Aku Benci Skripsi, Terutama Olah Data
Sekian lama menuntut ilmu di Universitas, terantuk halangan bernama skripsi. Beragam cara sudah kutempuh untuk meluluhkan ketegasan dosenku, berulang kali aku kecewa. Yang ada revisi lagi, revisi lagi, revisi lagi.
Aku pun akhirnya memutuskan untuk berselingkuh dari dosen pembimbingku. Dengan bantuan teman, aku akhirnya bisa membuat bagian yang selalu direvisi bisa lolos dari jeratan mata elang dan mulut pedas dosenku. Apa bagian yang selalu direvisi tersebut? Tak lain dan tak bukan adalah olah data.
Sebagai seorang mahasiswa ilmu sosial, alias sastra, aku sudah menjauhi hitung-hitungan dan tetek bengek angka sekira 3,5 tahun lamanya. Meski sudah dipoles dengan beberapa SKS mata kuliah statistik, namun tetap saja perhitungan data-data yang kulakukan sering meleset. Bahkan kata meleset terlalu baik untukku saat itu, ngaco lebih tepat.
Kesimpulan ngaco lebih tepat tentu saja kudapatkan dari dosen pembimbing. Kian yakin aku dengan ngaconya perhitungan olah data yang kulakukan setelah diamini oleh kawanku yang menimba ilmu di jurusan eksakta. Memang beruntung aku, masih punya kawan akrab dari golongan tukang hitung yang mau menghitung ke dalam angka jawaban-jawaban respondenku saat itu.
Dari situ aku mendapat pelajaran bahwa mengerjakan skripsi memang terkadang menimbulkan kebencian. Kebencian yang tumbuh bukan saja dilampiaskan kepada dosen, namun juga kepada apa yang dikerjakan. Apalagi kalau bukan skripsi itu sendiri. Dan bagiku, olah data adalah bagian paling menyebalkan dari skripsi.
0 comments: