Petahunan dan Legendanya

12:10:00 PM Gehol Gaul 5 Comments

Tak usah memasukkan Petahunan ke sebuah lembaga untuk dirating guna menilai keindahan alamnya. Tak butuh voting, SMS apalagi kampanye untuk meyakinkan bahwa Tuhan menciptakan Petahunan dengan penuh rasa seni. Cukup warga Gehol dan sekitarnya yang tahu. Sebab semakin banyak yang tahu, semakin besar kerusakan yang bisa timbul.

Petahunan dilihat dari hilir
 
Petahunan yang seakan menjadi pijakan bagi Gunung Geulis adalah tempat yang eksotis sekaligus mistis. Airnya yang tenang seolah menyembunyikan kekuatan magis yang tersembunyi. Maklumlah, Patahunan adalah tempat yang memiliki banyak legenda mulai dari Bulus Raksasa, Mungkal Putri, hingga Leuwi Liang. Belum lagi dengan adanya Mayangga dan Gulung-gulung Samak.

Bulus Raksasa alias Kura-kura Raksasa adalah penjaga kelestarian hewan-hewan air yang ada di Petahunan. Percaya atau tidak, setiap warga meracun air Petahunan, ikan-ikan di Petahunan seolah menghilang entah kemana. Anehnya, saat air kembali normal maka ikan-ikan Petahunan akan dengan jelasnya terlihat.

Konon Bulus Raksasa memiliki tempat bersembunyi yang dinamakan Leuwi Liang. Saat manusia serakan menaburkan racun, dengan sigap ia akan menggiring ikan-ikan pergi ke Leuwi Liang. Hebatnya, Sang Bulus akan menutup pintu gua tersebut sehingga air beracun tidak dapat masuk.

Leuwi Liang sendiri – sebagaimana banyak penyelam berkisah – memiliki pintu yang cukup besar untuk dimasuki manusia. Namun jangan sekali-kali memasuki Leuwi Liang. Sebagimana namanya, gua ini adalah jalan menuju ke alam gaib yang secara kasat mata hanya berupa karang. Telah dikisahkan turun temurun bahwa Leuwi Liang merupakan jalan pintas menuju Hutan Maribaya. Hutan ini berdasarkan cerita rakyat di Gehol adalah sebuah desa yang hingga kini eksis, namun desa tersebut tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Manusia yang tidak memiliki belahan pemisah bibir, menurut legenda, merupakan penghuni Maribaya. Mereka secara berkala berkeliaran untuk berbelanja di Bumiayu.

Jangan lupakan Mungkal Putri, yang dipercaya masyarakat Gehol sebagai tempat bertapa penghuni Petahunan dan Gunung Geulis. Mungkal – dalam bahasa Indonesia berarti batu – ini berada beberapa meter di hilir Petahunan. Bentuknya yang seperti tempat bertapa dan memiliki permukaan halus sangat enak untuk diduduki. Disinilah dalam waktu-waktu tertentu, sering muncul perempuan cantik yang entah berasal dari mana.

Terlepas dari legenda yang mengiringinya,. secara geografis Petahunan memang menarik. Ia berada tepat diantara dua bukit yang menjulang. Ada Gunung Geulis yang menjulang bak tumpeng di sisi kiri Petahunan. Sedangkan di sisi kanan terdapat sebuah bukit yang sering dijadikan tempat cangkarama atau makan-makan pengunjung Petahunan. Bukit itu sendiri dinamakan Bukit Gajah Sunda.

Petahunan merupakan tempat menampung air Cigunung yang memiliki mata air di Salem – sebuah kecamatan yang berada paling barat di kabupaten Brebes. Petahunan adalah harapan bagi kaum petani Gehol di masa kemarau, sekaligus benteng terakhir dari membludaknya air Cigunung di masa penghujan. Meski saat kemarau, Petahunan tetap berbahaya apalagi bagi yang kurang pandai berenang. Entah sudah berapa korban meninggal tenggelam di Petahunan.

Belum lagi melihat bagaimana aliran air di hulu Petahunan. Alirannya yang deras sangat nikmat untuk dijadikan ajang berarung jeram. Jeram dan alirannya masih murni karena belum disentuh oleh warga Gehol. Bahkan pengunjung yang datangpun belum banyak yang berani melihat-lihat di hulu Petahunan. Selain aura angkernya yang nyata, kesunyian adalah alunan alam setia di sana.

Jangan lewatkan melihat petahunan di malam hari. Pesonanya sungguh luar biasa indah. Sebab Petahunan digunakan hewan-hewan nokturnal mencari mangsa. Saat malam, hewan-hewan yang turun untuk mencari mangsa di Petahunan akan terlihat jelas. Salah satunya Sero atau Berang Berang – sejenis Musang – yang memiliki mata bersinar di kegelapan. Rombongan mereka akan terlihat jelas menghiasi Gunung Geulis maupun Gajah Sunda. Cahaya yang merupakan pantulan mata mereka akan berlarian sepanjang malam, membuat malam di Petahunan takkan membosankan.

Dengan alamnya yang masih asli, Petahunan memang menawarkan pengalaman yang mengesankan. Jika Anda berani, berarungjeramlah dari hulunya, berenanglah di Petahunan dan bermalamlah menikmati lumpatan-lompatan cahaya yang berasal dari mata hewan-hewan nokturnal.  

5 comments:

  1. abdi kadang2 ka salem. palay terang patahunan, palih mana atuh?

    ReplyDelete
  2. Kalo dari arah Bumiayu-Salem, akan melewati desa Bangbayang. Dari Bangbayang ke utara itulah Jetak alias Gehol beradao. Di Gehollah Petahunan adanya.

    ReplyDelete
  3. ya gan share sekaligus pengobat rindu kampung halaman dan masa kecil ...
    makasih dah mampir

    ReplyDelete
  4. Saya suka tulisan-tulisan blog ini..Semuanya tentang Gehol(Gehol itu nama lain dari jetak ya? saya lebih mengenalnya dengan Jetak)
    Saya pernah ke sana satu kali. Tempatnya memang benar-benar indah.

    salam.. :)

    ReplyDelete