Saya Gak Suka SBY, Tapi Dukung AHY

9:34:00 AM Gehol Gaul 6 Comments


Peperangan antara Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Prabowo kembali digelar. Kali ini, DKI Jakarta yang menjadi arena ketiganya. Siapakah yang bakal menjadi pemenang?

Sejak awal, Mega melalui kuasa mutlaknya di PDIP telah tercium hendak mencalonkan petahana yakni Basuki Tjahaya Purnama yang punya nama beken Ahok. Manuver Gerindera dan PKS di satu poros dan Demokrat di poros lainnya membuat pilgub DKI kali ini seru sekaligus adem. Seru karena beberapa nama muncul di detik-detik akhir. Adem karena polarisasi dua kubu yang diprediksi di awal justru menguap.

Keseruan muncul ketika ada nama Anies Baswedan yang pernah menjadi menteri pendidikan di era Jokowi kemudian digandeng oleh Gerindera dan PKS untuk menjadi DKI-1 bergandengan dengan Sandiaga Uno yang sejak beberapa bulan lalu memang mendeklarasikan diri hendak menjadi calon gubernur. Di Cikeas, kejutan tak kalah serunya. Adalah nama Agus Harimurti Yudhoyono yang kemudian diusung bergandengan dengan Sylviana Murni. 

Pertandingan Seru Namun Sejuk
Munculnya Anies dan Agus berpotensi menghadirkan pertandingan seru. Nama-nama yang santer di awal seperti Yusril dan bahkan Rizal Ramli menguap begitu saja. Tak peduli apa yang terjadi di balik itu, namun kemunculan dua nama di awal dari Koalisi Kartanegara dan Poros Cikeas patut disyukuri. 

Andai saja kedua koalisi tersebut bersatu dan mengusung satu nama, misal YIM, maka gesekan di akar rumput bisa berdarah-darah. Seru namun panas. Dikotomi kafir dan muslim bisa berkembang ke arah yang anarkistis dan pastinya siapapun tidak ingin DKI Jakarta menjadi medan berdarah anak-anak negeri. Beruntung, SBY dan Prabowo memiliki jiwa negarawan yang patut diapresiasi kali ini. (Ini pujian tulus kok, biasanya saya gak pernah muji mereka). 

Lalu di antara Anies dan Agus, siapakah yang menarik perhatian dan patut dikasih kesempatan, jawaban saya adalah Agus HY. Ahok dengan segala kelebihan dan nilai positifnya dalam membangun Jakarta, sadar atau tidak mulai tergeruk popularitas dan elektabilitasnya. Semua kebaikan dia di mata banyak pihak kian menipis ketika dia tak mampu juga mengelola komunikasi yang baik dengan warga. Dengan berbekal kebenaran versinya, semua pihak dilabrak oleh Ahok. Bahkan jikapun dia nabi, sejatinya melabrak semua pihak yang dianggap berseberangan belum tentu patut dilakukan. Labrak sana-sini kemudian kian berkembang menjadi semacam kewajiban oleh para pengikutnya.

Anies yang berpengalaman di bidang pendidikan hingga kemudian menjadi menteri bidang tersebut memang sosok yang cerdas, santun, dan terkenal bersih. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan kemampuan menembus birokrasi kita yang bebal. Jadi, mohon maaf jabatan Gubernur DKI yang begitu besar kuasanya ini belumlah cocok untuk orang seperti Anies.

Lalu pilihan saya Agus HY, meski saya gak pernah suka sama bapaknya, patut diberi kesempatan memimpin Ibukota Indonesia ini. Sosok ini merupakan sosok baru yang benar-benar segar. Namun bukan berarti dia anak ingusan seperti yang dituduhkan. Bagaimanapun, menjalani pendidikan di sekolah militer dilanjutkan dengan meraih gelar di luar negeri adalah bukti bahwa dia bukan anak ingusan. Dia berpengalaman memegang komando, sesuatu yang cocok untuk memerintah negara yang masih semidemokratis dan semifeodal ini.

Jadi DKI Jakarta, bersiaplah punya pemimpin yang muda, segar, dan terbiasa memegang tongkat komando ini kan?


6 comments: