Kini Pesan WhatsApp Sudah "Read"

Selamat manyun bagi para pemakai WhatsApp sebab kini tak bisa lagi bersikap pura-pura tidak mengetahui ada pesan masuk. Kini, aplikasi pesan yang sudah dimiliki oleh Facebook ini telah memberikan tanda bahwa pesan sudah dibaca penerima.

Upgrade yang dilakukan oleh aplikasi besutan Jan Koum ini terbilang sebuah hal yang ditunggu atau mungkin juga dibenci sebagian kecil pemakainya. Ditunggu karena hampir semua aplikasi perpesanan mulai dari BBM hingga Line punya notifikasi yang menjelaskan bahwa pesan yang dikirim telah dibaca penerima. Namun, WA (nama akrab WhatsApp), cenderung mengesalkan sekaligus menyenangkan.

(tampilan saat pesan ditekan lama)
Mengesalkan karena sebagai pengirim pesan terkadang kita begitu penasaran apakah pesan kita sudah dibaca atau belum. Awalnya kita mengira jika centang dua muncul, maka artinya pesan sudah terbaca. Padahal, centang dua hanya menyiratkan bahwa pesan sudah mendarat di handset penerima pesan. Kian menjengkelkan karena kita harus melihat kapan terakhir kali penerima pesan mengakses WA. Bahkan waktu bukan jaminan karena bisa saja penerima pesan sedang berkomunikasi dengan yang lain. Bagian yang ini pasti para jomblo yang dibuat ketar-ketir.

Jika sebelum ini pengirim pesan sangat dibuat jengkel, lain halnya dengan para penerima pesan. Kita dengan mudah akan meng-ignore segala pesan yang masuk sebab tidak ada bukti kita sudah membaca pesan yang datang. Menggantung pengirim pesan kian menyenangkan sebab pada dasarnya dinotifikasi umum pada sebagian besar smartphone sebenarnya pesan sudah muncul.

(tampilan "info")
Dengan adanya centang dua biru yang menandakan pesan sudah dibaca oleh penerima tentu memiliki dampak yang bagus buat para pengirim pesan. Jika pesan sudah centang dua biru, maka membaca perasaan penerima pesan akan lebih mudah bukan? Ini, lagi-lagi buat para jomblo! Tinggal menunggu seberapa cepat respon penerima dalam membalas pesan atau malah acuh.

Bagi para penerima yang tak sudi membalas pesan dari orang yang dianggap mengganggu, atau sedang mengetes perasaan tentu hal ini tidak lagi menyenangkan. Penerima pesan tidak bisa lagi berkelit saat ditagih jawaban atas pesan yang sudah dibaca. Jika sebelumnya bisa berkelit dengan alasan belum membaca pesan, maka kini saatnya mencari jawaban yang lebih kreatif gara-gara update centang dua biru dari WA ini.

Selain itu, pesan juga bisa diketahui seberapa lama atau seberapa cepat dibaca oleh penerima. Tinggal tekan beberapa lama, maka akan muncul notifikasi pilihan. Pilih saja "info" atau "i" dan kita bisa mengetahui kapan pesan kita terkirim dan dibaca. Hal ini bisa juga sebagai tolok ukur seberapa kuat jaringan yang kita gunakan. 

Selamat menikmati!


 

Ketika Twitter Makin Menyerupai Facebook


(tampilan baru Twitter)
Pagi ini disambut oleh perubahan desain antarmuka Twitter versi web yang berbeda. Makin memudahkan untuk mencuitkan sesuatu memang daripada sebelumnya. 

Jika sebelumnya pengguna yang akan nge-tweet harus membawa kursor ke bawah profil pengguna atau ke pojok kanan atas, maka kini pemakai Twitter sudah disajikan kemudahan memposting sembari menelisik linimasa masing-masing. 

Meski makin memudahkan, atau setidaknya makin membuat pemakai Twitter terbiasa dengan format umumnya, namun perubahan ini kian mengeliminir hal-hal unik dari Twitter. Artinya, desain Twitter makin mirip dengan pesaingnya terutama Facebook.

Sepertinya perubahan ini tidak akan diprotes terlalu keras oleh para pemakai setia sosial media 140 karakter ini. Setahu saya, perubahan ini tidak terlalu digemborkan oleh pihak Twitter. Mungkin banyak pihak yang menilai perubahan ini hanyalah perubahan minor semata. Namun bagi saya, perubahan ini praktis akan mengubah beberapa kebiasaan pemakai Twitter.

Jika si pemakai Twitter juga terbiasa memakai sosial media lain semisal Facebook, mungkin hal ini akan makin membiasakan cara berekspresi di sosmed. Sebab, secara garis besar semua sosial media di atas memiliki gaya yang sama ketika pemilik akun akan memposting sesauatu. Bandingkan dengan sebelum perubahan terjadi, praktis hanya Twitter dan Path yang memiliki cara sedikit berbeda yang diperlukan pemilik akun untuk bernarsis ria. 

