Nyamin: Teman Begadang Geholista
Bahan-bahan |
Saat muda dan masih mengaji di pesantren, begadang adalah kegiatan wajib bagi kami. Jika sekolah libur, maka begadang di pesantren atau rumah teman adalah kegiatan resmi dan wajib bagi kaum muda Gehol. Jika di pesantren, maka begadang akan diisi dengan tadarusan dan dilanjutkan sholat malam. Karena jarak subuh dan sholat malam tidak terlalu jauh, maka baru sesudah subuhlah kami beranjak ke peraduan.
Agar begadang kuat dan tidak menyebabkan sakit, maka perut kami tidak boleh dibiarkan keroncongan. Sebagaimana layaknya kampung, maka jangan diharapkan perut kami akan kenyang terisi dengan makanan yang enak-enak. Jika ada singkong baker atau rebus dan kopi itu sudah merupakan karunia yang luar biasa.
Karunia itu selalu hadir seiring dengan rajinnya ibu-ibu kami membekali kami untuk begadang di pesantren. Untuk makan besar saat begadang, maka ada teknik kreatif nan murah yang bisa dilakukan. Teknik ini biasa kami sebut nyamin.
Hasil Nyamin |
Nyamin adalah cara kami kaum muda yang sebagian besar wajib jomlo – maklum di kampung kami pacaran itu hanya untuk kaum yang sudah siap menikah. Bahan-bahan yang murah menjadikan nyamin terjangkau bagi kami. Nyamin kian menjadi favorit karena cepat membuatnya dan mudah menyajikannya.
Untuk melakukan nyamin, tak perlu melihat si sexy Farah Queen apalagi pujangga kuliner macam Pak Bondan. Cukup api, air, panic kecil, beras, ikan asin, mie instans, cabe, dan sedikit rasa jorok. Cara masaknya? Tak seribet acara kuliner yang musti mengeluarkan jurus kungfu segala. Bahkan caranya lebih sederhana dari acara kuliner di tengah alam raya. Campur saja semuanya, maka jadilah!
Ini langkah-langkah nyamin yang dahulu jadi makanan akrab kami saat begadang. Ambil beras yang layak masak – bersih dan tidaknya tergantung selera, bermutu tidaknya tergantung perut! Rebus beras tersebut, porsi diukur sesuai dengan perut masing-masing!
Campurkan ikan asin dalam rebusan beras tersebut. Aroma dan rasanya akan bercampur dengan beras yang direbus. Karena kami peduli kesehatan (alias tak sudi repot), maka garam tak diperlukan. Biarkan beras matang dengan ciri sudah berbentu nasi. Jangan lupa taburkan cabe rawit yang sudah dipotong-potong. Dipotong-potong dalam cara kami, bisa digunakan dengan tangan, sendok bahkan oleh sembilu.
Jika ada uang beli juga mie instans, karena kami kaum yang hobi gotong royong, masalah mie instant bisa didapat dengan mudah dan halal. Minta! Setelah beras dan ikan asin terlihat matang (matang sungguh-sungguh atau tidak tergantung keahlian menakar dan merasakan makanan), campurkan mie instant.
Terakhir campurkan semua bumbu mie instant ke dalam rebusan beras (nasi), ikan asin, mie instant dan bahan lainnya. Kami yang kreatif bisaanya mencampurkan sayuran entah apa saja yang penting bisa dimakan dan aman direbus ke dalamnya.
Saat menyantap, jangan harap ada piring, sendok, garpu (kami tak kenal benda ini sampai suatu saat makan bakso di kota terdekat), bahkan daun pisang sekalipun. Cukup cuci tangan di kamar mandi mushola (bersih tak bersih tak ada yang memeriksa) dan masukan tangan ke panic yang meski panas bisaanya sudah kami serbu. Biarkan mulut menikmati nikmatnya makanan hasil nyamin tersebut, termasuk panasnya makanan yang baru matang tersebut.
Cepat, mudah dan murah itulah nyamin. Rasanya (melihat situasi yang ada) yang merupakan campuran antara gurihnya nasi (tergantung berasnya sih), sedapnya ikan asin, dan nikmatnya mie instant membuat nyamin sangat layak digelari maknyusssss!
Satu lagi, berani jorok itu nikmat!
wah mmasih enak makan nyamin, ane gak bisa makan enak kalo di pesantren
ReplyDeletemasih sempet ngeblog hebat dehhh
ReplyDeletewah mantep deh si agan . . .
ReplyDelete@automation: hahahaha kalo gak nyamin gak khusyu gan,
ReplyDelete@hardnes tester: itu pengalaman dulu gan, sekarangmah dah jadi tukang kuli...
@timbang digital: makasih gan
makasih semuanya dah mampir
ini klo dmkan mlam2 smbil kumpul brg tman pasti maknyus.....
ReplyDeletejgn lpa mmpir ke eMingko Blog
iya gan,,,
ReplyDeletesip ane pasti mampir
hmmm jadi ingat di pesantren dulu
ReplyDeleteterapi qolbu: pernah digundulin gara2 pacaran gak mas bro? hahahahaha
ReplyDeletekl saya dl waktu di pondok masaknya pake kayu bakar, sambil ngobrol, pake lampu obor, jadi pas masakan mateng muka yg pada gosong, wkwkwk ;)
ReplyDeletesalam kenal
bloggirang: mateng luar dalem ternyata hahahaha
ReplyDeletesalam kenal balik dan terima kasih dah mampir