Siapa Peduli Statistik Gehol?
Diantara berbagai
bentuk kebohongan, statistik dipandang sebagai kebohongan yang paling canggih.
Ia menyajikan data dengan terstruktur, logis dan meyakinkan. Namun, sejatinya kelemahan
statistik tersaji dengan amat nyata. Hanya saja terkesan kabur seiring
mengaburnya hasrat menyesuaikan data dan fakta.
Keengganan meneliti
data inilah biang kerok dari tetap anggunnya keadaan dalam hayalan angka ala statistik. Keengganan ini kian besar begitu metodologi
yang digunakan sebagai dasar pembentukan angka tidak dikuasai. Data-data yang
ada seolah-olah hadir dengan teknik sulap, meski sang pengepul data sebenarnya
telah dengan susah payah menjelaskan darimana angka tersebut dijaring.
Data dalam bungkus statistik
akan menuai kritik ketika fakta yang coba digambarkan terkesan jauh panggang
dari api. Angka seolah menggambarkan keindahan langit namun fakta yang
ditemukan adalah gurun gersang tanpa air. Begitulah imej statistik.
Namun, bukan gentleman jika hanya mengkritik tanpa
menelisik. Untuk statistik Sindangwangi, tempat dimana Gehol bernaung, mari
kita urai dalam kacamata awam. Sesuaikan data dan mari sedikit mengais fakta
yang ada di lapangan. Sebagai subjek, mari analisa data dari http://brebeskab.bps.go.id yang sudah
bisa diakses publik.
Sebagai tolak ukur,
mari kita ulas data-data ekonomi Desa Sindangwangi dari tahun ke tahun. Tahun
2010 dalam laporan Kecamatan Bantarkawung dalam Angka edisi 2011, Sindangwangi
memiliki 24 kios atau warung. Angka yang sama didapat dalam laporan edisi 2012
yang menyorot fakta tahun 2011. Lihatlah faktanya, warung dan kios di Gehol
saja dijamin lebih dari angka tersebut. Itulah statistik. Lucunya jumlah yang
sama juga ada dalam laporan tahun 2010. Artinya, sejak 2009 hingga 2011, jumlah
kios atau warung di Sindangwangi ajeg.
Salah satu tanda
kemakmuran lainnya adalah kendaraan. Tahun 2012 tercatat ada 7 mobil pribadi, 6 sepeda motor dan 142 sepeda ontel dan 21 andong atau dokar. Tahun 2011 tercatat angka yang jauh lebih tinggi kecuali sepeda ontel dan motor, yaitu: 6 mobil, 142 sepeda motor, dan 21 sepeda ontel. Tak kalah
lucu, laporan tahun 2009 pun mencantumkan angka yang sama dengan 2011. Inilah statistik,
kemalasan telah mendewakan copy paste.
Hal ini diperparah dengan malasnya warga yang didata untuk menelisik seberapa
akurat data yang di-collect. Bisa jadi tahun 2012 jumlahnya sama seandainya salah ketik tidak terjadi.
Angka-angka di atas
sebenarnya bisa dibilang mustahil akan sama mengingat pertumbuhan ekonomi dan
kepemilikan kendaraan di Sindangwangi meningkat dengan tajam. Sepeda motor
misalnya, jika saja pencatata data mau membuka mata dan menjauhi copy paste, maka seharusnya angkanya
sudah tembus 1000 buah. Apalagi sepeda
ontel, jumlahnya mustahil ajeg, mengingat dalam dua tahun terakhir dua
keponakanku saja telah menambah koleksi sepeda ontel di Desa Sindangwangi.
Mari kita lihat lagi kehebatan
statistik mengenai kependudukan. Penduduk
Sindangwangi tahun 2012 adalah 7.699, yang tahun 2011 7.663, sedangkan pada
tahun 2009 penduduk Sindangwangi berjumlah 7.544. Simpulkan sendiri betapa
hebatnya program KB di Sindangwangi hingga dalam setahun hanya ada pertambahan
penduduk 36 saja. Jika ini benar, maka pengendalian pertambahan di Sindangwangi
tentu perlu diapresiasi dan diacungi jempol.
Lalu siapa yang
dirugikan? Tentu saja tidak ada sebab selama ini toh penduduk Desa Sindangwangi tak terganggu dengan segala macam
hayalan angka-angka di atas. Warga juga tak peduli ketika laporan mengenai statistik
ini dari tahun ke tahun sama redaksinya. Meski patut dikritisi bahwa jika angka
yang sederhana saja dipalsukan bagaimana dengan angka yang lebih rumit terutama
berupa anggaran?
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete