Kerajaan Gehol Bulpusan
Angin mengalir tersendat di siang nan panas di kaki Gunung Geulis. Jika
bukan karena tugas negara, mungkin Sun Geyo lebih memilih kelonan dengan
Sundarsi yang baru dinikahinya seminggu lalu.
Tapi disinilah sekarang Sun Geyo berada. Di kaki gunung yang konon di
tempati oleh Maha Ratu dari kerajaan lelembut, Putri Sun Geulis. Nama gunung
tersebut diambil dari nama sang ratu tentu saja.
Sun Geyo terus menelusuri jalan setapak di samping kali ke arah barat. Di
sana ada sebuah mata air yang jadi tempat masyarakat Gehol sejak dulu
menggantungkan hidup dan penghidupan. Di masa kemarau nan panas seperti saat
ini, Ci Hirup, begitu nama tempat tersebut dinamai, sangat dibutuhkan. Dan
tugas Sun Geyo adalah memastikan aliran airnya tetap membasuh kerongkongan
seluruh penduduk. Tanpa kecuali.
Sambil bersiul demi mengundang angin, Sun Geyo menerobos semak dan tumbuhan
putri malu yang sesekali membuatnya meringis karena durinya tak malu-malu
menusuk siapa saja yang menginjak. Tugasnya kali ini cukup berat, membebaskan
Ci Hirup dari cengkeraman Ratu Balakasura. Perempuan aneh yang datang entah
dari mana dan tahu-tahu mendirikan bangunan di Ci Hirup.
Tak lama kemudian ia sudah bisa melihat bangunan Ratu Balakasura yang
beratap rumbia dan berdinding seadanya. Si wanita yang menggelari diri sendiri
dengan sebutan ratu tersebut terlihat sedang memetik daun-daunan. Entah
untuk makanan atau untuk obat, yang jelas dari mulut sang ratu keluar nyanyian
yang membuat semua makhluk di kawasan Ci Hirup seolah enggan beraktivitas.
"Selamat pagi Nyi Balakasura," ujar Sun Geyo dengan sesopan dan
selembut mungkin.
Sang perempuan yang sedang asyik memetik dedaunan sambil bernyanyi tersebut
acuh terhadap kehadiran si pengantin baru. Ia asyik mendengarkan nyanyian yang
terngiang dari mulutnya.
Sun Geyo mendapat perlakuan tersebut tentu saja tak senang. Namun apa daya,
si Ratu ini sudah didesas-desuskan memiliki ilmu hitam yang tiada tanding. Baru
sebulan lau Sun Geyo menyaksikan bagaimana salah satu abdi dalem Kerajaan Gehol
terkena serangan aneh. Sang abdi dalem mengkerut menjadi jengglot dan kini
jasadnya jadi pajangan paling dicari di seantero kerajaan.
"Ratu Balakasura, mohon menghadap. Mohon maaf bila saya Sun Geyo ulu-ulu
Kerajaan Gehol bila mengganggu ratu," kali ini Sun Geyo menyebutkan dengan
tegas gelar jadi-jadian sang ratu. Tentu saja, setiap menyebutkan kata ratu
bagi perempuan tersebut, seluruh penduduk Gehol selalu menelan ludah jijik
sekaligus aneh.
"Aku sudah tahu maksud kedatangan kamu. Kembalilah dan katakan pada
rajamu bahwa aku tidak sudi berbagi Ci Hirup. Jika kalian mau, carilah mata air
lain. Ci Hirup adalah milikku. Hanya dengan menukar kerajaan, maka penduduk
boleh menikmati air ini," tanpa tedeng aling-aling si ratu nyerocos
mengenai keengganannya berbagi air.
(bersambung)
0 comments: