Merinding Bulpusan
"Lihat saja sekelilingmu, jika tak merasakan rindingannya, sejatinya kau
mati," ujar Ngeyo.
"Jika kita dalam pelukan kematian, maka betapa berwarna kematian yang
menyelimuti kita," sahut Jabang.
Ngeyo dan Jabang kini kian larut dalam lamunan masing-masing. Dua sejoli yang
jomblo akut ini seakan ogah berpindah dari dunia lamunan masing-masing. Lamunan
kaum yang terkena sengsara tiada batas.
Ngeyo membayangkan dunia ideal ala Mario Teguh dan Ustadz Mansyur. Indah,
damai, dan tentu saja ia tak lagi menjomblo. Sejauh mata memandang, gadis
pujaannya selalu ada di sisi ia. Sejauh apapun melangkah, sang gadis rela dan
setia mendampingi. Sebuah impian yang wajib dimiliki kaum jomblo.
Jabang lain lagi impiannya. Meski ia juga bermimpi telah memutus DNA jomblo
dalam nasibnya, namun ia tak seutopis Ngeyo yang menghendaki dunia Mario Teguh
digabungkan dengan dunia Ustadz Mansyur. Bagi ia dunia Bupati Garut, Aceng,
sudah cukup menyenangkan.
"Hayooo kalian ngapain?" ujar Santi dengan sekeras petir membahana
di telinga dua makhluk jomblo yang sedang asyik menikmati lamunan.
"Sial kau," ujar Ngeyo dan Jabang hampir bersamaan.
"Lagi, kenapa sih kalian siang bolong begini melamun?" tanya Santi
kemudian.
"Kami sedang berkelana dalam pikiran. Kelana kami lebih seru dan
menakjubkan dari Rhoma Irama," ujar Ngeyo sombong. "Kelana kami bukan
sekedar merebut Ani. tapi merebut hati para Ani."
"Tak sudi sekelas Rhoma jadi impianku," Jabang tak kalah sombong.
"Dalam dunia mimpiku, Aceng dan Rhoma digabung dengan Balotelli dan CR7
berkolaborasi menaklukkan bukan saja Ani. Juga Rika,"
"Dasar jomblo kere dan karatan," Santi bersungut dan pergi
meninggalkan dua pengelana hati yang belum menemukan tambatan tersebut.
Matahari mengalun mengharungi langit yang berhiaskan awan putih bermotif
polkadot. Riak cahayanya menyerusup ke setiap bagian bumi meski hanya setengah
yang mampu ia terangi.
Hujan turun tak lama kemudian. Menyadarkan Ngeyo dan Jabang agar segera
pulang. Kembali menghadapai kenyataan, menerima aneka omelan ibu masing-masing.
Kali ini, pasti omelan akan bertambah daftarnya. Lebih panjang dari hari
sebelumnya.
Jomblo, selalu begitu, deritanya sepanjang gebetan di tangan cowok lain.
0 comments: