Jadikan Bumiayu Ibukota Kabupaten Brebes



Kaligua
Setelah isu pemekaran kehabisan bahan bakar, maka pemerataan pembangunan Kabupaten Brebes terutama di bagian selatan yang masih terbelakang kini seolah menemui jalan buntu. Pemekaran yang diharapkan jalan pintas membangun daerah tersebut kini mangkrak karena berbagai kendala.

Kendala-kendala tersebut muncul seiring kian sulitnya mewujudkan kabupaten baru. Mulai dari penolakan dari petinggi pemerintahan seperti Gubernur Jateng, kekompakan yang mulai hilang dari para pengusung hingga kemampuan membiayai pemekaran oleh pemkab. Di tengah kebuntuan ide pemekaran yang tak berujung, mari kita ajukan saja Bumiayu menjadi ibukota Brebes yang baru.

Kerajaan Gehol Bulpusan VI



Bale Temonan di Kerajaan Gehol bergetar oleh sorak-sorai kemenangan. Meski belum ada sesuatu yang sesungguhnya dimenangkan, namun kegembiraan tetap tak bisa dihentikan. Semua mata berkaca-kaca terharu campur bahagia. Kesulitan mereka saat ini mengenai kekeringan sawah akibat penguasaan air oleh tukang teluh akan sedikit terobati.

“Jadi, sudah diputuskan kalau kita akan membuat waluran dan membuat lewi. Hal ini sudah sesuai dengan yang dijelaskan oleh ulu-ulu kita Sun Geyo.” Demikian Gusti Hening bertitah disambut sorak sorai para peserta temonan.

“Setuju,” ujar para tamu Temonan yang bisa diikuti siapa saja tanpa memandang kasta dan jabatan tersebut.
“Aku perintahkan kepada para ahli bangunan dan ahli kayu untuk membuat lewi. Selanjutnya sambungkan bambu-bambu yang telah dibelak dan dipapas bukunya dan biarkan ia mengisi semua waluran yang ada di sawah dengan air.” titah Gusti Hening kemudian.

Kerajaan Gehol Bulpusan V



Sudah berhari-hari Gajah Putra Sunda tidak tenang. Jika ia tertidur, bayangan awan gelap memayungi negeri asalnya selalu menghantui. Saat siang hari, perasaan berat tertekan memenuhi jiwanya. Semedi dan olahrasa sudah dia lakukan untuk menetralisir perasaan gelap dalam jiwanya tersebut. Namun semuanya bergeming tidak mau hilang. 

“Saya mohon pamit Gusti Sagara,” akhirnya Gajah Putra Sunda menghadap rajanya. “Sudah beberapa waktu ini hamba sulit memejamkan mata. Bayangan buruk sepertinya akan terjadi di Kerajaan Gehol Paduka,” lanjutnya kemudian.

“Bayangan apa gerangan sampai-sampai Dinda Gajah begitu khawatir?” tanya Prabu Sagara, penguasa kerajaan Sagara.

Pilwakot Bekasi: Golput Berjaya, Petahana Kembali Berkuasa

 Pepen Kembali Menang


Sekitar pukul 10.00 WIB saya dan Dentha anak saya, pergi menuju TPS 14 di desa Jaticempaka, Pondok Gede, Bekasi. Hanya ada petugas KPPS yang duduk sesuai kursi yang ada. Mereka dengan tenang dan santai, termasuk para saksi, duduk di kursi masing-masing.

Saya hanya menghabiskan waktu tidak lebih dari lima menit. Tak ada antrian pemilih, ketika saya daftar, saya langsung dipanggil untuk menunaikan hak saya. TPS 15 yang hanya berjarak 10 meter dari tempat saya mencoblis, juga mengalami hal yang sama. Sepi pengunjung dan jauh dari antusiasme warga Kota Bekasi untuk meilih pelayan mereka.

Kerajaan Gehol Bulpusan IV



Kita tinggalkan sejenak Kerajaan Gehol yang akan bergejolak riuh menerima ide Sun Geyo keesokan harinya. Mari kita ikuti utusan Gusti Hening, Ki Patih Suyud Ana, menuju Negeri Sagara di barat laut sana.

Untuk menuju negeri yang gemah ripah loh jinawi tersebut bukan hal yang mudah bagi siapapun. Diperlukan perjalanan dengan kuda selama berhari-hari. Bahkan, sesekali harus rela berjalan kaki karena beratnya medan.

Negeri Sagara sendiri adalah negeri besar yang terletak jauh di atas puncak sebuah gunung yang terkenal sangat angker. Gunung tersebut menjulang mengangkangi daerah sekitar dengan keangkeran yang nyata. Kabut senantiasa selalu menggantung di puncak gunung. Hal ini membuat aura mistis kian terasa sebab ketinggian gunung yang tidak mudah diprediksi. Melihat puncak Sagara sama saja mengharapkan melihat pelangi saat hujan badai.