Tidurnya Birokrat Kami

2:25:00 PM Unknown 1 Comments

Ruas Bumiayu-Salem
Pulang kampung selalu menyenangkan, bahkan sekesal apapun yang ditemui di perjalanan. Bertemu keluarga dan tanah kelahiran mampu menyurutkan tensi yang selama ini berkumpul di hati. Demi berkumpul dengan keluarga, macet seharian dan menyusuri jalanan kumuh tak pernah jadi halangan.

Jalan berlubang dan berlumpur ternyata masih eksis di tahun 2013 ini. Setidaknya di daerah kami di Brebes sana. Beruntung bagiku, melewati jalur yang bisa membuat pinggang keseleo tersebut tidak setiap hari. Namun sungguh menghibakan bagi mereka yang harus melaluinya karena tak ada pilihan.


Adalah jalur Bumiayu – Salem yang memilukan tersebut. Padahal jalur ini adalah urat nadi bagi perekonomian tiga kecamatan, Bumiayu, Salem, dan Bantarkawung. Tak tanggung-tanggung, jalur ini adalah jalur provinsi, yang seharunya memiliki kondisi layak jika memang kata bagus terlalu mahal.

Kerusakan ada di banyak titik di jalan sepanjang sekitar 35 kilometer tersebut. Di lokasi nampak keruskan cukup parah, dari aspal yang mengelupas yang mengakibatkan jalan berlubang, sampai retak-retak akibat penurunan badan jalan. Di banyak titik jalan juga mebentuk kubangan air yang sangat menyulitkan bagi pengguna jalan.

Jalur ini sendiri selain vital juga merupakan salah satu akar permasalahan adanya niat pemekaran selama ini. Bayangkan saja, jalan utama ini saja tidak ada perhatian dari pihak berwenang, apalagi kesejahteraan rakyat dan kebutuhan lainnya yang tidak terlihat.

Namun, janganlah dulu langsung menyalahkan pihak pusat atau provinsi. Langgengnya kerusakan di jalur yang selalu ramai setiap hari ini bisa juga karena lambannya respon dan laporan dari bawah. Jika masuk daerah tersebut, maka ada selorohan bahwa para pejabat asli dari daerah tersebut selalu tidur saat melewati jalur Salem Bumiayu. Budaya yes Sir, alias asal bapak senang membuat para pejabat di daerah akan melaporkan yang baik saja dan mengesampingkan realitas sesungguhnya.

Ini adalah bukti betapa kejengkelan masyarakat sudah begitu memuncak, sehingga menjadikan realitas pilu hanya olok-olok belaka. Sebab disikapi seriuspun, para pejabat yang berwenang seolah tutup mata tiada peduli. Maka jangan heran, jika suara pemekaran tetap ada sampai kapanpun selama hal-hal mendasar seperti insfratruktur tidak diperhatikan.

Ini tentu saja jadi pekerjaan rumah bagi Bupati Brebes yang baru menjabat. Jika memang ia serius ingin merealisasikan janjinya sekaligus meredam keinginan memekarkan diri, seharusnya jalur ini diperbaiki. Sebab, salah satu alasan paling mendasar dari ide pemekaran adalah minimnya perhatian pemkab terhadap daerah selatan. Buktinya, jalur yang sangat ramai tersebut dibiarkan berkubang penuh lumpur di beberapa titik.

Tentu saja alasan klasik akan dikemukakan. Bahwa jalur Bumiayu Salem adalah jalur provinsi sehingga kewenangan ada di pihak pemprov Jateng adalah benar semata. Namun bukan berarti pemkab Brebes dan pejabat terkait bisa duduk berpangku tangan sambil menyeruput kopi seolah tak terjadi apa-apa.

Satu hal lagi yang konyol dari sistem pembangunan di negeri ini. Jika kerusakan ditimpakan kepada pemerintah, maka keberhasilan selalu milik individu baik gubernur, bupati, camat, maupun kepala desa. Berani bertaruh, jika jalur ini kemudian diperbaiki maka ucapan yang dihembuskan akan berbunyi: terima kasih Bapak/Ibu Bupati, Camat, Kades atas perbaikan jalannya. Padahal, uang yang digunakan toh uang-uang rakyat juga.

1 comment: