Inilah Efek Buruk Facebook dan Twitter untuk Anak-anak

9:36:00 AM Unknown 3 Comments


Apa yang dilakukan anak-anak usia sekolah dasar hingga SMA setelah bangun tidur saat ini? Mayoritas dari mereka akan mengecek handphone kemudian mengetahui bagaimanakan status terbaru di sosial media mereka.  Meski Facebook, misalnya, mengharuskan pemiliknya berusia 13 tahun ke atas, namun tetap saja pemilik akun sosial media berusia belia merajalela.

Fenomena memprihatinkan ini  mirirp dengan hilir mudiknya anak-anak SD dan SMP yang mengemudikan kendaraan roda dua di jalanan. Padahal jelas bahwa mereka yang masih belia diharamkan mengemudikan kendaraan bermotor. Pada orang tua yang tadinya bangga anak-anak mereka yang masih unyu-unyu mampu naik sepeda motor sendiri kemudian akan menangis dan menyesali diri begitu hal buruk terjadi. Dalam hal sosial media, hal serupa biasanya juga menimpa.

Agar orang tua makin waspada akan efek tidak baik dari sosial media kepada anak-anak, berikut beberapa hal buruk yang bisa menimpa wajah-wajah belia ketika sudah kecanduan sosial media menurut seorang ahli ilmu saraf dari Universitas Oxford. 

Membuat anak berpikir sempit
Jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter bisa membuat seseorang kehilangan nalar dalam menilai sesuatu untuk jangka panjang. Artinya, jejaring sosial membuat anak-anak berpikir pendek saat menggunakan Facebook dan sejenisnya. Maka, jangan heran jika melihat anak-anak seenaknya posting dan komentar di jejaring sosial media.

Susah memahami pelajaran dan sulit berkomunikasi
Pengaruh buruk lain yang sering menimpa anak-anak pemilik jejaring sosial adalah kian susah memahami pelajaran di sekolah. Hal ini karena anak-anak kehilangan seni berkomunikasi dalam kehidupan nyata. Ketika komunikasi dilakukan melalui layar gadget, maka hal tersebut cenderung satu arah dan tmenghilangkan perangkat komunikasi penting seperti bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi lawan bicara.

Egois dan minim empati
Anak-anak yang sudah sejak dini memiliki akun jejaring sosial adalah kecenderungan mereka menjadi egois dan susah berempati. Hal ini terjadi karena di sosial media semua fasilitas sudah disediakan dan cenderung memberikan privasi berlebih pada pemakainya. Jangan heran jika anak-anak pemilik akun sosial media menganggap bahwa apa yang mereka lakukan di sosial media tidak melukai orang lain. Sebab secara teknis, sosial media memang membuat seseorang memiliki dunia sendiri.

 Suka mencari sensasi
Hal buruk lain yang disuguhkan kepada anak-anak belia pemilik akun sosial media adalah sensasi alias mencari perhatian berlebihan. Jadi jangan heran bila menemukan anak-anak memposting hal-hal yang di laur batas kewajaran karena tujuan mereka memang untuk mendapatkan sesnasi atau perhatian berlebih dari yang membaca postingan mereka.

      Menyebabkan depresi dan mudah iri
Pernah melihat anak-anak kecil pemilik akun sosial media memaki sahabatnya hanya karena sang sahabat mendapat pacar? Atau pernah melihat postingan mereka berupa curhatan sambil memaki mantan kekasih atau orang tua? Jangan heran melihat tersebut karena Facebook dan jejaring sosial lainnya memang membuat anak-anak rentan melakukannya. Hal ini didukung oleh sebuah riset yang mengatakan bahwa anak-anak dan remaja yang menghabiskan banyak waktunya untuk bermain  Facebook cenderung murung dan mudah marah. 

Salah satu efek negatif lain dari Facebook yang bisa menimpa penggunanya baik anak-anak maupun kaum dewasa adalah terjadinya cyber bullying. Bullying atau penghinaan, penindasan, kekerasan, dan intimidasi yang bersifat maya memang marak belakangan ini dan bisa menimpa siapa saja. Nah sesudah mengetahui aneka efek buruk tersebut, masihkah orang tua mau membebaskan anak-anak usia SD dan SMP memiliki akun sosial media.

3 comments:

  1. Setuju sekali,
    sebaiknya anak kecil kita jgn dulu dikenalkan dgn teknologi facebook dan twitter.
    saya pernah baca, anak kecilnya pendiri microsoft dan iphone malah ga dikasih gadget2 keren sma ortunya

    ReplyDelete
  2. Betul, saya setuju orang tua memegang peranan penting dalam mencegah hal ini.

    ReplyDelete
  3. Bersikap bijaklah dalam menyikapi perkembangan teknologi. Dalam hal ini peranan orang tua sangat penting untuk mengarahkan anak di era teknologi.

    ReplyDelete