Mengais Peluang di Gehol
Melihat Gehol di kekinian jaman tentu tak lepas dari meninjau Indonesia secara keseluruhan. Jika dilihat dari segi budaya instant, maka Gehol dan Indonesia umumnya tentu mencemaskan. Namun percayalah bahwa kecemasan tersebut bisa dijadikan tambang emas bagi yang mampu memanfaatkannya.
Hampir semua hal diinginkan terjadi dengan serta merta oleh hampir setiap orang. Gaya hidup adalah salah satu manifestasi dari instanisme yang paling mencolok. Tentu saja hal ini dibalut dengan tingginya gengsi yang disandang. Lalu, peluang apakah yang bisa diraih?
Bagaimanapun cepatnya masyarakat Gehol mencoba up to date, harus diakui bahwa masih ada pemisah baik itu jarak, waktu maupun pemahaman tentang gaya hidup yang ingin ditiru. Untuk lebih berfokus terhadap peluang yang diambil, maka kita khususkan tinjauannya melalui teknologi. Sebab, teknologi adalah salah satu instumen sekaligus ikon dari gaya hidup yang instan.
Kehadiran jejaring sosial kembali harus diakui sebagai faktor penting yang membuat budaya instan kian merebak bahkan di desa sekalipun. Masalahnya, kecepatan desa dalam menduplikasi budaya di perkotaan melalui media apapun masih lambat. Disinilah peluang tersebut terbuka, menyediakan sebuah media atau alat agar masyarakat di desa kian mampu mengejar ketertinggalan budaya.
Bisnis teknologi dimanapun berada adalah bisnis yang paling menggiurkan. Selain ceruk pasar yang masih terbuka, Gehol sebagai sebuah bagian dari dunia global baik maya maupun nyata tentu membutuhkannnya. Masalahnya sejauh mana kita menguasai teknologi untuk kemudian kita terapkan sebagai potensi bisnis. Penguasaan teknologi dan informasi tentu sangat penting demi penguasaan pasar yang sangat potensial ini.
Harus diakui bahwa Gehol dalam hal penguasaan teknologi masih jauh tertinggal. Selain karena begitu cepatnya perkembangan yang ada, infrastruktur yang adapun tidak atau belum mendukung. Oleh karena itu, sungguh aneh ada program internet masuk di desa. Sebuah program yang selain menghamburkan uang juga sangat minim efek positifnya bagi warga Gehol yang sebagian besar adalah petani.
Jika saja mau berinvestasi lebih, maka mendirikan usaha berbasis IT di Gehol tentu sangat menjanjikan. Sasaran utama dari bisnis ini bisa ditujukan kepada para kawula muda Gehol yang demam teknologi dan informasi. Hanya saja, perlu dibatasi juga asupan informasi yang disediakan agar konflik dengan masyarakat bisa diminimalisir. Yang pasti, melakukan edukasi sosial sebelum pendirian bisnis IT adalah hal mutlak.
Setelah jelas pangsa yang dituju, sekali lagi pastikan bahwa penyedia bisnis harus juga bertindak sebagai ahli atau minimal lebih tahu dari masyarakat awam. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat kehadiran "barang baru" dalam sebuah komunitas akan sangat mengagetkan baik secara psikologis maupun kultural. Kemampuan teknis ini selain sebagai preventif terhadap operasional bisnis juga sangat jitu dalam meredam gejolak konflik yang timbul akibat berubahnya kultur dan tradisi.
Mengenai modal tentu bukan hal yang sulit saat ini untuk mendapatkannya. Bahkan desa sebagai sebuah pemerintahanpun menyediakannya. Hal ini bisa didapat melalui paket PNPM Mandiri. Sebuah program yang di Gehol bisa dikategorikan sebagai program yang jauh dari tujuan awal. Dengan adanya program ini, yang hingga kini masih dianggap uang gratis, seseorang yang ingin menjadi pengusaha betulan seharusnya lebih mudah mendapat akses.
Nah, dengan ceruk pasar yang terbuka, kemampuan teknis yang jumpuni dan kemudahan mendapatkan modal bukankah bisnis ini layak dijalani? Selamat mencoba!