Sejauh Apa Melangkah?

9:45:00 AM Gehol Gaul 4 Comments

Melihat Gehol di kekinian jaman terasa tiada jauh berbeda dengan jaman ketika aku mulai bisa mengingat. Persamaannya satu, masih belum memiliki jati diri yang sempurna yang bisa diindetikan dengan Gehol.

Gehol sendiri bukan nama asli daerah tempat aku dilahirkan. Nama asli daerah tersebut adalah Jetak, Sindangwangi, Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Gehol sendiri seingatku adalah nama klub sepakbola yang mewakili kampung di setiap pertandingan antarkampung. 

Mengenai perubahan di Gehol, mungkin yang paling drastis adalah ketika tahun 1990-an saat listrik masuk desa dan Muhammadiyah membuat pesantren. Dari segi sosial masyarakat, masuknya Muhammadiyah mengubah peta pergaulan masyarakat, terutama dalam beragama. Jauh sebelum Muhammadiyah ada, NU sudah mengharu biru dalam mengayomi masyarakat Gehol mengasah hati dan iman.

Saat belum ada, secara religi kebanyakan masyarakat Gehol biasa-biasa saja. Namun dengan adanya Muhammadiyah kesadaran kian tinggi. Meski secara sosial munculnya "paham baru" membuat suhu sedikit memanas.

Sementara itu, masuknya listrik telah membuat masyarakat Gehol kian egois. Sebelum ada listrik, hampir seluruh masyarakat berkumpul di teras. Karena antarteras rumah sangat berdekatan, maka menjelang malam selalu penuh dengan canda tawa seluruh penghuni kampung. 

Anak-anak dan remaja tentu saja yang sangat diuntungkan dengan minimnya listrik. Sebab mereka bebas bermain setelah pulang dari mengaji di Pesantren, Mushala, Mesjid bahkan di rumah kyai. Saat purnama, permainan berkelompok selalau dilakukan oleh anak-anak kampung Gehol. Hanya panggilan dari mak masing-masing yang mampu menghentikan permainan tersebut. 

Suatu kenangan yang sangat sulit ditemui sekarang. Ibu-ibu dan anak-anak kini tidak berkumpul dengan tetangga. Mereka berkumpul di rumah sendiri sambil memperebutkan tayangan favorit di TV.  Kini, sesudah Isya-pun jangan harap melihat anak-anak bermain di luar rumah.

Yang paling parah adalah tercerabutnya anak-anak dan remaja dari kecintaannya terhadap Gehol. TV dan tayangannya telah mentransformasi anak-anak dan remaja menjadi begitu ingin meniru idolanya. Maka, setelah mereka sekolah tujuan utamanya tentu saja merantau. Sesuatu yang memang wajar sekali terjadi sekarang ini.

Ritual pulang kampung tentu saja menjadi sebuah tradisi yang dinanti seluruh warga Gehol. Saat pulang tersebut, maka satu pertanyaan yang wajib dijawab perantau adalah "Sejauh apa kalian melangkah?"

Pertanyaan tersebut tentu saja sebenarnya bermakna, sesukses apa wahai kalian para perantau?


Pemuja Gehol

4 comments:

  1. Saya sangat terenyuh dengan deskripsi yg di sampaikan dedi,memang itulah faktanya.Soal kesuksesan itu sangat tergantung dari mana sisi kita memandang,sebab kita terlahir dengan sempurnapun itu adalah sebuah kesuksesan,karena kita sudah bersing dengan ribuan sel lainya.Jangan mengambil kisimpulan bahwa kesuksesan itu identik dengan kekayaan dan jabatan,karena itu adalah paradigma orang-orang yg masih punya pemikiran yang tidak maju dan dangkal,dan pemikiran itulah yang masih bersarang di otak kita semua.Orang yang sukses itu adalah orang yang memiliki tiga investasi dunia untuk akhirat yaitu Anak yang soleh,Ilmu yang manfaat dan Amal jariyah.Kang Ries

    ReplyDelete
  2. sekarang serba materi Kang..
    jadi kita juga secara tak sadar kadang ikut pusaran..
    meski dengan sekuat tenaga mencoba melakukan kalimat terakhir Akang

    ReplyDelete
  3. Ada pepatah mengatakan" segalanya bisa didapat dengan materi,tapi ternyata materi bukanlah segala-galanya",hanya orang yang punya prinsip dan tetap istiqomah yang tidak akan larut dalam pusaran materialistis.Artinya bukan berarti kita harus meningalkan materi,tetapi janganlah jiwa dan pikiran kita di kendalikan oleh materi,akan tetapi kitalah yang harus mengendalikan materi.Contoh kasus banyak sekali orang zaman sekarang hanya karena sesuap nasi bisa menghalalkan segala cara dan lupa akan tujuan hidup yang sesungguhnya."MATERIALISTIS adalah sifat yang menjangkit seseorang dimana hatinya hanya terguggah oleh hal-hal yang sifatnya materialist".Wasalam, Kang Ries

    ReplyDelete