Brebes Pindah Ibukota, Mungkinkah?
Pemekaran Brebes untuk kemudian
membentuk Kabupaten Bumiayu terbukti masih di angan-angan. Banyak rintangan
yang mendera terutama dari sisi administrasi dan perundang-undangan.
Pembentukan Kabupaten Bumiayu demi menyejahterakan kian sulit setelah elit pemrakarsa
pemekaran sulit keluar duit. Padahal, duit adalah salah satu amunisi pemekaran
bisa dipercepat.
Tak urung, Bibit Waluyo yang juga
Gubernur Jawa Tengah sedikit berang dengan adanya gema pemekaran. Beredar kabar
sang gubernur tak setuju karena para penabuh gendang pemekaran diketahui hanya
mengejar distribusi kuasa. Dalam pandangan sang gubernur, pemekaran tidak
lantas jadi solusi jitu terangkatnya daerah tersebut dari keterpurukan.
Sejatinya, langkah revitalisasi
jalur poros tengah sebagai jalan pintas kecamata-kecamatan yang jauh dari pusat
ibukota kabupaten adalah langkah bagus. Sayangnya, sebagaimana kebiasaan, proyek
ini harus menunggu entah sampai kapan. Lazim terjadi penundaan proyek di daerah
ini, bahkan proyek jembatan roboh karena bencana harus menunggu hingga setahun
baru dibangun.
Padahal dengan adanya jalur
tersebut, penghematan waktu dan biasa bisa dengan mudah dilakukan. Sebagaimana
diketahui, alasan paling masuk akal terkait pembentukan Kabupaten Bumiayu
adalah jauhnya jarak antara ibukota Brebes dan kecamatan-kecamatan di selatan.
Karena jarak yang jauh, biaya yang dikeluarkanpun menjadi berkali lipat.
Sebenarnya ada sebuah solusi lain
yang sayangnya tidak pernah atau luput dipikirkan para pemangku kepentingan di
Brebes. Alih-alih membagi dua wilayah yang dengan susah payah disatukan Joko
Poleng tersebut, solusi pemindahan ibukota kabupaten sebenarnya lebih
menguntungkan sekaligus tidak melukai sejarah.
Pemindahan ibukota tentu lebih
santun dari sudut historis ketimbang langsung membagi wilayah. Keuntungan lainnya
adalah adanya keseimbangan dan perkembangan wilayah yang sempurna baik di
Brebes bagian utara maupun selatan. Kota Brebes sendiri sebagai sebuah kota
susah sekali berkembang mengingat jaraknya terlalu dekat dengan Tegal.
Sebagaimana kita tahu, Tegal sudah lebih dulu menancapkan kukunya dalam percaturan
ekonomi Indonesia. Karena alasan strategis tersebut, mempertahankan Brebes
sebagai ibukota adalah mengerangkeng kemungkinan Kabupaten Brebes maju lebih
jauh.
Potensi lebih besar justru ada di
Brebes bagian selatan. Lalu, kenapa saya kurang setuju pemekaran. Faktor sejarah
adalah salah satunya, ekonomi lainnya, dan kurangnya sumber daya adalah yang
utama. Solusi mudah memang melepaskan diri dan membentuk kabupaten baru. Namun
dengan minimnya kemampuan yang ada, itu sama saja menyengsarakan diri sendiri alias bunuh diri.
Berbeda dengan membentuk
kabupaten baru, memindahkan ibukota kabupaten ke Bumiayu lebih realistis dan lebih
nalar dari sudut manapun. Dengan kemampuan yang dimiliki Kabupaten Brebes, sekitar
1,2T APBD, konsentrasi masalah dana sedikit terkurangi. Dana pembentukan
wilayah baru tentu lebih besar dan sayangnya Brebes bagian selatan belum
memilikinya. Sementara dengan memindahkan ibukota, dana bukan masalah. Toh itu
bisa dutanggulangi perlahan dan bertahap dari APBD Brebes yang kian besar dari
tahun ke tahun. Ingat, pemindahan ibukota akan belangsung bertahap implementasinya sehingga tidak memberatkan.
Perkembangan wilayah juga akan
kian menggairahkan. Bayangkan saja dengan adanya pusat pemerintahan di Bumiayu,
sektor perekonomian bisa kian tersebar namun bagian utara tetap tidak lepas.
Sebagai catatan, pasar di Kabupaten Brebes menumbang dana hingga 3 M lebih.
Bayangkan jika hanya Brebes bagian selatan yang menyumbang. Berat sekali, sebab
bisa dipastikan paling tinggi hanya berjumlah setengah dari pendapatan
keseluruhan pasar di Kabupaten Brebes.
Meratanya perkembangan akan kian
baik mengingat dengan berubah menjadi ibukota Kabupaten Brebes insfratruktur
akan kian berbenah. Distribusi birokrasi juga akan seimbang, apalagi jika ada
pembagian dinas-dinas vital sebagaimana yang kepolisian di Kabupaten Brebes dan
Kecamatan Bumiayu dalam mempermudah pembuatan SIM saat ini.
Tersebarnya kemampuan dan
kesejahteraan adalah hal yang utama. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
alam yang melimpah pun akan kian optimal. Sementara itu, syahwat politik bisa
diredam dengan ciamik. Paling pentingnya adalah, tereliminirnya potensi konflik
di masa datang.
gua setuju pemekaran
ReplyDeletesaya nggak :p hehehehe
DeleteNaudzubillah kalau dihapus.. Sombong
ReplyDelete