Dukun Presiden dari Gehol

2:17:00 PM Gehol Gaul 0 Comments


Ilustrasi

Lihat catatan dari Majalah Tempo Online di bawah ini. Cerita ini adalah catatan tertua yang berhasil ditemukan dan merupakan sebuah reportase dari majalah terkemuka di negeri ini.

“Lurah yang Dukun

Ketika gerombolan DI/TII Kartosuwiryo masih merajalela, desa Sindangwangi selalu serba salah. Berbaik-baik dengan gerombolan, dicurigai pihak TNI dan begitu pula sebaliknya. Terakhir di tahun 1952 desa yang terletak sekitar 17 km dari Bumiayu, Kabupaten Brebes ini, dibakar habis pengikut-pengikut Kartosuwiryo. Banyak korban tentu saja. Bahkan para wanita bersuami, gadis ataupun janda sempat dicukur gundul oleh anggota-anggota gerombolan. Begitulah.


Tetapi sudah baikkah hidup mereka sekarang? Rupanya belum. Beberapa tahun lampau tanah di desa ini pernah longsor. Tak sedikit rumah rusak, sehingga sebagian penduduknya pindah ke desa terdekat. Dan sekarang, penduduk Sindangwangi yang berjumlah sekitar 2000 jiwa (930 kk) itu harus tetap menerima nasib sebagai bagian dari republik ini yang masih terkurung. Sebab sarana lalu-lintas yang bernama jalan raya atau apapun yang sejenis dengan itu dari kota Bumiayu hanya sampai di desa Bantarkawung.

Dari desa ini kaki penduduk harus sabar meniti jalan setapak naik turun pegunungan, lalu menyeberangi sungai Cigunung dengan perahu setelah membayar sewa Rp 10 tiap orang. Keadaan begini bukannya hanya menyulitkan penduduk memasarkan hasil-hasil pertanian mereka yang memang tak seberapa itu, namun juga telah membuat keadaan mereka benar-benar merasa terkurung.

Atmowijaya Satu-satunya kebanggaan penduduk Sindangwangi sejak 7 bulan belakangan ini adalah karena sang Kepala Desa mereka dengan serta merta telah diakui sementara pihak sebagai- dukun ampuh. Nama Lurah itu, Atmowijaya, berusia 72 tahun dan menduduki jabatannya sejak tahun 1930. Berkat profesi baru sang Lurah sebagai dukun inilah, maka nama desa Sindangwangi tiba-tiba tenar melampaui batas-batas kabupaten.

Setiap hari kesibukan Atmo harus tercurah untuk meladeni para pengunjung dengan hajat masing-masing. Paling sedikit para pendatang meminta tebakan nomor-nomor undian, di samping jampi-jampi agar segera menjadi kaya, naik pangkat dan seterusnya. Bahkan dengan irinya para Kepala Desa lain di sekitarnya harus menyaksikan Kepala Desa Sindangwangi kerapkali dijemput oleh pejabat-pejabat tingkat kecamatan dan kabupaten.

Tentu maksudnya untuk ditiup-tiupi agar maksudnya terkabul. Mendengar cerita burung akan keampuhan Lurah Atmowyaya sebagai dukun, tak urung menyebabkan para warga desanya- semakin segan. Bahkan tak seorangpun berani memperdengarkan keluhan akan perlunya pembuatan jalan penghubung ke dunia luar, misalnya dengan uang Inpres yang diterima setiap tahun. Atau tak jua seorang wargapun mau mempercakapkan mengapa hingga sekarang Sindangwangi belum juga memiliki balai desa. Lebih dari itu tidak seorang warga juga berani mengusik masa jabatan sang lurah jompo itu, sebab toh dia dekat dengan pejabat-pejabat penting di tingkat kecamatan dan kabupaten.

Majalah Tempo, 03 Mei 1975”

Lurah Atmowyjoyo (Atmawijaya – versi logat kami) sudah berpulang berpuluh tahun lalu. Ia adalah legenda bagi masyarakat Gehol alias Jetak, Sindangwangi, Bantarkawung. Saking kesohornya beliau, konon Almarhum Presiden Soeharto pernah juga bertandang padanya. Sang Presiden hanya mampu mencapai sebrang Sungai Cigunung, dan dijemput dengan kuda oleh Mbah Durmi. Mbah Durmi adalah nama tenar dari lurah kami tersebut.

Kehebatannya sebagai lurah dan dukun selalu dikaitkan dengan peristiwa mistis di Gehol. Semasa hidupnya, rumah beliau selalu rutin dikunjungi oleh Harimau Gaib. Harimau ini akan mendatangi beliau pada waktu tertentu terutama Selasa dan Jumat Kliwon. Ia juga terkenal dengan perlawanannya terhadap penjajah Belanda. Saat ia dan istrinya dan istrinya dikepung kaum penjajah, mereka serta merta berubah menjadi rumput. Karuan saja kaum penjajah tak dapat menemukan mereka.

Saking hebatnya reputasi Beliau, saat meninggalnya adalah saat paling ramai kampungku dikunjungi tamu. Itulah legenda dari Gehol, reputasinya abadi.

0 comments: