Inilah Efek Buruk Facebook dan Twitter untuk Anak-anak
Apa yang dilakukan anak-anak usia sekolah dasar hingga SMA setelah bangun tidur saat ini? Mayoritas dari mereka akan mengecek handphone kemudian mengetahui bagaimanakan status terbaru di sosial media mereka. Meski Facebook, misalnya, mengharuskan pemiliknya berusia 13 tahun ke atas, namun tetap saja pemilik akun sosial media berusia belia merajalela.
Fenomena memprihatinkan ini mirirp dengan hilir mudiknya anak-anak SD dan
SMP yang mengemudikan kendaraan roda dua di jalanan. Padahal jelas bahwa mereka
yang masih belia diharamkan mengemudikan kendaraan bermotor. Pada orang tua
yang tadinya bangga anak-anak mereka yang masih unyu-unyu mampu naik sepeda
motor sendiri kemudian akan menangis dan menyesali diri begitu hal buruk
terjadi. Dalam hal sosial media, hal serupa biasanya juga menimpa.
Agar orang tua makin waspada akan
efek tidak baik dari sosial media kepada anak-anak, berikut beberapa hal buruk
yang bisa menimpa wajah-wajah belia ketika sudah kecanduan sosial media menurut
seorang ahli ilmu saraf dari Universitas Oxford.
Membuat anak berpikir sempit
Jejaring sosial
seperti Facebook dan Twitter bisa membuat seseorang kehilangan nalar dalam
menilai sesuatu untuk jangka panjang. Artinya, jejaring sosial membuat
anak-anak berpikir pendek saat menggunakan Facebook dan sejenisnya. Maka,
jangan heran jika melihat anak-anak seenaknya posting dan komentar di jejaring
sosial media.
Susah memahami pelajaran dan sulit berkomunikasi
Pengaruh buruk
lain yang sering menimpa anak-anak pemilik jejaring sosial adalah kian susah
memahami pelajaran di sekolah. Hal ini karena anak-anak kehilangan seni
berkomunikasi dalam kehidupan nyata. Ketika komunikasi dilakukan melalui layar
gadget, maka hal tersebut cenderung satu arah dan tmenghilangkan perangkat
komunikasi penting seperti bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi lawan bicara.
Anak-anak yang
sudah sejak dini memiliki akun jejaring sosial adalah kecenderungan mereka
menjadi egois dan susah berempati. Hal ini terjadi karena di sosial media semua
fasilitas sudah disediakan dan cenderung memberikan privasi berlebih pada
pemakainya. Jangan heran jika anak-anak pemilik akun sosial media menganggap
bahwa apa yang mereka lakukan di sosial media tidak melukai orang lain. Sebab
secara teknis, sosial media memang membuat seseorang memiliki dunia sendiri.
Suka mencari sensasi
Hal buruk lain
yang disuguhkan kepada anak-anak belia pemilik akun sosial media adalah sensasi
alias mencari perhatian berlebihan. Jadi jangan heran bila menemukan anak-anak
memposting hal-hal yang di laur batas kewajaran karena tujuan mereka memang
untuk mendapatkan sesnasi atau perhatian berlebih dari yang membaca postingan
mereka.
Menyebabkan depresi dan mudah iri
Pernah melihat
anak-anak kecil pemilik akun sosial media memaki sahabatnya hanya karena sang
sahabat mendapat pacar? Atau pernah melihat postingan mereka berupa curhatan
sambil memaki mantan kekasih atau orang tua? Jangan heran melihat tersebut
karena Facebook dan jejaring sosial lainnya memang membuat anak-anak rentan
melakukannya. Hal ini didukung oleh sebuah riset yang mengatakan bahwa
anak-anak dan remaja yang menghabiskan banyak waktunya untuk bermain Facebook cenderung murung dan mudah marah.
Salah satu efek negatif lain dari
Facebook yang bisa menimpa penggunanya baik anak-anak maupun kaum dewasa adalah
terjadinya cyber bullying. Bullying atau penghinaan, penindasan, kekerasan, dan
intimidasi yang bersifat maya memang marak belakangan ini dan bisa menimpa
siapa saja. Nah sesudah mengetahui aneka efek buruk tersebut, masihkah orang
tua mau membebaskan anak-anak usia SD dan SMP memiliki akun sosial media.
Setuju sekali,
ReplyDeletesebaiknya anak kecil kita jgn dulu dikenalkan dgn teknologi facebook dan twitter.
saya pernah baca, anak kecilnya pendiri microsoft dan iphone malah ga dikasih gadget2 keren sma ortunya
Betul, saya setuju orang tua memegang peranan penting dalam mencegah hal ini.
ReplyDeleteBersikap bijaklah dalam menyikapi perkembangan teknologi. Dalam hal ini peranan orang tua sangat penting untuk mengarahkan anak di era teknologi.
ReplyDelete