Berharap Harta Amalillah
Kisah tentang Bung Karno hingga detik ini selalu
menghiasi telinga anak bangsa. Kisah mistis dan kekayaan Beliau merasuk dalam
sanubari kaum-kaum pinggiran yang tak kebagian remah-remah kekayaan negeri ini.
Termasuk kisah tentang harta Bung Karno sebagai dana revolusi yang di simpan di
sebuah bank di negara Swiss yang bernilai triliunan rupiah sudah lama bergaung.
Di antara penggoreng isu harta karun Bung Karno,
maka Yayasan Amalillah adalah yang terdepan. Menurut berbagai hikayat, Yayasan
Amalillah diketuai oleh Raden Aiyon Suharis Restuningrat. Saat ini, kaki
tangannya telah merambah di berbagai pelosok nusantara memburu mangsa.
Kampung-kampung di Kelurahan Sindangwangi pun
masku perangkap para pemburu keuntungan dari keluguan warga. Kini, virus cepat
kaya tanpa kerja mewabah dan mencuci otak para pengikut Yayasan Amalillah.
Setiap saat, kertas bertanda tangan entah siapa dan mengatasnamakan EFG Bank
yang ada di Swiss sana jadi sandaran. Tercatat, seorang kawan diklaim punya
deposito di bank tersebut sebesar US$ 12,5 juta.
Dalam usahanya mengumpulkan dana, setiap warga
kampung yang berminat cukup menyetorkan uang sebesar Rp 25.000 per orang
sebagai biaya administrasi dan pada saatnya nanti akan memperoleh hibah dana
revolusi Bung Karno yang disimpan di luar negeri dan akan dibayarkan melalui
Bank Indonesia.
Tapi benarkah klaim ini? Lihat saja pengumuman
dari Bank Indonesia berikut ini:
No.6/41/BGub/Humas
Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan masyarakat mengenai kebenaran isi dokumen/surat yang ditunjukkan oleh oknum/pihak tertentu mengenai rencana pencairan dana Yayasan Amallillah oleh Bank Indonesia melalui beberapa bank umum nasional pada akhir Maret 2004, dengan ini diberitahukan bahwa:
- Bank Indonesia tidak memiliki kaitan apapun, baik langsung maupun tidak langsung dengan Yayasan Amallillah.
- Bank Indonesia tidak pernah mengeluarkan surat keputusan/dokumen/persetujuan berkaitan dengan rencana pencairan dana Yayasan Amallillah tersebut.
- Bank
Indonesia tidak mengelola rekening atas nama Yayasan Amallillah. Dengan demikian, kebenaran seluruh isi dokumen/surat tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan atau palsu.
Selanjutnya diharapkan kewaspadaan seluruh
anggota masyarakat apabila ada oknum atau pihak tertentu yang akan memanfaatkan surat/dokumen palsu tersebut untuk kepentingan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, agar segera melaporkannya kepada pihak yang berwajib.
Jakarta, 26 Maret 2004
Biro Komunikasi
Rusli Simanjuntak
Kepala Biro
Nah, sudah jelas atau masih terpesona dengan iming-iming kaya tanpa usaha?
Jakarta, 26 Maret 2004
Biro Komunikasi
Rusli Simanjuntak
Kepala Biro
Nah, sudah jelas atau masih terpesona dengan iming-iming kaya tanpa usaha?