Jadi, bagaimana menurut kawan-kawan semua? Semakin memudahkan atau justru makin membuat Twitter kehilangan karakter?


Hantu Bergaun Perak

(ilustrasi)
Srekkkk ...
Duk ...  duk ... duk ...

Pintu toilet yang telah kukunci terasa ada yang menekan dari luar. Seketika kusapukan pandangan ke arah bawah pintu untuk melihat siapa gerangan yang iseng. 

Srekkkk....

Kilatan ujung gaun perak bergerak dengan cepat. Aku yang sepagi ini sudah "nongkrong" di toilet lantai tujuh ini sedikit kernyitkan dahi. Tempatku menikmati pagi adalah toilet khusus lelaki, mungkin hanya office girl yang bisa mengaksesnya. Itupun sesudah beberapa kali mengetuk pintu untuk memastikan toilet kosong. 

Meski memikirkan keganjilan tersebut, niatku untuk menyelesaikan kewajiban pagi tak kuurungkan. Selanjutnya, ritual memeriksa lini masa di sosmed jadi hiburan sambil sesekali "ngeden". Sesudah selesai, aku bergegas menuju wastafel untuk mencuci tangan.

Currrrr ....

Kran air ternyata telah menyala entah sejak kapan. Karena pintu toilet berat, maka seharusnya siapapun yang melakukan apel pagi ke toilet seharusnya bisa kudengar.

 
***


Selang beberapa minggu sejak kilau gaun perak menyambangi perenunganku di toilet, aku semakin sering dan nyaman berada di sana. Favoritku adalah tempat paling dekat ke arah pintu masuk. "Menurut penelitian, orang lebih suka menggunakan toilet yang paling pojok," demikian pikirku.

Entah kenapa, kilatan perak dari ujung gaun yang sekali melintas itu justru membuatku nyaman. Sayang, kilatan perak semakin dirindu seolah kian enggan mendekat atau memunculkan diri. 

Srekkk ...

Suara itu muncul lagi. Kali ini aku nongkrong sekira jam lima sore menjelang pulang ke rumah. Kilat yang terlihat agak lama dan sedikit memperlihatkan proyeksi yang lebih jelas daripada sebelumnya. Samar-samar gaun perak kian dekat denganku lalu menembus pintu toilet yang hanya berjarak sekira setengah meter dariku yang sedang nongkrong.

Srekkkk .... srekkk ... srekkk ...

Gesekan ujung gaun perak dengan lantai menimbulkan irama yang sedikit membawa suasana tegang namun menyenangkan. Sedikit demi sedikit kujelajahi sesosok yang kuyakini perempuan ini dari ujung bawah menuju ke atas. Jujur, meski sudah sedekat ini, aku belum berani langsung bersirobok mata dengan pemilik gaun perak ini.

Saat sapuan mataku mendekati pinggang menuju ke arah dada, rambut yang panjang telah menyambut kornea mataku. Takjub melihat legamnya rambut, membuat mataku beberapa detik terdiat di spot tersebut. Sesudah daya hipnotis rambut nan legam itu hilang, kembali mataku ku arahkan menuju wajah yang dibungkus gaun perak ini.

Brakkkk ....

Suara pintu masuk toilet dibuka dengan keras dari luar. Karena memang membuka pintu tersebut dibutuhkan kekuatan yang cukup, maka bunyi yang dihasilkanpun lumayan nyaring. 

Efek dari terbukanya pintu tersebut, segala proyeksi dari si Gaun Perak lenyap sudah. Ia menghilang bahkan tanpa menimbulkan bunyi khas gesekan gaun perak dan lantai yang selalu menandai kedatangannya. Pupus sudah harapanku melihat pemilik Gaun Perak yang kerap menyambangi tempatku terpekur di toilet.


to be continue ...





BlackBerry Passport: Sang Pembeda

Di tengah euforia peluncuran iPhone 6 dan iPhone 6+ yang justru mengundang skeptisme para Apple fan boy, BlackBerry meluncurkan sebuah smartphone flagship yang lain daripada yang lain. Kembalinya BlackBerry menelurkan produk yang kembali ke habitatnya lebih menarik daripada mencermati bagaimana Apple makin hari makin mengecewakan penggemarnya pascameninggalnya Steve Jobs.

Bagaimanapun, memerhatikan kehadiran BlackBerry Passport mau tak mau langsung tertuju bentuk fisiknya yang unik. Mengambil paspor sebagai inspirasi, ponsel berkekuatan RAM 3GB, ini setidaknya lebih nyaman dimasukan dalam kantong daripada kecenderungan smartphone jaman sekarang. Tengok saja iPhone yang rela menjilat ludah mendiang Steve Jobs demi memuaskan pecinta layar lebar pada smartphone.

