Bagiku Aparat Bersih adalah Kunci Berantas Korupsi
Ilustrasi (kompasiana.com) |
Ketika KPK lahir ada sebuah
harapan baru bahwa negeri ini bisa diselamatkan dari dekapan korupsi yang telah
mengalir hingga sumsum warga negeri ini. Sayangnya, kenyataan pahit banyak
menghadang. Mulai dari realita bahwa sejatinya korupsi telah begitu erat dengan
nafas kehidupan bangsa hingga gamangnya pemangku negeri.
KPK adalah formula shock therapy bagi maraknya korupsi yang
dikategorikan extraordinary crime
ini. Namun karena yang extraordinary sudah demikian merasuk pada jiwa-jiwa warga,
maka kejahatan ini bertransformasi menjadi collective
extraordinary crime (semoga aja istilahnya benar :D).
Kolektivitas koruptor inilah yang
menyebabkan korupsi di negeri ini seolah mata rantai yang tak pernah putus.
Mereka punya mekanisme sendiri dalam mengorganisir diri. Mulai dari planning
hingga eksekusi. Bahkan mekanisme penyelamatan diri mereka sangat luar biasa.
Dengan sistem aotutomi, meniru Cicak,
mereka akan memutus alias mengorbankan seseorang dengan tujuan melokalisir.
Lokalisasi kasus inilah yang hingga detik ini belum bisa ditembus.
Pertanyaannya adalah, kenapa
autotomi ini susah ditembus sehingga semua aktor dapat dijebloskan ke penjara?
Salah satu yang paling urgen adalah lemahnya penegakan hukum. Logika sederhana
saya adalah, jika memang ingin korupsi minggat dari negeri ini yang pertama
disasar adalah para penegak hukumnya. Titik.
Berbagai masalah yang menimpa
negeri ini sebenarnya muaranya hanya satu: minimnya ketegasa hukum. Hukum
hanyalah alat peraga untuk mendukung mewahnya kekuasaan. Dia akan dengan mudah
menyentuh kalangan papa dan entah kenapa hingga kini begitu susah mendekat pada
mereka yang berduit.
Lihat saja betapa jejaring
koruptor hingga lubang kecoa yang terkecilpun para penegak hukum mampu
mendatanya. Mulai dari gerak-gerik perkelompok hingga catatan surat dapat dijadikan koleksi bukti. Sejak
mereka berkirim surel hingga saling berbagi rupiah dengan mudah diendus polisi.
Seolah mereka yang dicap teroris memakai parfum khas yang bisa diendus dari
jarak sekian mil dari markas.
Tapi cobalah minta penelusuran
rekening mereka yang berpotensi melakukan korupsi. Dalih undang-undang
kerahasiaan nasabah bank akan dengan mudah dijadikan tameng. Bahkan mereka yang
korup dengan mudah menyelundup dengan membawa uang segepok untuk kemudian
mondok entah dimana. Memang ada beberapa yang bisa kembali dan “beruntung
kembali”.
Jika memang teroris dan korupsi
disamakan sebagai kejahatan yang luar biasa kenapa pula ada perbedaan yang
signifikan dalam pengumpulan bukti? Memang keduanya berbeda secara modus dan
efek yang ditimbulkan. Namun semua yang luar biasa maka membutuhkan sesuatu
yang di luar kewajaran dalam menanganinya. Maka seharusnya, korupsipun
demikian.
Untuk menyadarkan semua anak
bangsa bahwa korupsi itu nyata berat hukumannya, maka pihak-pihak yang
seharusnya menegakkan hukum tapi korup wajib dijadikan contoh utama dalam
pemberantasan kejahatan ini. Polisi, jaksa, hakim dan KPK sendiri adalah target
utama yang wajib dibersihkan. Istilahnya, meski kriminalisasi menghadang yang
korupsi di lembaga penegak hukum wajib diganyang. Karena rakyat ada di
belakang.
Poin diatas adalah hal yang wajib
dipegang ketua KPK. Dengan memberikan efek jera dan pembersihan maksimal pada
jajaran penegak hukum, maka pemberantasan korupsi akan lebih mudah kedepannya.
Sebab, siapapun yang korupsi pascapembersihan lembaga hukum akan berhadapan
dengan para penegak hukum yang bersih dan jujur. Tidak ada yang ditakuti oleh
para penjahat selain mereka yang jujur.
Pembersihan institusi ini mutlak
dan mendesak. Dengan prioritas membersihkan para penegak hukum dari kanker
korupsi maka kolusi akan bisa diatasi. Sebagaimana kita tahu, kolusi saudara
kandung korupsi. Dan kolusi biasanya akan selalu bergesekan dengan aparat.
Hingga detik ini, lebih banyak
masyarakat awam percaya bahwa penegakan hukum terhadap pelaku korupsi adalah
sadiwara belaka. Masyarakat masih memandang bahwa penegakan hukum kita masih
carut-marut dan cenderung tebang pilih. Kenapa bisa begitu? Tentu karena
banyaknya aparat yang terlibat. Buktinya bisa dilihat bagaimana besarnya
dukungan rakyat pada KPK dibandingkan kepada para penegak lainnya.
Fokus penegakan hukum pada para
penegak hukum adalah kunci untuk memotong jalur korupsi yang menjangkiti
negeri. Berindak dengan tak pandang bulu adalah implementasi yang wajib
dilakukan. Segera adalah waktu yang tepat untuk melakukannya. Dan KPK adalah
satu-satunya yang dipercaya bisa.
Hukuman untuk mereka yang nakal adalah bukan saja memenjarakan namun menjerakan. KPK bisa saja membuat semacam museum berbentuk patung diorama seperti di Lubang Buaya. Mereka yang korupsi hingga milyaran rupiah layak didirikan patung sebagai pengingat sekaligus membuat mereka malu tujuh turunan. Jika cap PKI, meski sejarah perlu ditinjau untuk ini, mampu membuat pemiliknya hilang arah seharusnya jika diseting dengan cara tepat maka cap koruptor dan turunan koruptor bisa membuat jera seumur-umur. Tentunya hal ini tidak dengan menghilangkan dan melanggar HAM seseorang.
Diorama ini wajib dikunjungi siswa-siswa sekolah dasar dan menengah sebagai bahan pembelajaran buat mereka bahwa begitu mengerikan menjadi koruptor. Diorama ini bisa saja berupa peragaan saat ditangkap tangan, saat sidang, atau saat dipenjara. Nama dan wajah tentu dibuat sepersis mungkin hingga benar-benar bisa dikenal bagi anak-anak bangsa. Terpampang puluhan dekade dengan kejahatannya adalah sebuah aib keluarga yang tak terkira bukan?
terima kasih kunjungannya
ReplyDelete