Babi: Cara Alami Meredam Para Pelanggar Hukum

4:37:00 PM Unknown 0 Comments

Di Indonesia ini, ada dua kelompok yang harus dimaklumi saat melakukan pelanggaran hukum. Satu kelompok harus dimaklumi karena saking kuatnya, sementara kelompok lain meminta hak yang sama karena alasan sebaliknya, saking tidak berdayanya. 

Karena melihat kaum kuat sudah terbiasa meminta pemakluman atas tindakannya sudah biasa, maka saya akan membahas kaum yang mengaku lemah sehingga juga harus mendapatkan perlindungan saat melanggar hukum. Kaum itu bernama petani, pedagang kaki lima, dan kaum papa lainnya. Kaum petani biasanya meminta hal ini saay menggarap lahan yang dikuasai Perhutani.

Di kampung saya, masalah "peminjaman" lahan milik Perhutani yang tadinya hutan pinus oleh warga adalah sesuatu yang biasa. Hanya saja, hal ini menjadi luar biasa saat masa sewa tersebut habis. Meski harus diakui, bahwa warga tidaklah melakukan sewa-menyewa dengan pihak Perhutani secara resmi. Bahkan, tak ada sewa-menyewa sama sekali.

Saat pihak Perhutani hendak menggunakan kembali lahan mereka, sering sekali timbul tarik-menarik antara rasa kemanusiaan dan hak yang beralaskah hukum. Secara moral, tentu saja pihak Perhutani akan terlihat keterlaluan jika memaksa mengambil hak mereka. Hal ini akan mirip dengan yang terjadi saat Pemprov DKI Jakarta yang memaksa para penyerobot tanah di Kampung Pulo sana. Tidak manusiawi bukan?

Karena menggunakan jalur manusia dan masuk akal berlarut-larut, maka ada solusi cerdas dari entah siapa untuk meniadakan potensi konflik antara para penggarap dan Perhutani. Babi! Ya, babi hutan menjadi solusi cerdas tanpa menimbulkan riak-riak ketidakstabilan sosial di kampungku sana. Dengan adanya hewan yang paling sering dimaki ummat Indonesia ini, maka perkara tanah akan dengan sendirinya kembali kepada yang berhak sebab mereka yang tadinya memanfaatkan lahan tak kuat terhadap gangguan binatang ini. Perlu diketahui bahwa babi hutan di kampungku baru beberapa tahun ini marak.

Babi hutan sendiri terkenal sebagai hama yang memiliki daya rusak tinggi pada tanaman warga. Ditambah dengan keharaman yang disandangnya, maka "mengusir" para penggarap tanah Perhutani akan dapat dilakukan dengan mulus. Tidak seperti kiong atau burung, membunuh babi akan menjadi masalah. Selain tidak mungkin dikonsumsi, membuangnya dengan sembarangan akan menimbulkan polusi yang tak kalah mengganggu. Selain itu, membunuh babi memerlukan bantuan hewan yang taka kalah dijauhi kalangan Muslim di kampungku, anjing. 

Jadi, daripada para petani penggarap berjibaku melawan binatang haram jadah babi dengan bantuan anjing, maka mengembalikan tanah garapan akan lebih mudah dilakukan. Ingat, memelihara dan melatih anjing untuk berburu juga bukan hal yang mudah dan murah bukan? Lagi pula, siapa yang tahan dengan sorotan negatif warga sekitar?

Melihat keberhasilan Perhutani sementara ini mengambil hak mereka dari para penggarap dengan menggunakan babi, maka terpikir dalam benak saya apakah bisa mengusir pelanggar hukum yang lebih serius dengan babi. Misalnya saja, memasukkan para gembong narkoba dan koruptor ke kandang babi. 

Tapi, kembali lagi ke paragraf awal di artikel "ngaco" ini, pelanggaran hukum apapun yang dilakukan oleh kaum kuat harus dimaklumi. Maklum!
 



