Tabu di Petahunan


Ilustrasi
Bendung Petahunan kembali memakan korban. Kali ini, gadis yang masih belia dipaksa takdir menyerahkan nyawanya kepada kejamnya air. Sebuah kesia-siaan yang berpangkal pada tabu di bendungan yang berair tenang tersebut. Tabu tersebut adalah, ego!

Mungkin terdengar kejam ketika sedikit menyalahkan korban yang telah meninggal. Namun berulangnya kejadian ini adalah karena minimnya kehati-hatian sekaligus pengetahuan medan dari para korban. Penulis sendiri pernah menyaksikan teman sekolah yang tenggelam, bahkan di depan mata kepala sendiri. Dua orang perempuan dan kebetulan penulis yang terdekat dengan mereka dan yang menariknya hingga ke pinggir. Alhamdulillah mereka selamat, meski mengalami trauma hebat.

Semoga Tak Ada "Samsul" di Brebes!

Samsul Penjual Cilok di Kaki G. Slamet (http://inspirasiperjuanganmu.blogspot.com)

Potret kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1. Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah.

Jika BBM Naik



Kenaikan BBM (inilah.com)
BBM memang tidak jadi dinaikkan 1 April lalu. Namun mengingat utak-0atik pasal siluman yang kini sedang diuji materi, maka kenaikan tinggal menunggu waktu saja.

Maka sesungguhnya hari kian dekat dengan waktu untuk mengantre BBM tepat sebelum pukul 00.00 tiba. Saat itu, adalah hari terakhir premium yang merupakan bahan bakar kaum miskin bisa dinikmati dengan harga Rp 4.500,00. Meski faktanya harga di pedesaan tidaklah sebesar besaran yang ditetapkan pemerintah karena buruknya system distribusi yang dimiliki pemerintah. Sejak skenario kenaikan BBM diumumkan oleh pemerintah, maka kejadian sebagaimana diuraikan di atas tentu saja sudah di depan mata.

Adegan berikutnya mudah ditebak, sekumpulan insentif langsung untuk rakyat digelontorkan bak Sinterklas. BLT yang diharapkan mampu menyelamatkan rakyat miskin yang menuju kolaps pascakenaikan BBM menjadi pilihan. Program yang mempertotonkan kemiskinan secara vulgar ini akan kembali mengharu biru di tanah Indonesia. Jangan lupakan tontonan lain dari adanya Bantuan Langsung Tunai ini, korupsi terstruktur dari tingkat RT hingga entah di mana puncaknya.

Pilkada DKI oleh Si Bodoh


Permainan lempar gelang tentu hampir semua tahu. Permainan yang doleh sebagian orang dikategorikan judi ini menuntut keahlian yang mumpuni jika tak ingin rugi. Ketepatan membidik sekaligus kesabaran mungkin merupakan kuncinya. Tentu saja, keberuntungan mutlak diperlukan.

Bayangkan saja, hadiah yang disediakan adalah jejeran botol minuman ringan tanpa penghalang, botol minuman berenergi yang di atasnya diberi potongan kayu, minuman ringan berukuran besar yang diganduli rokok, hingga ponsel. Tentu saja ponsel yang dijadikan hadiah adalah handphone dengan papan ketik qwerty yang tentu saja besar. Yang pasti, dengan diameter gelang yang hanya sedikit lebih besar dari mulut botol tentu hal yang sulit agar tidak merugi.

Dengan alat yang dibuat demikian tersebut, maka peluang paling besar hanya memperebutkan hadiah berupa botol minuam ringan seharga tiga ribu rupiah. Harga yang harus ditebus untuk dapat melemparkannya adalah seribu rupiah untuk enam gelang. Jika  akurasi lemparan, kesabaran, dan keberuntungan menyatu, bukan tidak mungkin dengan uang seribu minimal mendapatkan satu botol minuman. Namun jika ketiganya jauh dari diri Anda, maka cukuplah mendapat kesenangan sebagai gantinya. Jika bukan kejengkelan.

Berkaca dari Muamba

Stop Kekerasan di TV

Saat Fabrice Muamba kolaps di lapangan, hingga kini tak ada tayangan resmi dari penyelenggara Liga Primer Inggris. Sebuah sikap terpuji yang dilakukan demi menghormati seseorang yang berjuang dengan maut. Sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh pers kita.

Tengok saja beberapa kasus yang memperlihatkan kekerasan yang bahkan sampai merenggut korban jiwa namun lolos dari sensor di negeri ini. Kerusuhan di Jakarta Utara saat Satpol PP hendak menggusur Makan Mbah Priuk contohnya. Dengan massiv beberapa televisi menayangkan adegan warga sipil membantai petugas yang sudah terkapar tak berdaya. Bukan hanya gambar bergerak, bahkan fotonya bertebaran di hampir semua sampul media cetak selama beberapa hari. Sadis!