Larangan Unik di Hari Kliwon

2:55:00 PM Gehol Gaul 7 Comments


Ilustrasi Menjemur dan Memukul Kasur (detik.com)
Masih ingat dengan aneka pamali unik dari Gehol di artikel lalu? Di artikel ini saya akan memaparkan salah satu pamali unik yang ada di Gehol. Keunikan pamali ini menurut saya susah ditemui di daerah lainnya.

Pamali yang terkain dengan hari pasaran kliwon memang banyak, tapi yang unik dari Gehol adalah menerapkan pamali itu dalam beberapa aktivitas sehari-hari. Salah satu yang paling unik adalah larangan memukul kasur saat di jemur pada hari-hari kliwon.

Adapun hari kliwon yang dimaksud adalah Selasa dan Jumat Kliwon. Jadi, pada saat warga Gehol alias Jetak menjemur kasurnya di kedua hari di atas, maka haram hukumnya membersihkan kasur dengan memukul-mukulnya. Jika Anda nekad melakukannya, maka berbesarhatilah jika diingatkan oleh tetangga.


Memukul kasur saat di jemur sendiri adalah kebiasaan warga yang sulit untuk ditiadakan. Bagaimanapun, kasur yang hampir setiap malam jadi pelabuhan istirahat warga setelah bekerja seharian akan mengalami titik dimana warna kasur didominasi oleh daki dan debu. Oleh karena itu, menjemurnya adalah tindakan logis, sebab tidak mungkin warga mencuci kasurnya.

Lalu, apa masalahnya jika menjemur kasur di hari Selasa atau Jumata Kliwon? Tidak ada masalah sama sekali, hanya saja jangan sekali-kali mengusir kotorannya dengan memukul. Itu saja.

Apa akibatnya jika memaksakan kehendak dengan melampiaskan memukuli kasur di hari Selasa dan Jumat Kliwon? Hujan badai disertai dengan petir menyambar. Jika sudah dating hujan semacam itu, maka jangan heran jika para pemuda mengeluarkan kepala mereka dari jendela sembari menyuarakan adzan.

Kembali ke pamali memukul kasur di hari Selasa dan Jumat Kliwon yang bisa berakibat hujan badai bagi warga Gehol. Entah bagaimana asalnya kenapa larangan ini ada. Namun yang jelas, warga yang lupa dengan larangan tersebut dan melakukannya, akan dengan sadar diri menghentikan aksi pukul kasur mereka jika diingatkan sesama. Meski tidak logis, memaksakan kehendak hingga memicu konflik bukanlah sifat warga Gehol.

Semua warga pada akhirnya akan menyimpannya sekaligus mempertanyakannya. Namun tidak ada niat sedikitpun untuk membuktikannya. Apakah larangan tersebut memang benar atau hanya isapan jempol belaka. Tak ada niat dari warga untuk mengolok-olok pamali yang ada.

7 comments:

  1. sekrang kyknya pamali2 gitu makin tersingkirkan yaa apalagi untuk dikota besar..

    salam blogwalking Sejarah Cosplay Jepang

    folback ya gan

    ReplyDelete
  2. bener gan pamali sekarang cuma jadi bahan ejekan...
    thx dah mampir ...

    ReplyDelete
  3. ga juga masih banyak yang makeken pamali adat jawa masih kuat melekat sesajen masih da kemenyan masih sering bau pada hari hari tertentu selagi keraton maih ada adat istiadat seperti itu takan pernah pupus
    kadang bahasa pamali juga bisa bahan pelestarian alam,menjaga ekosistem dan lain yang pasti zaman dahulu upaya penyelamatan alam tak heran jika zaman sekarang sudah tida seimbang lagi antara alam dan manusia itu karena menyepelekan hal kecil yaitu pamali
    ex.jakarta coba dari dulu pemerintah mengatakan pamali micen ruab ka sungai tak cilaka pasti jakarta gaakan banjir
    salah satu contohnya.....makasih
    >>>PENGANUT PAMALI UNTUK ALAM<<<<<

    ReplyDelete
  4. ded jadi memberna kumaha he?

    ReplyDelete