Kabupaten Bumiayu, Layu Sebelum Berkembang?
Ada sebuah euphoria
yang absurb di Kabupaten Brebes pascapemilukada bupati. Kekalahan Agung yang
notabene diusung hampir semua kecamatan di wilayah selatan berbuntuk panjang. Seolah
slogannya berganti menjadi, pemekaran harga mati!
Sejatinya pemekaran
Brebes yang diidamkan oleh wilayah selatan selam empat dekade lebih bukan tanpa
alasan. Sayangnya alasan yang dikemukakan lebih karena sakit hati akibat
minimnya perhatian Brebes pada enam kecamatan di selatan. Hal ini diperparah
dengan janji-janji muluk dua kandidat yang bertarung jadi bupati tentang
pelaksanaan pemekaran.
Pemekaran sejatinya
bukan hal yang gampang, banyak syarat yang mesti dipenuhi. Jika syarat
administrasi mudah diperoleh dengan lobi-lobi, maka syarat-syarat teknis
sesungguhnya tidaklah bisa ditipu. Namun, seiring semangat keterbukaan dan
reformasi justru ketidakmampuan teknis itulah yang jadi jualan.
Mari kita lihat data
pemekaran di Indonesia. Dari pengalaman pemekaran sebanyak 205 wilayah, kita
sebetulnya memiliki banyak bahan untuk diolah, dipelajari, dipetakan kekurangan
dan kelemahannya, sehingga rencana pemekaran wilayah yang akan datang bukan
sekadar coba-coba atau bondho nekad. Hasil evaluasi Kementerian Dalam Negeri,
hanya 22 persen daerah pemekaran yang berhasil, sisanya 78 persen gagal.
Banyaknya kegagalan itu bukan berarti tidak perlu lagi ada pemekaran.
Sangatlah krusial untuk
mendalami kegagalan pemekaran wilayah yang mencapai 78 persen itu. Angka
kegagalan itu sangat besar dan karena itu harus diperjelas dan diketahui
penyebabnya agar ada acuan yang lebih komprehensif untuk rencana
pemekaran selanjutnya. Hasil evaluasi itu juga perlu disosialisasikan secara
luas, didiskusikan secara terbuka di ruang-ruang publik, agar lengkaplah
pemahaman warga mengenai problematika pemekaran wilayah.
Untuk Brebes sendiri,
tentu layak untuk dipertimbangkan dengan matang. Ide pembentukan Kabupaten
Bumiayu seharusnya bukan harga mati. Jika memang dasarnya adalah kurangnya
perhatian dan pelayanan, maka seharusnya hal itulah yang ditingkatkan.
Kita juga harus mawas
dan sadar diri akan kemampuan Brebes. Sebagai catatan, PAD Kabup[aten Brebes hanya
berkisar 6% dari APBD. APBD Brebes sendiri berkisar 1,2 T rupiah. Perlu
diketahui juga bahwa 70% dari APBD hanya dihabiskan untuk belanja pegawai tak
langsung. Artinya, kemampuan Brebes hanya sebatas membiayai penyelenggara.
Itupun dengan subsidi dari pusat dan provinsi tentunya.
Jika APBD Brebes
berkisar 80 M rupiah, maka Brebes Selatan yang ingin membentuk Kabupaten
Bumiayu cuma menyumbang sekitar 30%. Artinya PAD Kabupaten Bumiayu hanya ada di
kisaran 24M. Bisa apa sebuah daerah dengan penghasilan hanya sebegitu? Tentu
saja untuk belanja pegawai saja bisa tekor. Jika hanya mengharapkan uluran
bantuan pusat dan provinsi tentu saja pemekaran secara ideologis telah gagal.
Untuk mengetahui
seberapa kekuatan amunisi Brebes, lihat saja data dari BPS Kabupaten Brebes di
bawah ini. Berdasarkan data APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
Kabupaten Brebes tercatat pada tahun 2010 Pendapatan mencapai 1.103,00 milyar
rupiah. Kontribusi PAD dalam menyumbang nilai pendapatan pada tahun 2010
sebesar 71,03 milyar rupiah (sekitar 6,44 persen) sementara itu DAU
berkontribusi sebesar 738,27 milyar rupiah (sekitar 66,93 persen). Tahun 2010
PAD mengalami penurunan dan DAU mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.
Melihat data di atas,
miris bukan? Sebuah daerah “hanya” punya kemampuan membiayai diri sendiri
sekitar 6,44% saja dari yang dikeluarkan. Sisanya, bergantung pada kebaikan
pusat dan provinsi tentunya. Sebuah kondisi keuangan yang jauh dari kata sehat!
Lalu, masihkah
Kabupaten Bumiayu nekad dibentuk hanya dengan modal 24 milyar saja? Kalaupun
ada sumber-sumber tambang yang menjanjikan, seharusnya sudah dalam bentuk
kajian nyata bukan sekedar katanya.
bukan hampir semua BOSS tapi emang semua
ReplyDeletekalo data departemen dalam negeri cuma 24% yang bener2 berhasil
DeleteSepertinya kita harus sepakat......
ReplyDeleteBATALKAN PEMEKARAN
sebenernya udah dimoratorium sama pemerintah, lagi dibenerin undang-undangnya katanya....
DeleteJANJI TINGGI2 HANYA UNTUK KEMENANGAN, BREBES SELATAN PUNYA ANDIL DAN PERLU PERHATIAN
ReplyDeleteBrebes Selatan kudu nuntut janji
Deletepemekaran bukan solusi ketertinggalan.
ReplyDeletepemekaran solusi bagi-bagi kursi :D
Deletelagi2 tumbal bupati2 yg obral janji palsu, janji adalah hutang yg akan ditagih Tuhan yg ga pernah lupa. Akal dikalahkan hawa nafsu kekuasaan dunia yg semu ini
ReplyDeleteYang penting mekar katanya, yang lain menyusul
Deletehalah.....
ReplyDeletenang ngendi baen sing arane 'pemekaran' ya kasile lewih nguntungna sing duwe jagongan....
kaya wong ora duwe crita sejarah baen...
pemekaran ladang uang para jagoan? rakyat tetep keset!
Deletesukses terus buat blognya..
ReplyDeleteterima kasih kunjungannya
DeletePEMEKARAN?.... X_X
ReplyDeleteheuheuheuheu pindah ibukota aja yuk
ReplyDelete