Untukmu Sahabat
Wahai sahabat, kalian yang kurang beruntung karena ada HIV/AIDS ditubuh kalian, izinkan aku berbagi dengan kalian. Semoga ketika selesai membaca curahan hatiku, kita bisa lebih saling mengerti. Mengerti lebih akan diri kita sendiri.
Aku pada dasarnya sama dengan kalian dan semua yang ada di dunia. Punya rasa. Rasa inilah yang terkadang mengungkungku dari keindahan dunia. Sehingga menjauhkanku dari rasa syukur akan nikmat yang telah begitu banyak kureguk.
Aku pernah remaja, sebuah masa yang amat ingin kureguk kembali. Saat remaja pernah aku patah hati berkali-kali. Setiap patah hati, maka kurasakan dunia hanya selebar tempat aku berpijak. Kututup hati, mata, telinga dan semua indra demi meresapi betapa dunia berlaku tidak adil padaku.
Uluran tangan sahabat kutolak mentah-mentah. Nasihat orang tua dan yang lebih dewasa tak kugubris. Aku selalu berkata pada mereka bahwa apa yang kurasakan tak ada yang mengerti. Selalu kukatakan bahwa mereka takkan mengerti sebab mereka tak mengalami. Aku yang mengalami akulah yang paling mengerti. Itulah aku masa itu.
Aku juga berasal dari keluarga kurang mampu. Petani biasa yang lahan garapannya sangat sedikit. Aku terpaksa menunda melanjutkan ke SMA karena minimnya dana. Kemudian kuliahpun kubiayai sendiri sebab orang tua takkan sanggup. Kembali aku menghujat nasibku, kenapa ketidakadilan begitu ramah menyapa hidupku.
Saat begitu banyak sahabat berusaha meringankan egoku lebih menganggap itu sebagai cibiran. Aku menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah semacam cemooh untuk memperlihatkan bahwa betapa patut aku dikasihani. Itulah aku yang masih seperti masa itu.
***
Sahabat, dari cerita itu aku berusaha memahami kalian lebih jauh. Jika aku yang sekadar patah hati dan anak petani merasa dunia begitu tak adil, maka akupun paham jika kau bertindak serupa. Hanya karena aku yang mengalami maka aku menganggap lebih mengerti, maka akupun bisa memahami jika kalian menjauh dari kami. Aku yang cuma anak petani yang susah melanjutkan pendidikan begitu merasa terhina saat ada yang mau membantu. Aku sangat paham jika ketika ada yang mendekati kalian, sikap merasa dicemooh ada dalam benak kalian.
Aku hanya ingin kalian tidak sepertiku. Sebab kala aku lebih banyak menyerap pengalaman maka segala sikapku dulu begitu ingin aku tanggalkan. Jika kau beranggapan bahwa apa yang aku alami tidak mengancam jiwaku itu benar. Tapi sebagaimana remaja yang masih sempit pikiran, kematian pernah begitu dekat hanya karena merasa hidup tidak adil.
Sahabat, sekali lagi aku hanya ingin berkata, jangan tiru sikapku. Aku pernah merasa paling malang di dunia. Tapi aku sadar bahwa setiap orang memiliki kemalangannya masing-masing. Akupun sadar bahwa kemalangan seseorang bisa menjadi kekuatan sekaligus kebanggaan jika dikelola dengan baik.
Sekali lagi sahabat, jangan tiru aku. Mungkin aku tidak bisa mengerti seutuhnya karena aku tidak mengalami apa yang kalian alami. Tapi setidaknya aku punya dua tangan yang setiap saat rela dan ikhlas terulur untuk kalian. Aku juga punya tubuh yang dengan rela bisa kalian peluk. Aku punya telinga yang bersedia mendengarkan kisahmu. Aku punya sederet indra yang dianugerahkan Tuhan yang bisa kalian manfaatkan. Jika aku bisa, maka aku bersedia.
Mereka juga sahabat kita, mereka juga saudara kita.
ReplyDeletejangan lupakan itu.
salam.
.
sobat numpang titip link ya : http://www.tamanbacaan.web.id/
betul... kita semua adalah saudara ...
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir ...