Unggah-unggahan: Paling Dinanti Anak Sekolah Gehol

3:03:00 PM Gehol Gaul 6 Comments

Di kampungku, Gehol alias Jetak sana, dahulu hanya ada dua sekolah SD. Meski kini ada sekolah SMP berbasis keagamaan, namun cuma hal yang sangat menarik menyangkut masa sekolah SD di Gehol yang hendak disharing di sini. Karena penulis adalah produk lokal edisi lama, maka kenikmatan mengecap sekolah SD tentu salah satu yang sayang untuk dilupakan.



Sebagai anak kampung, maka makan enak dengan lauk telur, daging ayam, daging kambing atau sapi sangat jarang dilakukan. Saing jarangnya, makan dengan lauk istimewa di atas bisa dihitung dengan jari. Lebaran Puasa, Lebaran Haji, Bada Bumi (sudah punah), Hajatan, ayam milik sendiri mati, dan unggah-unggahan adalah waktu dimana anak-anak kampung pasti makan lauk istimewa.

Semasa sekolah di tingkat paling dasar - saat itu TK belum menjamah kampungku - banyak hal yang seakan menjadi tradisi dan wajib dilaksanakan para siswa. Salah satu tradisi yang sangat kuat dan dinanti-nanti oleh para murid adalah hari kenaikan kelas. Jujur, meski takut tidak naik, namun bukan apakah kami naik ke kelas yang lebih tinggi atau bukan yang membuat kami sangat antusias menyambut kenaikan kelas. Yang paling kami tunggu adalah, unggah-unggahan.

Unggah-unggahan secara etimologi berasal dari kata unggah (Jawa) yang berarti naik. Tentu saja masuk akal memakai istilah tersebut (meski kampung ane berbahasa Sunda) dalam acara naik kelas. Sebab memang tujuannya adalah merayakan kenaikan kelas, alias munggah kelas.

Lalu apakah yang menyebabkan unggah-unggahan begitu ditunggu anak sekolah? Karena dalam acara ini, semua murid dibekali makanan terenak oleh orang tua masing-masing. Bisa jadi - dan pasti begitu-, anak-anak kampungku lebih kenal dengan perayaan unggah-unggahan daripada ulang tahunnya sendiri.

Makanan yang diberikan oleh orang tua masing-masing memang sengaja dibuat seenak dan semewah mungkin. Sebagai anak-anak yang berasal dari kaum miskin dan berekonomi sedang, tentu kami sangat menanti kegiatan ini. Selain karena jarang sekali mendapatkan makanan spesial, makan bersama teman sekelas (bahkan satu sekolah) adalah kenikmatan lebih.

Secara teknis, urutan unggah-unggahan sangat sederhana. Karena hari istimewa, maka sekolah sudah ramai sejak pukul 6 alias lebih cepat sekitar dua jam dari hari biasa. Selayaknya anak-anak, maka sikap pamer dengan memperlihatkan lauk dimulai sejak bertemu dengan teman sekelas atau teman satu sekolahan. Saking antusiasnya memamerkan lauk dan makanan yang dibawa, tak jarang ada juga siswa yang saling ejek dan beujung berantem. Uniknya semua diam dan reda saat makanan diperbolehkan disantap.

Lalu, kapankah makanan boleh disantap? Tentu saja menunggu perintah dari guru. Oya, guru di sekolahku juga tentu tidak akan sekedar menonton. Bagi mereka telah tersedia hidangan yang dibawa oleh murid-murid yang sudah ditunjuk untuk menyediakan. Kriterianya mudah saja, sang murid berada dan mampu menyediakan hidangan istimewa buat guru.

Santapan diperbolehkan setelah kelas masuk seperti biasa dan ada basa-basi sedikit dari guru. Basa-basi yang tidak didengarkan oleh siswanya tersebut adalah perolehan nilai, siapa yang wajib dipertahankan, harus ditingkatkan dan dicambuk agar tidak mengulangi memperoleh nilai buruk. Sebuah ceramah yang bagi kami tidak penting lagi mengingat di laci masing-masing ada santapan istimewa.

Saat-saat yang membosankan para siswa masih bertambah. Sang guru akan dengan sabar membagikan rapor mulai dari urutan pertama sementara para siswa sudah entah berapa kali mengintip bekal mereka. Saat siswa terakhir mendapatkan raportnya, maka itu adalah tanda menyantap bekal unggah-unggahan bisa dimulai. Terkadang, bagi anak yang lebih berani, makanan sudah habis dilahap bahkan sebelum bel masuk berbunyi.

Yang paling seru dari unggah-unggahan adalah saling berbagai lauk antarsesama murid. Oleh karena itu, hampir semua siswa membawa lauknya lebih dari satu. Dengan sistem pertukaran tersebut, maka makin meriahlah acara makan bersama sekaligus merayakan kenaikan kelas.  Sebuah kenangan yang sayang untuk dihapus dari ingatan.

6 comments:

  1. klo di dinia online ungah2an = upload2an td sya kira upload sstu hhhaaa... ftonya ada gak mas?
    jgn lupa mampir ke eMingko Blog

    ReplyDelete
  2. wah lucu juga yah...
    masa kecil emang masa yang gimana gitu

    ReplyDelete
  3. Terima Kasih semuanya yah udah mampir

    ReplyDelete
  4. ahahah kalau bukan orang jawa gak bakalan ngerti nih apa itu unggah unggahan hehe... emang naik2an kelas malah kadang bikin deg2kan :p


    Kamu Blogger...? Yuk Ikutan Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook Berakhir 23 Desember 2011

    ReplyDelete
  5. iya bener gan ...
    daerah saya sendiri sebenarnya berbahasa Sunda,,,
    tapi karena adanya di teritorial Jawa Tengah ya pasti terpengaruh...

    Makasih dah mampir

    ReplyDelete