Pilkada Brebes: Jika TAAT Menggugat
Pilkada Bersih (thejakartapost.com) |
Akhirnya pilkada Brebes telah mendapatkan pemenang. Meski hasil resmi masih harus menunggu sampai
tanggal 14 Oktober 2012, namun kemenangan Idjo tinggal menunggu stempel saja.
Normalnya, pasangan Idza-Narjo tinggal menunggu pelantikan. Tentu saja jika
TAAT tidak menggugat.
Sebagaimana dilaporkan panturanews.com, Real Acount Desk
Pilkada yang dihitung sampai pada Senin 08 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB, dari
jumlah 3047 TPS yang tersebar di 297 desa dan kelurahan, pasangan nomor urut 1
yaitu H. Agung Widyantoro SH MSi - H. Athoillah SE (TAAT) meraih suara sebanyak
419.630 atau 48,07 persen. Sedangkan pasangan nomor urut 2 yaitu Hj. Idza
Priyanti SE - Narjo (IJO), mengungguli rivalnya dengan memperoleh suara sebanyak
452.367 atau 51,93 persen.
Melihat hasil tersebut, maka
hanya sengketa pilkada yang dapat menghentikan atau setidaknya memperlambat
pelantikan Idza-Narjo jadi bupati dan wakil bupati Brebes periode 2012 – 2017.
Namun, melihat selisih yang tipis, hanya berkisar 3%, bukan tidak mungkin akan
ada langkah hukum dari pihak-pihak yang kalah.
Hal ini didukung oleh temuan
adanya berbagai kecurangan. Sindonews
melaporkan bahwa panitia pengawas Kabupaten (Panwaskab) Brebes menerima total
laporan jumlah pelanggaran Pilkada sebanyak 17 laporan yang dilakukan selama
masa kampanye hingga jelang hari pemilihan.
Kecurangan yang terjadi
mengundang keprihatinan tersendiri. Radar
Tegal melaporkan akibat maraknya kecurangan dan pelanggaran dalam proses
Pemilukada Brebes 2012 oleh masing-masing calon, Keluarga Pelajar Mahasiswa
Daerah Brebes (KPMDB) sampai menggelar aksi prihatin di alun-alun Brebes.
Pelakunyapun bukan hanya satu
pasangan, kedua pasangan dilaporkan kompak sama-sama melakukan kecurangan. Yang
paling santer, keduanya kompak melakukan politik uang demi mendulang suara. Tentu
akan jadi menarik jika TAAT yang dalam pilkada kali ini dikalahkan, menggugat
hasil ini ke MK.
Kenapa aksi menggugat hasil
pilkada Brebes akan menarik? Tentu karena keduanya petahana sehingga konflik kemungkinan
sekali akan melebar. Jika keduanya berseteru, besar kemungkinan konflik tidak
akan terlokalisir hanya masalah pilkada, namun bisa melebar pada berbagai kasus
penyelewengan yang pada masa mereka berdua menjabat tentu minimal keduanya
saling mengetahui.
Agung yang bupati dan Idza yang
wakilnya sangat mustahil tidak saling membuka borok jika bertemu di pengadilan
dalam rangka mengamankan hasil pilkada. Meski tidak ada tindak korupsi di
Brebes yang disorot secara nasional, namun beberapa temuan Gerakan Berantas
Korupsi (Gebrak) menunjukkan bahwa daerah yang dikenal kota bawang ini
menyimpan beberapa kasus yang cukup banyak dan berpotensi membawa kedua pucuk
pimpinan.
“Hampir semua program pembangunan yang dilakukan semuanya
dikorup hingga 20 persen,” ujar Koordinator Gerakan Berantas Korupsi Kabupaten
Brebes, Darwanto, saat ditemui di kantornya, Minggu (5/12/10), sebagaimana
dikutip dari Tempointeraktif.
Menurut Darwanto, sejumlah proyek yang dikorup tersebut
meliputi pembangunan jalan milik pemerintah kabupaten, di antaranya Jalan Raya
Bulakamba-Slatri Rp 5,4 miliar, Jalan Raya Kedawon-Poncol Rp 4,5 miliar, Jalan
Raya Kaligadung-Benda dan Dukuh Tengah-Kalimusa senilai 4,3 miliar. “Dari nilai
anggaran tersebut 20 persen di antaranya telah dikorup, itu di luar laba dan
pembayaran pajak,” ujar Darwanto.
Tentu publik masih ingat bagaimana mantan bupati Brebes, Indra
Kusuma, yang terpaksa lengser dan mendekam di balik jeruji karena tersangkut
kasus korupsi. Masih hangat juga dalam ingatan bagaimana mantan Kepala Dinas
Kesehatan Pemkab Brebes, dr Laode Budiono MPH, ditahan setelah ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) tahun 2009/ 2010 senilai Rp 150 juta. Sebagai catatan, Indra
Kusuma, adalah Bupati Brebes dimana Agung yang kini kalah adalah wakilnya.
Kaitan kasus-kasus di atas dan potensi konflik gugatan
dalam pilkada Brebes tentu akan menjadi bumbu-bumbu yang bisa jadi kian
memanaskan suasana. Jika aksi menggugat dilakukan Agung, bukan tidak mungkin
Idza akan melakukan counter attack dengan membuka borok Agung saat menjabat.
Potensi saling buka kian besar mengingat keduanya sama-sama mengawal Brebes
pasca-Indra di-KPK-kan.
Namun jika keduanya sadar bahwa aksi saling gugat akan
berujung pada saling buka borok, bukan tidak mungkin gugatan pilkada justru
tak ada. Agung dan Idza akan saling jaga dan simpan rahasia. Maklum, jika benar
keduanya melakukan money politic saat saling rebut kuasa G1, maka aksi saling
gugat justru akan membuka kotak Pandora yang disimpan masing-masing.
Pembuktian politik uang akan mengarah darimana asal uang
yang diperdagangkan dalam meraih simpati rakyat. Jika asal-usul uang ini
mengarah pada uang rakyat alias APBD, bukan mustahil keduanya akan sama-sama
berbagi ruang di balik jeruji. Sesuatu yang bukan mustahil terjadi jika Agung
memilih jalur tiji tibeh daripada kalah. (DI)
semoga Brebes kian maju di bawah IJO
ReplyDeletesemoga mas atau mbak, itu yang diharapkan
Delete