Bagaimana Kita Mendukung KPK?
Talkshow Blogger di KPK (http://teguh-23.blogspot.com) |
Menghadiri Temu Blogger
Antikorupsi, 7 Desember 2012, member sedikit gambaran bagaimana kita sebagai
warga biasa mmelakukan peran “kecil” menghalau korupsi. Sebagai warga biasa
yang kebetulan memiliki jiwa kebersamaan dalam melawan korupsi peran kita
sebenarnya patut diperhitungkan.
Kita yang selama ini antikorupsi meski
diam-diam bisa jadi melakukannya dalam bentuk berbeda dari para penyelenggara
negeri memiliki modal yang bagus dan kuat guna terus mengumandangkan “Katakan
tidak pada korupsi” tanpa takut menjadi seperti mereka yang beriklan tagline
tersebut.
Blogger bisa terus memupuk
kesadaran antikorupsi dengan tetap menulis hal-hal yang mendorong orang untuk
sadar bahwa tidak korupsi pun kita bisa bahagia. Dan dengan kebahagiaan yang
kita raih tanpa kecurangan, kita bisa membuat orang yang dengan sekuat tenaga
meraih bahagia dengan cara salah kemudian iri. Iri inilah yang kemudian
akan membuat mereka yang telah terlena
dengan harta hasil jarahan berbalik menapaki jalan yang benar.
Salah satu kisah kecil yang
diungkapkan Johan Budi, sang Juru Bicara KPK perlu kita renungkan bersama. Adalah
yang mulia supir taksi yang membuat Johan Budi mampu bergetar hatinya
terhinggapi rasa haru. Sang supir suatu saat pernah disewa oleh salah satu
tokoh pegiat antikorupsi untuk mendatangi KPK di malam segerombolan polisi yang
nekad hendak mencokok Kompol Novel Baswedan.
Sang supir yang sebagaimana supir
mulia lainnya di muka bumi, berbicara ngalor-ngidul dengan penumpangnya demi
memberikan service memuaskan. Karena kebetulan sang tokoh pegiat antikorupsi,
maka yang dibicarakan tentu tak jauh dari hal tersebut. Hingga KPK, sang
penumpang pun dengan sigap hendak membayar tariff sesuai dengan argo yang
tertera. Namun apa kata sang supir?
“Tidak usah Pak, biarlah saya tak
usah dibayar. Sebab hanya itulah yang mampu saya lakukan sebagai sumbangsih KPK
demi mengeluarkan negeri ini dari korupsi,” ujar sang supir.
Kisah kecil ini memberikan kita
sebuah pelajaran penting bahwa siapapun dan dengan cara apapun selama itu baik
dan tidak melanggar hukum bisa ikut berperan serta mengenyahkan korupsi dari
negeri ini. Terpulang kepada kita masing-masing bagaimana dan apa kemampuan
kita untuk membantu.
Tulisan dan kisah ini mungkin
tidak berarti dan sangat kecil artinya dalam mendukung KPK. Namun ditengah
pesimisme publik yang demikian parah, tentu wajib diapresiasi, terutama
kisahnya. Di mana publik, semua kekuasaan itu korup. Bahkan KPK yang
antikorupsi pun banyak juga yang memandangnya korup.
Pandangan publik ini wajar
mengingat hamper semua sendi kehidupan di negeri ini sudah tersusupi korupsi.
Mulai dari menguurus data diri, melakukan perjalanan di jalan raya, menempuh
pendidikan, hingga memakamkan mayat harus berurusan dengan korupsi. Satu hal
yang menyelamatkan KPK dari cap buruk korupsi meski selentingan juga masih
dituduh adalah tangan KPK tidak sampai di kehidupan publik secara keseluruhan.
Bayangkan dengan polisi dan
dishub yang berkeliaran di jalan, yang oleh sebagian oknum dimanfaatkan untuk
menarik bayaran. Lihat juga institusi penegak hukum dan pelayanan publik lainnya
yang dipenuhi oleh oknum sejenis. Makin lengkaplah derita para pembayar pajak
di negeri ini.
Kepada KPK lah kita bisa berharap
dan bersama KPK lah harapan dan bantuan kita wajib dimanifestasikan dalam
bentuk yang efektif namun mampu dilaksanakan semampu kita. Menulis dan berkicau
di socmed tentang indahnya hidup tanpa
korupsi, melaporkan dugaan korupsi, hingga membiasakan keluarga jauh dari suap
menyuap adalah contoh nyata yang mudah.
Semoga kesadaran untuk menolak
dan benar-benar berkata dan bertindak tidak pada korupsi bisa kita pegang
teguh. Jika setiap kita mampu, maka sudah sepantasnya negeri ini bisa lepas
dari jerat korupsi. Mari!
Budayakan kantin kejujuran ditiap² sekolah
ReplyDeletebetul gan itu salah satunya abg bentuk preventif edukatif
ReplyDeletemakasih dah mampir