0 comments:

Mundurnya Setnov Momentum Bagi Kaum Moralis

8:43:00 AM Unknown 0 Comments

Politik ikan Koi telah dipertontonkan oleh para penguasa kepada rakyat NKRI yang sedang mengalami masa puber demokrasi. Dunia maya haru biru oleh perang hestek antarpendukung calon pilpres yang masih istikomah dengan kejumudannya – coba cek melalui cocoklogi siapa tahu Ranggawarsito sudah meramalkan perang hestek ini.

Kenapa disebut politik ikan Koi? Karena kita suka dengan hal-hal gaduh yang artifisial seperti ini. Kita sudah sangat girang disuguhi pemandangan ikan-ikan Koi di permukaan dengan sisik yang indah. Tak mau tahu kita bahwa di kedalaman ada para monster yang berebut kekuasaan perairan dengan begitu hebatnya.

Lihat saja berapa ribu jam kita berfokus pada tontonan menarik yang disuguhkan oleh Metro TV dan TV One. Memang sejenak kedua TV milik dua orang yang berseteru ini mengalihkan sebagian pemirsa dari senyum mengendus ala Aliando Syarief dan Firly Latuconsina. Bahkan Steven yang diperebutkan anak dan ibu tiri juga hilang berganti dengan omongan pedas Ruhut Sitompul dan raut serius Akbar Faizal. Mungkin KPI perlu berterima kasih kepada kawan-kawan mereka di DPR akan hal ini.

Tetangga sebelah lebih parah, anaknya yang sangat doyan dengan sinetron BMX dan Wushu harus mengalah menyaksikan Balquis Manisang bertanya hal yang sama berkali-kali pada narasumber yang sama –sebagaimana kebiasaan para reporter kedua TV itu. Yang paling mengesalkan, para pendakwah yang biasa menyerukan kebaikan untuk tak memakai topi Santa, menjauhi Pohon Natal, dan tidak mengucapkan selamat Natal kehilangan panggung. 

Padahal, apa yang lebih berbahaya di dunia ini daripada keselamatan di akhirat kelak? Berani-beraninya ummat memalingkan diri dari persoalan krusial tahunan yang selalu ada di bulan Desember dan Januari ini? Hanya oleh hal sepele, catut nama presiden. Tentu ini sesepele hestek papa doyan lonte yang dikomandani seorang yang dikategorikan kafir oleh anak-anak ITJ tapi diamini hesteknya. Ya, konon menurut tafsir ahli semiotika dari universitas terhebat sepanjang masa di Indonesia ini, hestek papa doyan lonte hanyalah hal sepele. Sepele!

Bagiku sendiri, berakhirnya drama Yang Mulia Setya Novanto sendiri sangat merugikan. Sekarang, tak ada lagi tayangan yang bisa mengalihkan kesedihanku dari menyaksikan segerombolan anak-anak Chelsea yang sedang riang-gembira menuju kasta kedua Liga Inggris. Meski tentu saja, aku berharap anak-anak HTI dan PKS yang kemarin terpecah karena isu pilkada, kembali bersatu untuk isu Natal dan Tahun Baru.

Ya, sekarang hanya mereka satu-satunya harapanku untuk meramaikan jagad NKRI Provinsi Twitter dan Daerah Otonomi Khusus Facebook sekarang ini. Tahun depan, mungkin anak-anak Senayan akan kembali menyapa kita dengan tayangan yang lebih hot – monyongkan bibirmu seperti Feni Rose saat menyebutkannya. 

Harapanku, semoga Bambang Soesatyo yang terpilih jadi Ketua DPR nanti. Bangsa kita bangsa yang besar, masa mencari Ketua DPR RI yang tampangnya kerenan dikit kok susahnya minta ampun sih. Cukup sudah kita punya presiden yang dicaci oleh segelintir rakyat yang menadah uang APBN hanya karena postur ceking dan wajah kampungannya.

Cukup!

0 comments: