Bawangku Sayang, Bawangku Malang
Kebun Bawang |
Dua puluh tahun lalu, sepulang
sekolah aku punya kegiatan rutin yang bisa dibilang menyenangkan meski
melelahkan. Nyenggot! Ini adalah sistem
perairan demi mengairi kebun bawang merah. Sebuah komoditi paling terhormat
setelah cengkeh yang rontok dan beras yang dihormati karena wajib demi memenuhi
perut.
Nyenggot terjadi karena saluran irigasi tidak mungkin secara alami
mengairi kebun bawang. Hal ini karena kebun bawang berada lebih tinggi daripada
saluran air. Nyenggot sendiri bisa
disamakan dengan mengerek air dari sumur. Hanya saja mekanisme kerjanya mirip
portal di kompleks perumahan. Portal diberi beban di ujungnya dan ujung satunya
diberi tali dan timba.
Saat keadaan kosong, timba
dikerek agar bisa mengambil air dari saluran irigasi. Karena diujung bambu
(biasanya memakai bambu yang lebih murah dan mudah) terdapat beban yang cukup
berat, maka timba yang berisi air dengan sendirinya mudah diangkat. Nyenggot sendiri hanya membutuhkan
keterampilan dan kemampuan tangan. Tubuh penyenggot sendiri dibuat senyaman
mungkin. Biasanya disediakan tempat duduk sederhana demi menyamankan penyenggot. Karena rajin nyenggot itulah, tubuh kurusku lumayan
berotot meski terkendala dengan makanan lima
sehat dan empat sempurna.