Kajak, Liliuran dan Kerid: Gotong Royong ala Gehol

11:18:00 AM Gehol Gaul 6 Comments


Gotong royong adalah tradisi yang diidentifikasikan dengan Indonesia. Jika tidak pernah atau tidak kenal gotong-royong, maka ke-Indonesiaan seseorang patut dipertanyakan. Tradisi gotong royong sendiri mengalami puncak keemasan di masa Orde Baru. Selain menjadi santapan wajib tiap hari di sekolahan, banyak program pemerintah yang mencirikan gotong royong.

Ilustrasi Kerid (antarafoto.com)

Di Gehol alias Jetak sendiri, ada setidaknya tiga tradisi gotong royong. Kajak untuk membantu salah satu warga Gehol memperbaiki atau membangun rumah. Liliuran yang dikhususkan untuk membantu salah satu warga dalam menggarap sawah. Terakhir adalah kerid, sebuah tradisi gotong rotong khusus untuk memperbaiki sarana dan prasarana kampung.

1.      Kajak

Tradisi ini sangat membantu warga demi menghemat keuangan yang sedang membangun rumah. Maklum tradisi ini dulunya begitu kompak menunjukkan solidaritas warga dalam membantu sesama.

Hal yang unik dari tradisi ini adalah adanya sistem bergilir dari seluruh warga Gehol. Bisa dipastikan bahwa semua warga akan mengirimkan minimal satu wakil yang mewakili sebuah keluarga untuk membantu. Saking teraturnya, semua mampu melihat kebutuhan si tuan rumah. Jika kebanyakan peserta maka yang kajak akan mengurangi diri dan jika kekurangan orang dengan segera ada warga yang akan menambalnya.

Tentu saja mereka yang kajak datang dengan kesadaran sendiri dengan bermodal satu harapan bahwa jika dia sedang mengalami hal yang sama maka akan mendapatkan bantuan dari semua warga. Banyak tidaknya yang mengikuti kajak menjadikan sebuah ukuran sejauh mana kebaikan orang tersebut.

Kenapa kajak membantu keuangan warga yang sedang membangun rumah? Tak lain karena mereka yang kajak akan membantu tukang yang sedang membangun. Dengan banyaknya tenaga gratisan ini, maka pembangunan akan kian cepat selesai. Dulu, kajak akan berjalan hingga proses pembanguna selesai.

Sayangnya sekarang kajak kian hilang dari budaya Gehol. Kajak kini hanya berlaku di awal dan akhir kegiatan saja. Bahkan tak jarang tak ada kajak sama sekali tergantung tuan rumah tentunya. Beruntung kajak ala ibu-ibu masih terus berlangsung hingga kini, meski terbatas pada kerabat. Ibu-ibu akan membantu tidak dengan tenaga, tetapi dengan menyumbang makanan ala akdarnya bagi tuan rumah.

2.      Liliuran

Sama seperti kajak, liliuran juga merupakan seni saling membantu sesama warga atas dasar ikhlas. Hanya saja objeknya berbeda. Liliuran khusus untuk membantu warga dalam menggarap sawah atau ladangnya.

Liliuran sendiri tentu sangat membantu, mengingat sebagian besar warga Gehol adalah petani. Dengan liliuran, pekerjaan yang seharusnya bisa sampai seminggu dapat selesai hanya dalam sehari.

Uniknya program liliuran dilihat kontinuitas dalam pelaksanaannya. Jika peserta liliuran adalah sepuluh orang, maka bisa dipastikan dalam waktu tertentu – biasanya dalam masa tanam – kesepuluh orang tersebut akan berkeliling ke ladang atau sawah mereka. Jika hari Senin kesepuluh orang tersebut menggarap sawah si A, maka sembilan hari kemudian mereka akan menggilir sawah masing-masing.

Konstinuitas dalam waktu berdekatan memang sangat unik dan menguntungkan. Dengan demikian, masa tanam serta masa panen sawah atau ladang mereka akan terhitung serentak. Senada dengan masa tanam, masa panenpun akan diisi dengan liliuran juga.

3.      Kerid

Kerid adalah seni gotong royong untuk memperbaiki sarana dan prasarana desa mulai gedung balai desa, jalan hingga pengairan. Khusus untuk kerid masalah air, disebut dadawuan. Sayangnya jika kerid hampir seluruh warga ikut, dadawuan lebih terbatas kepada mereka yang merasakan manfaat langsung dari sistem irigasi dari sarana yang diperbaiki tersebut.

Kerid biasanya dikordinir langsung oleh pamong desa. Warga akan berbondong-bondong memperbaiki sarana tersebut hingga kembali berfungsi normal. Karena jaman Orde Baru masalah sarana bersama jarang ditenderkan secara terbuka kepada pihak swasta, maka kerid di Gehol sering sekali terjadi.

Kini, kerid masih sering dijumpai meski dalam skala terbatas dan biasanya terkait hal darurat. Misalnya saja memperbaiki jembatan roboh, mencari korban longsor, mencari korban hanyut dll.

Sekelumit kisah tradisi yang mencerminkan kebersamaan tersebut kini kian jarang dan mendekati musnah. Sesuatu yang sangat disayangkan, mengingat selain sebagai ajang memperbaiki sarana fisik juga sebagai tempat mempererat silaturahim.


6 comments:

  1. Kalo di Jawa Tengah dan Timur, yang nomer 1 dan 2 itu namanya sambatan. :)

    Yang nomer 3 itu apa namanya saya lupa. :)

    Tapi apapun itu, tradisi bangsa kita tentang gotong royong adalah benar adanya dan harus dilestarikan.

    ReplyDelete
  2. gotong royong identik dengan Indonesia, sampai korupsi pun kejahatan gotong royong

    ReplyDelete
  3. gehol di mana letaknya, di peta kurang jelas

    ReplyDelete
  4. terima kasih sudah mampir teman-teman semua ...

    di peta yang saya upload itu ada nama Sindangwangi, nah Gehol adalah ibukotanya.
    Jadi desa kami beribukota di Gehol hehehehe...

    oya sambatan itu di Gehol biasa disebut nyambat artinya mengajak. Jadi semua kegiatan di atas ada yang nyambat alias mengajak.

    ReplyDelete
  5. haha jadi inget dolo tahun 80-90an kalau di sekolah suka ada kerja bakti heheh kerja bakti termasuk gotong royong loh

    Kamu Blogger...? Yuk Ikutan Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook Berakhir 23 Desember 2011

    ReplyDelete
  6. kalo di sekolah saya dulu 90-an bahan bangunan pasir, batu, batu buat cor disumbang siswa kegiatan setiap hari sabtu tuh hahahahaha

    bener tuh kerja bakti = gotong royong ....

    ReplyDelete