Gertrude Bell: Perempuan Penentu Sejarah Jazirah Arab
Apa yang akan kau lakukan saat kau kaya, cantik, pintar, dan lahir di negara dengan jajahan terluas di dunia? Berleha-leha sampai menemukan jodoh tiba atau berpetualang menuju wilayah yang belum ramai dijamah manusia? Pilihan pertama mungkin akan saya ambil, tapi tidak dengan perempuan bernama Gertrude Bell ini. Ia pergi menuju dunia yang hingga kini masih sedikit sekali memberikan kebebasan kepada kaum perempuan, Arab!
Perempuan bernama lengkap Gertrude Margaret Lowthian Bell ini lahir di Inggris pada 14 Juli 1968. Ia merupakan salah satu siswa perempuan paling cemerlang di Oxford University. Pergi menjelajah menuju suku-suku terasing di sepanjang gurun yang terhampar di Arab. Sebuah pilihan unik bagi perempuan di masa itu. Sebagaimana kita tahu, kawasan Arab saat Miss Bell menjelajahinya masih dalam genggaman Dinasti Ottoman yang sayangnya tinggal menunggu waktu untuk jatuh.
Masa Bell menjelajahi Arab bersamaan dengan waktu Lawrence of Arabia diselundupkan ke daerah tersebut untuk memetakan dunia baru titipan imperialis Barat. Sayangnya, dunia lebih mengenal peran Lawrence dibandingkan perempuan yang kurang beruntung dalam percintaan ini. Padahal dalam film yang mengisahkan Miss Bell, Lawrence sendiri merekomendasikan Getrie - panggilan akrab diantara mereka - sebagai orang yang paling memahami suku-suku Badui di Jazirah Arab.
Pernyataan Lawrence ini kemudian diamini oleh para pemimpin Arab di kemudian hari. Ibu Saud yang kemudian mengklaim kekuasaan di Arab Saudi adalah salah satu buah pemikiran dari Miss Bell. Iraq bisa disebut sebagai anak kandung Miss Bell. Setelah perang dunia kesatu berkecamuk, daerah ini masih merupakan provinsi-provinsi dari Kerajaan Ottoman. Kawasan yang dahulu bernama Mesopotamia ini terdiri dari tiga provinsi yaitu Basra, Mosul, dan Baghdad yang jika berdiri sendiri takkan mampu. Maka Gertrude kemudian menggabungkannya sehingga terbentuklah Iraq.
Sejatinya Gertrude sendiri menjelajahi Jazirah Arab karena ketertarikannya pada keindahan dan misteriusnya daerah tersebut. Pertama kali ke Jazirah ini pada tahun 1892, tepatnya ke Tehran dimana pamannya yang bernama Sir Frank Lascelles menjadi pejabat Kerajaan Inggris di sana. Ternyata, jauh sebelumnya ia memang sudah berminat pada Arab, salah satunya melalui puisi-puisi karya Ummar Khayam. Setelah perjalanan ke tempat yang sekarang menjadi Ibukota Iran ini, Arab menjadi minatnya hingga akhir hayat.
Ketertarikan dan kecerdasan Miss Bell dalam menjelajah dan mendekatkan diri dengan suku-suku terasing di Arab pada waktu itu menjadikannya sangat diminati pemerintahan Kerajaan Inggris. Ia yang dianggap lebih memahami karakter dan kepribadian suku-suku Badui kemudian diminta menjadi mata-mata bagi kepentingan Kerajaan. Hanya saja, Miss Bell selalu menolak hal itu dan menegaskan bahwa ia adalah ilmuwan, pecinta sastra, penjelajah, arkeologis, dan penulis, bukan mata-mata. Hanya saja, sejarah kemudian mencatat bahwa memang kegiatannya kemudian digunakan sebagai alat spionase bagi pemerintahnya. Hal ini terutama saat ia dan Lawrence of Arabia bergandengan tangan dalam menstabilkan daerah yang kini kita kenal sebagai Jordania dan Iraq.
Lalu kenapa Miss Bell dianggap lebih memahami Arab dan orang-orang di dalamnya dibanding Lawrence of Arabia yang mahsyur itu? Mungkin salah satu adegan dalam film Queen of the Desert yang diilhami oleh sosoknya bisa menjelaskan kehaliannya tersebut. Misalnya saja saat ia diminta jadi hareem seorang Emir salah satu suku Badui ia mengaku sebagai seorang wanita bersuami dan dengan lantang ia menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan seorang lelaki untuk menyentuh seorang perempuan yang bersuami. Sontak, Sang Emir tak bisa tidak untuk mengikuti dan mengamini apa yang diucapkan oleh Miss Bell.
Hingga akhir hayatnya, Miss Bell tidak menikah dan meninggal di Baghdad pada 12 Juli 1926. Dialah yang memmelopori beridirinya Museum Nasional Iraq yang kemudian rusak dan mengalami penjarahan saat Amerika Serikat menginvansi negeri tersebut pada 2003. Meski bertabur jasa bagi dunia Arab, Miss Bell ternyata tidak bahagia saat. Ia meninggal karena mengonsumsi terlalu banyak obat tidur alias dianggap bunuh diri. Konon, kombinasi penyakit yang menggerogotinya dan kematian kakaknya menjadi salah satu alasan kenapa ia melakukan bunuh diri.
0 comments: