Hantu Bergaun Perak
(ilustrasi) |
Srekkkk ...
Duk ... duk ... duk ...
Pintu toilet yang telah kukunci terasa ada yang menekan dari luar. Seketika kusapukan pandangan ke arah bawah pintu untuk melihat siapa gerangan yang iseng.
Srekkkk....
Kilatan ujung gaun perak bergerak dengan cepat. Aku yang sepagi ini sudah "nongkrong" di toilet lantai tujuh ini sedikit kernyitkan dahi. Tempatku menikmati pagi adalah toilet khusus lelaki, mungkin hanya office girl yang bisa mengaksesnya. Itupun sesudah beberapa kali mengetuk pintu untuk memastikan toilet kosong.
Meski memikirkan keganjilan tersebut, niatku untuk menyelesaikan kewajiban pagi tak kuurungkan. Selanjutnya, ritual memeriksa lini masa di sosmed jadi hiburan sambil sesekali "ngeden". Sesudah selesai, aku bergegas menuju wastafel untuk mencuci tangan.
Currrrr ....
Kran air ternyata telah menyala entah sejak kapan. Karena pintu toilet berat, maka seharusnya siapapun yang melakukan apel pagi ke toilet seharusnya bisa kudengar.
***
Selang beberapa minggu sejak kilau gaun perak menyambangi perenunganku di toilet, aku semakin sering dan nyaman berada di sana. Favoritku adalah tempat paling dekat ke arah pintu masuk. "Menurut penelitian, orang lebih suka menggunakan toilet yang paling pojok," demikian pikirku.
Entah kenapa, kilatan perak dari ujung gaun yang sekali melintas itu justru membuatku nyaman. Sayang, kilatan perak semakin dirindu seolah kian enggan mendekat atau memunculkan diri.
Srekkk ...
Suara itu muncul lagi. Kali ini aku nongkrong sekira jam lima sore menjelang pulang ke rumah. Kilat yang terlihat agak lama dan sedikit memperlihatkan proyeksi yang lebih jelas daripada sebelumnya. Samar-samar gaun perak kian dekat denganku lalu menembus pintu toilet yang hanya berjarak sekira setengah meter dariku yang sedang nongkrong.
Srekkkk .... srekkk ... srekkk ...
Gesekan ujung gaun perak dengan lantai menimbulkan irama yang sedikit membawa suasana tegang namun menyenangkan. Sedikit demi sedikit kujelajahi sesosok yang kuyakini perempuan ini dari ujung bawah menuju ke atas. Jujur, meski sudah sedekat ini, aku belum berani langsung bersirobok mata dengan pemilik gaun perak ini.
Saat sapuan mataku mendekati pinggang menuju ke arah dada, rambut yang panjang telah menyambut kornea mataku. Takjub melihat legamnya rambut, membuat mataku beberapa detik terdiat di spot tersebut. Sesudah daya hipnotis rambut nan legam itu hilang, kembali mataku ku arahkan menuju wajah yang dibungkus gaun perak ini.
Brakkkk ....
Suara pintu masuk toilet dibuka dengan keras dari luar. Karena memang membuka pintu tersebut dibutuhkan kekuatan yang cukup, maka bunyi yang dihasilkanpun lumayan nyaring.
Efek dari terbukanya pintu tersebut, segala proyeksi dari si Gaun Perak lenyap sudah. Ia menghilang bahkan tanpa menimbulkan bunyi khas gesekan gaun perak dan lantai yang selalu menandai kedatangannya. Pupus sudah harapanku melihat pemilik Gaun Perak yang kerap menyambangi tempatku terpekur di toilet.
to be continue ...
0 comments: