Jajagoan, Permainan Ketangkasan dari Gehol
Melihat namanya, tentu
akan teringat dengan film laga atau cerita silat dimana ada para jagoan yang
membasmi kejahatan. Namun, jajagoan dari Gehol sangat jauh berbeda. Tidak ada unsure
kekerasan sama sekali, meski salah satu risiko memainkan permainan ini bisa
terluka.
Permainan jajagoan
biasa dimainkan anak-anak Gehol di masa lalu saat musim panen jagung tiba.
Karena hanya dengan pohon jagunglah, permainan yang khas anak lelaki ini bisa
dimainkan. Melalui media pohon jagung, anak laki-laki yang bermain jajagoan
bisa menundukkan lawannya hingga hancur lebur.
Untuk dapat
menghancurkan lawan, permainan ini membutuhkan kekuatan tenaga, ketepatan
membidik, dan perhitungan yang matang. Kombinasi ketiganyalah yang mampu
membuat seseorang bisa memenangkan permainan Jajagoan. Tentu saja, wajib juga
ada sejumput keberuntungan yang didapat.
Lalu, bagaimanakah cara
memainkannya? Pertama-tama, pastikan bahwa saat ingin memainkan jajagoan
bertepatan dengan saatnya panen jagung. Sebab, sekuat apapun keinginan, jika
musim panen jagung belum tiba maka musnahlah syahwat bermain Jajagoan.
Yang kedua, pilihlah
pohon jagung yang sudah dipanen dan kekar. Kekekaran ini bertujuan untuk
menahan gempuran dari lawan. Kekekaran pohon juga dimaksudkan untuk memudahkan menghancurkan
lawan.
Yang ketiga, pastikan
mampu mencabut pohon jagung sampai akar-akarnya. Akar yang terdalam, inilah
makanya pemain Jajagoan wajib memiliki kekuatan. Jika kekuatan kurang,
gunakanlah akal, sebab dengan teknik yang benar, mencabut pohon jagung hingga
akar bukan melulu masalah tenaga.
Proses adu Jajagoan |
Yang keempat, jika
sudah mendapatkan pohon pilihan dan berhasil mencabutnya hingga akar,
runcingkan bagian akar. Bagian ini biasanya akan sangat berat karena penuh
dengan tanah. Untuk itu cucilah agar tanahnya meluruh sehingga bobotnya tidak
berat lagi. Langsung melancipkan ujung pohon tanpa mencuci bisa berakibat
fatal. Selain karena berat, niat meruncingkan justru akan mematahkan. Jika ini
terjadi, maka sia-sialah pekerjaan memilih dan mencabut pohon jagung.
Jika sudah
meruncingkan, maka permainan siap dimulai. Jika tak ada teman, permainan ini
bisa dimainkan sendiri. Tentu saja, kadar seru dan kompetisi akan berkurang.
Satu lagi, usahakan mencabut pohon jagung sebanyak yang bisa dilakukan. Sebab
bukan tidak mungkin pohon yang diandalkan akan hancur oleh kepunyaan musuh.
Cadangan senjata wajib dilakukan terutama jika musuh lebih jago.
Maka permainanpun
dimulai. Suitlah untuk menentukan siapa yang pertama berhak membidik. Yang
kalah suit alias mendapat giliran berikutnya wajib membaringkan pohon jagung
jagoannya di tanah. Ganggulah konsentrasi lawan dan berdoalah sebisa mungkin.
Jika pohon jagung yang dibaringkan hancur oleh senjata lawan, maka kalahlah
sudah. Jika bidikan lawan meleset, maka giliran yang tadi dibidik untuk
melakukan aksinya. Musuh harus membaringkan pohon jagung jagoannya dan
bidiklah. Begitu seterusnya.
Jika pesertanya banyak
maka jaminan mutu serunya permainan jajagoan. Peserta yang membaringkan “jagoannya”
akan berulang kali ditembak oleh senjata musuh. Bisa jadi dua hingga tiga kali
sang “jagoan” masih bisa tahan. Namun jika banyak tusukan, maka pohon jagung
tersebut bisa dipastikan hancur berantakan.
Untuk meminimalisir
bahaya, berdirilah sejauh mungkin dari target. Karena musim panen jagung
biasanya bertepatan dengan musim hujan, terutama di Gehol, maka bisa saja
bidikan akan meleset karena licin. Kesalahan membidik bisa juga berakibat “senjata”
musuh akan mental berbalik arah.
Tertarik memainkan
Jajagoan? Sayangnya permainan ini sudah musnah. Semenjak kata modern menyeruak
ke Gehol, sejak itu pulalah permainan-permainan sederhana tanpa ongkos di Gehol
perlahan menghilang.
hahaha sayang sering maen dulu waktu kecil...thx mengingatkan nostalgia waktu dulu
ReplyDeletehttp://gayatekno.blogspot.com
heuheuheuheu ternyata ada juga yang maenin makasih kunjungannya gan
Delete