Mengandalkan kekuatan naturalnya, keyboard, BlackBerry ingin kembali merebut para pebisnis yang selama beberapa tahun terakhir lebih bangga menenteng iPhone atau Samsung. Harus diakui, meski secara gengsi iPhone dan Samsung telah menumbangkan BlackBerry, namun masalah kenyamanan mengetik dengan smartphone pabrikan asal Kanada ini masih yang paling handal. 

Pengalaman penulis sendiri mengobrol dalam berbagai aplikasi pesan mulai dari Line, WA, hingga BBM, menunjukkan bahwa pengguna layar sentuh lebih mudah mengalami typo. Alhasil, typo seolah menjadi "fitur khusus" dari berbagai smartphone layar sentuh. Hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang masih setia dengan keyboard. Kendala typo dan auto dial lebih jarang ditemui.

Keunggulan desain yang berbeda memberikan BlackBerry sebuah kesan yang langsung terasa BlackBerry-nya. Saat ini, terutama dengan makin mudahnya ditemui aksesoris smartphone, sangat sulit membedakan sebuah merek. Bahkan, para user iPhone sampai-sampai harus meletakkan smartphone mereka secara terbalik agar bisa dikenali. 

Hal yang baru yang patut diapresiasi adalah pemakaian keyboard tiga baris yang persis meniru keyboard komputer. Meski tentu saja para pemakainya harus beradaptasi, namun inovasi dari BlackBerry patut diapresiasi. Dengan memangkas satu bar keyboard, memungkinkan layar handphone lebih luas. Satu lagi, layar persegi yang diadopsi oleh BlackBerry membuat view lebih lebar.

Jadi, seperti apakah kans BlackBerry ke depan? Kita tunggu saja bagaimana performa smartphone yang lain daripada smartphone pada umumnya ini. Sebab, banyak yang menentukan suksesnya sebuah smartphone di pasaran terutama kemampuannya dalam mengeksekusi aplikasi. Sudah pasti, dukungan developer dalam menyuplai aplikasi sangat penting.

 



Welcome October!

Oktober sudah tiba kawan, dan beberapa momen spesial menunggu untuk ditaklukkan. Bulan kesepuluh kali sudah dibuka oleh riuhnya pelantikan anggota DPR yang berlanjut dengan adu urat dalam pemilihan paket pemimpin DPR. 

Siapapun yang menang, kembali kita ucapkan selamat. Tak peduli apakah mereka dulu satu paham atau tidak, menjadi pemimpin sekumpulan "anak TK" di Senayan sana bukanlah tugas yang menyenangkan. Semoga saja, dan semoga saja, kata-kata sakti mereka yang selalu mengatasnamakan rakyat kali ini benar-benar terjadi.

Tak berselang lama, Idul Adha akan kita jelang. Meski kembali terbagi jadi dua kali, namun hikmad-nya tetap terasa bukan? Yang penting, pesta daging benar-benar dirasakan semua kaum tak peduli ia miskin atau cuma mengaku miskin. Tentu saja, lebih baik jadi pihak yang menyembelih hewan kurban daripada sekedar penerima. Syaratnya mudah saja, mampu!

Yang paling penting dari perayaan Idul Adha adalah makin kuatnya kita berpegang teguh pada agama. Kenapa ini penting? Agar agama tidak diklaim oleh sekelompok orang yang merasa paling agamis. Sebab jika sudah diklaim, maka susah sekali meluruskan jika suatu saat terjadi pembengkokkan.

Yang tak kalah penting adalah datangnya tahun baru Hijriyah. Semanagat berhijrah dari yang baik menuju yang lebih baik tentu wajib dikumandangkan. Apalagi, beberapa hari sebelumnya, pelantikan Presiden Republik Indonesia yang ketujuh akan dilaksanakan. Kembali, mari ucapkan selamat kepada pemenang dan semoga saja menjadi presiden yang amanah.

Saya berani taruhan, meski semua orang pernah mencita-citakan menjadi presiden, namun pekerjaan satu ini bukanlah pekerjaan yang baik untuk kesehatan. Tengok saja mantan-mantan presiden negara ini. 

Lalu apa yang aka kita lakukan di Oktober kali ini? Yang penting jangan gampang diombang-ambing saja sudah cukup. Tetaplah berpijak pada diri sendiri, sebab hanya kita sendirilah yang peduli pada kita dan keluarga. Jangan pernah gantungkan nasib kepada mereka yang berteriak lantang merekalah pemilik negeri, apalagi pemilik kebenaran.

Jangan terus terlarut dalam haru-biru perebutan kekuasaan. Sebab bisa membuat kita lupa akan kenyataan. Parahnya, bisa membuat lupa kepada keluarga. Selamat menaklukkan Oktober!!!