BlackBerry Passport: Sang Pembeda
Di tengah euforia peluncuran iPhone 6 dan iPhone 6+ yang justru mengundang skeptisme para Apple fan boy, BlackBerry meluncurkan sebuah smartphone flagship yang lain daripada yang lain. Kembalinya BlackBerry menelurkan produk yang kembali ke habitatnya lebih menarik daripada mencermati bagaimana Apple makin hari makin mengecewakan penggemarnya pascameninggalnya Steve Jobs.
Bagaimanapun, memerhatikan kehadiran BlackBerry Passport mau tak mau langsung tertuju bentuk fisiknya yang unik. Mengambil paspor sebagai inspirasi, ponsel berkekuatan RAM 3GB, ini setidaknya lebih nyaman dimasukan dalam kantong daripada kecenderungan smartphone jaman sekarang. Tengok saja iPhone yang rela menjilat ludah mendiang Steve Jobs demi memuaskan pecinta layar lebar pada smartphone.
Mengandalkan kekuatan naturalnya, keyboard, BlackBerry ingin kembali merebut para pebisnis yang selama beberapa tahun terakhir lebih bangga menenteng iPhone atau Samsung. Harus diakui, meski secara gengsi iPhone dan Samsung telah menumbangkan BlackBerry, namun masalah kenyamanan mengetik dengan smartphone pabrikan asal Kanada ini masih yang paling handal.
Pengalaman penulis sendiri mengobrol dalam berbagai aplikasi pesan mulai dari Line, WA, hingga BBM, menunjukkan bahwa pengguna layar sentuh lebih mudah mengalami typo. Alhasil, typo seolah menjadi "fitur khusus" dari berbagai smartphone layar sentuh. Hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang masih setia dengan keyboard. Kendala typo dan auto dial lebih jarang ditemui.
Keunggulan desain yang berbeda memberikan BlackBerry sebuah kesan yang langsung terasa BlackBerry-nya. Saat ini, terutama dengan makin mudahnya ditemui aksesoris smartphone, sangat sulit membedakan sebuah merek. Bahkan, para user iPhone sampai-sampai harus meletakkan smartphone mereka secara terbalik agar bisa dikenali.
Hal yang baru yang patut diapresiasi adalah pemakaian keyboard tiga baris yang persis meniru keyboard komputer. Meski tentu saja para pemakainya harus beradaptasi, namun inovasi dari BlackBerry patut diapresiasi. Dengan memangkas satu bar keyboard, memungkinkan layar handphone lebih luas. Satu lagi, layar persegi yang diadopsi oleh BlackBerry membuat view lebih lebar.
Jadi, seperti apakah kans BlackBerry ke depan? Kita tunggu saja bagaimana performa smartphone yang lain daripada smartphone pada umumnya ini. Sebab, banyak yang menentukan suksesnya sebuah smartphone di pasaran terutama kemampuannya dalam mengeksekusi aplikasi. Sudah pasti, dukungan developer dalam menyuplai aplikasi sangat penting.
0 comments: