa sakit hati dianaktirikan, apakah yang bisa dibanggakan Brebes Selatan? Pada tahun 2005 Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Brebes bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Teknologi Bandung(LPPM-ITB) pernah mengadakan penelitian terkait kondisi SDA yang terkandung di daerah SWP III ini, dan hasilnya di daerah ini terkandung banyak potensi SDA, mulai dari batu bara, batu apung, tanah liat, dan basir dan batu (Sirtu), bahkan minyak bumi sempat terdekteksi meskipun hasilnya dibawah standar.

Pertanian tentu menyumbang penghasilan tak sedikit karena memang kegiatan itulah yang saat ini paling banyak dilakukan warga Brebes Selatan. Perkebunan juga tak sedikit meski hampir semuanya dikelola perhutani. Lihat saja deretan bukit yang dipenuhi pinus atau jati. Tengok juga perkebunan teh yang menghampar di selatan Bumiayu.

Cuma segitu? Ya, PAD daerah ini sendiri tergolong kecil. Pada tahun 2002-2003 tercatat hanya 4,5 Milyar yang bisa ditangguk daerah ini. Kini, angka 9 Milyar konon sudah bisa dihasilkan Brebes Selatan. Jika PAD cuma segitu, naga-naganya pemerintahan baru jika terbentuk amat tergantung pada DAU yang bisa mencapai 100 Milyar.

Pada masa Indra hendak berkuasa, Brebes Selatan mulai dielus agar ia duduk dengan mulus. Sayang, penerusnya cuma datang dan memberi janji saat kampanye. Kini, pasca pilkada Brebes dimana pasangan IDJO jadi pemenang, ide memekarkan diri kian merebak.

Selain PAD yang minim, Kabupaten Brebes sendiri PAD-nya hanya menyumbang 6% dari seluruh pendapatan daerah, beranikah “wong” Brebes Selatan menentang Joko Poleng untuk membentuk kabupaten baru? Ingat, Joko Poleng masih “sakti” dan konon dialah yang membuat kenapa Brebes seluas seperti sekarang.

18 comments:

  1. Kadang ane sekarng ya, pemekaran daerah seperti "disintegrasi" dan "merdeka" gitu ya, padahal kalo bersatu dahsyatnya itu luar biasa loh.. kalo setiap wilayah ber"pisah" seperti ini apa iya makin maju ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenernya kalo lihat daerah anesih, karena kecemburuan pembangunan aja oom. jadi kalo pembangunan merata, pemekaran kayaknya gak mau juga ..

      Delete
  2. memang proses pemekaran seperti disintegrasi dan perjuangan kemerdekaan, warga yang berhasil mekar seperti baru merdeka .........

    ReplyDelete
    Replies
    1. semua pemekaran tujuannya memang memerdekakan diri, terutama dalam mengelola kekayaan sendiri

      Delete
    2. iya isun gen pengin melu nag kabupaten cirebon.lagian bahasa isun khususe brebes barart beda dewekkk....

      Delete
  3. kalo mau memekarkan sendiri gitu, diliat juga lah potensi dirinya sendiri. kalo dirasa belum cukup dan belum siap tapi kepengen banget misah gitu apa malah gak jadi tambah miskin ya.. benahi diri dulu, gali semua potensi yang ada. biar jadi kabupaten yg sempit gapapa tapi makmur kan oke.

    ReplyDelete
    Replies
    1. seperti anak, tetep miskin mengikuti orang tua atau miskin tapi mandiri... seperti itulah pemekaran ... ada semacam ego dan kebanggaan bisa mandiri

      Delete
    2. Helooo, , please lah.. brebes kota yg harusnya ngaca, ,, sdm terbanyak di brebes itu paling banyak di sumbang dari bumi ayu brooo...

      Delete
  4. simalakama......mau mekar jelas dadi bocah LOLA..... tetep ngikut BREBES serba SUSAH apalagi aku orang nggunung CILIBUR....ke kecamatan muter2 via BUMIayu...punya urusan ke KabuPATEN.....minta ampun harus melewati negara lain kaliiiiiii apa nekat jadi ANAK LOLA walaupun miskin JUGA yaaaaah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang jarak yang memisahkan TERLALU kata Bang Rhoma, udah gitu gak ada gerakan berarti dari pemkab. Tapi kalo masalah ini intinya, seharusnya ada jalan yang lebih moderat.

      Delete
  5. kalo nggak mekar kesian juga org2 salem ...mau upacara/acara pagi di brebes... harus bangun jam 12 mlm biar bisa ngikut acara.......di brebes

    ReplyDelete
  6. pemekaran mah.......ide ..orang elitenya aja dech....
    soale...khan mereka..punya..kesempatan..jadi pejabat.......kemudian...bisa korupsi.......
    walo...duit yg dikorup..sumbangan dari..propinsi..ato pusat...sama..aja duit juga..namanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. yap, emang idenya orang elit doang yang terlihat. masyarakatmah cuek aja

      Delete
  7. pemekaran kabupaten hanya jadi ajang perebutan proyek2 dan kekuasaan semata. sudah terbukti di banten tuh banyak korupsinya.. pemekaran bagiku bullshit!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pemekaran itu mainan elit,,, heuheuheu jadi bulshit belaka adanya

      Delete
  8. Joko Poleng masih “sakti” dan konon dialah yang membuat kenapa Brebes seluas seperti sekarang ??
    babasana agul ujur kang, jeug euweuh nu maha kawasa bae

    ReplyDelete

  9. joko polenge wis nang kuburan ,ganing di gawa gawa dulll....

    ReplyDelete