Liga Lebaran di Gehol

5:02:00 PM Gehol Gaul 0 Comments

Anak-anak Gehol sedang bertanding






Olahraga tentu tak dapat dipisahkan dari manusia. Sebab selain alat agar tubuh sehat, olahraga adalah sarana untuk menghibur pelaku dan penikmatnya. Dan masyarakat Gehol sebagaimana layaknya manusia biasa tentu juga butuh hiburan. Olahraga, terlebih sepakbola dan bola voli adalah menu hiburan termurah dan terpopuler di Gehol alias Jetak sana.

Gehol sendiri melekat menjadi sebuah identitas bagi masyarakat Jetak karena cintanya Jetak akan olahraga. Gehol adalah akronim dari generasi hobi olahraga. Secara etimologi, gehol susah dipastikan apa namanya. Makna pastinya sendiri hingga sekarang susah disasar.

Pada jamannya, Gehol mampu merajai ajang sepakbola sekecamatan. Namun Gehol masa lalu tetaplah Gehol. Meski mereka jago mengolah bola, sifat lugu tetaplah melekat dalam jiwa mereka. Pernah suatu waktu saat pertandingan antardesa, seorang pemain Gehol kena kartu kuning. Saat wasit mengacungkan kartu, sang pemain Gehol dengan sigap mengambilnya. Bagi sang pemain, pemberian kartu diartikan secara harfiah saja. Diberi berarti yang menerima harus mengambilnya. Lugu!

Liga Gehol sendiri hanya berbentuk turnamen saja. Biasa diadakan  pada saat menyambut kemerdekaan dan lebaran. Waktun penyelenggarannyapun paling lama seminggu. Cukup untuk mengakomodir kerinduan warga Gehol akan hiburan dan keramaian. Pesertanya adalah kesebelasan yang terbentuk otomatis berdasarkan blok yang ada di Gehol. Meski peserta berdasar blok yang tidak akan berpindah-pindah, namun namanya selalu berbeda-beda. Kreatif!

Sepakbola di Gehol identik dengan harga diri dari klub pesertanya. Keributan hamper pasti selalu menyertai pertandingan. Bahkan saking seringnya sepakbola berujung dengan keributan, pernah selama beberapa tahun pertandingan antarkecamatan dibekukan. Alhasil, hari kemerdekaan yang biasanya jadi ajang kompetisi menjadi sepi. Tapi kampungku tetap tak pernah sepi dari kompetisi. Sepanas apapun saat di lapangan, salaman dan tawa kembali hadir usai pertandingan. Sportif!

Setelah masa-masa masuk listrik perkembangan sepakbola kami meredup. Kawula muda yang mendapatkan referensi dari televise tentang skill dan indahnya permainan justru melupakan permainan ala kampung kami. Beruntunglah, masa itu tak lama berlangsung. Kini gemerlap kompetisi mulai dapat dirasakan kembali. Minimal setahun dua kali. Meriah!

Sayangnya, sebagaimana mandegnya PSSI kini, kompetisi yang tak berjenjang menjadikan sepakbola seolah mati suri. Kompetisi yang hanya hadir setahun sekali – seiring dengan kian sepinya perayaan kemerdekaan – tentu tidak cukup untuk mengasah bakat-bakat anak kampung Gehol. Bagaimanapun, setelah menang di kampung sendiri, para pemain butuh berkompetisi dengan kampung tetangga, kecamatan tetangga, kebupaten tetangga, dan tentu saja provinsi tetangga. Sebuah impian para pemain bola di kampung kami yang dipastikan kandas. Ironis!

Maka, mimpi para pemain akhirnya berlabuh di televise. Sayangnya, liga sendiri malah lebih ramai kontroversi daripada prestasi. Kasihan!

0 comments: